NovelToon NovelToon
Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Lari Saat Hamil / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Btari harus menjalani pernikahan kontrak setelah ia menyetujui kerja sama dengan Albarra Raditya Nugraha, musuhnya semasa SMA. Albarra membutuhkan perempuan untuk menjadi istru sewaan sementara Btari membutuhkan seseorang untuk menjadi donatur tetap di panti asuhan tempatnya mengajar.
Sebenarnya Btari ragu menerima, karena hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Apalagi Btari menikah hanya untuk menutupi skandal Barra dengan model papan atas, Nadea Vanessa yang juga adalah perempuan bersuami.
Perdebatan selalu menghiasi Btari dan Barra, dari mulai persiapan pernikahan hingga kehidupan mereka menjadi suami-istri. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan kedua manusia ini?
Bagaimana jika keduanya merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing?
Hingga peran Nadea yang sangat penting dalam hubungan mereka.
Ini kisah tentang dua anak manusia yang berusaha menyangkal perasaan masing

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BTARI DAN NADEA

Barra tersenyum lebar begitu mendapati sosok cantik yang kini berjalan dengan anggun menghampirinya. Bahkan Barra langsung menyambut kedatangan Nadea dengan pelukan hangat. Kerinduan akan gadisnya sangat menyiksa dan pelukan itu sebagai pengobat kerinduannya terhadap gadisnya itu.

 Barra menghirup wangi rambut panjang Nadea. Gadisnya selalu cantik dalam keadaan apapun. Semua yang ada pada gadis itu seakan candu untuk Barra. Hal itu semakin menambah kerinduan tatkala mereka yang sekarang sulit untuk bertemu. Ini bahkan sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu sejak liburan berdua yang tertangkap di media tersebut. Beruntungnya foto tersebut tidak memperlihatkan wajah Nadea,sehingga Barra masih bisa menyangkal hubungan mereka di media.

 "Aku kangen banget sama kamu." Ungkap Nadea yang masih berada dalam dekapan Barra.

 Lelaki itu tertawa pelan. Tangannya membelai lembut rambut panjang itu.

 "Aku bahkan lebih kangen dari yang kamu kira." Ucapnya lembut.

 "Iya aku tahu." Lirih Nadea.

 Saat ini mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil. Tempat ini adalah tempat mereka pertama kali pacaran. Tempat ini juga dirasa aman dari paparazi.

 "Makanan dan minumanmu sudah ku pesankan. Mau makan sekarang?" Tanya Barra kemudian merenggangkan pelukannya.

 Nadea mengangguk. "Boleh." Jawab Nadea.

 Keduanya lalu menikmati makanan mereka. Setelah itu, mereka memilih untuk bersantai di rooftop kafe. Menikmati waktu berdua setelah sekian lama tidak berjumpa. Melepas rindu atas jarak yang diciptakan tanpa rencana.

 Kini sembari menatap bintang yang bertebaran di kelamnya langit, Nadea menyandarkan dirinya dalam dekapan Barra. Ia menyukai hal ini. Merasa dirinya adalah milik Barra, begitupula sebaliknya. Memeluk Nadea dan menghirup aroma tubuh Nadea yang menjadi candu untuknya.

 Kalau bukan karena keadaan mereka yang sulit, sekarang mereka pasti bisa bertemu sebebas mungkin. Tidak perlu khawatir dengan omongan orang dan paparazi.

 "Kamu akan selalu mencintaiku, kan?" Tanya Nadea.

 Barra mengeratkan dekapannya. "Iya. Jangan meragukan perasaanku, ya." Sahut Barra tenang.

 "Bagaimana dengan perempuan itu? Kamu akan mengenalkannya padaku, kan?" Tanpa menjawab Barra mengangguk. Seulas senyum muncul di bibir Nadea. "Bagaimana jika nanti kalian justru jatuh cinta, Bar? Tidak ada yang tidak mungkin, Bar." Nada khawatir itu terdengar lirih.

 Barra merasakan keresahan dalam diri Nadea. Namun ia paham akan hal itu. Padahal ia pun yakin bahwa itu hanya ketakutan Nadea saja. Bagaimana bisa ia menggantikan Nadea dengan Btari? Nadea adalah perempuan idamannya, sementara Btari adalah saingannya yang kini hampir menjadi partner kerjanya.

 Lagipula Barra lebih menyukai tipikal perempuan seperti Nadea. Perempuannya yang anggun, cantik, berkelas dan bersikap lemah lembut. Hanya karena ia model orang tuanya enggan merestui mereka. Sementara Btari? Ya, gadis itu memang cantik. Tubuhnya mungil dan wajahnya juga kecil. Ia memiliki bola mata bulat yang hitam pekat dan pipi yang chubby. Hal itu membuat Btari lebih mirip gadis SMA dibandingkan perempuan berusia 27 tahun. Namun mengingat wajah datar dan perkataan Btari yang ketus semakin membuat Barra terlalu ngeri membayangkan untuk jatuh cinta pada Btari.

 "Btari nggak seperti kamu, Sayang. Lagipula kamu nggak usah khawatir. Selama kamu juga bisa jaga kepercayaan aku, maka aku juga akan menjaga kepercayaan kamu."

 Nadea tersenyum lega. Namun anehnya ia tetap merasakan janggal di lubuk hatinya.

 "Terima kasih untuk cinta luar biasamu untukku, Bar."

 "Sama-sama, Sayang. Aku akan selalu mencintai kamu."

***

 Pagi ini Btari sudah berada di sebuah cafe. Tempat ternyaman untuknya dalam melihat hasil fotonya seminggu ini. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika melihat hasilnya. Dirinya puas. Walaupun harus berjuang masuk keluar hutan, baik saat hujan maupun cuaca panas.

 Saat ini ia sedang mengerjakan proyek kerja sama dengan sebuah perusahaan penerbitan majalah satwa. Sudah hampir lima tahun ia memilih untuk menjadi fotografer alam freelance. Bekerja dengan sistem yang lebih fleksibel dan menjalin kerja sama dengan berbagai klien. Yang paling utama adalah waktu Btari yang tidak terikat dengan perusahaan.

 "Kamu sudah lama?" Suara yang beberapa hari ini seringkali Btari dengar membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari kamera DSLR.

 "Lumayan." Jawab Btari singkat. Gadis itu lalu memasukkan kameranya ke tas kamera yang berada di kursi sampingnya.

 Hari ini adalah hari Barra akan memperkenalkan dirinya dengan Nadea. Awalnya Btari enggan untuk bertemu Nadea. Lagipula fotonya banyak di internet. Ia bisa melihat dan mencari informasi mengenai model papan atas itu disitu. Namun Barra memaksanya. Menurut Barra ini dilakukan untuk menghilangkan rasa cemburu Nadea terhadap Btari.

 "Maaf. Tadi aku masih ada pekerjaan sedikit." Kata Barra tulus.

 Percaya atau tidak, Barra yang sekarang terlihat sedikit berbeda dengan ia saat SMA. Ia sudah terlihat lebih manusiawi.

 "Oke." Jawab Btari singkat.

 Hening. Barra terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Btari sibuk dengan pikirannya sendiri. Berbagai prasangka muncul. Bukan berarti ia tidak mempercayai Barra, lelaki itu bahkan sudah memberikan dana sesuai yang Btari inginkan untuk keperluan operasional panti. Namun Btari sebenarnya masih ragu karena sebentar lagi ia akan menikah.

 Walaupun pernikahan ini tidak seperti pernikahan impiannya, namun tetap saja ia akan menikah resmi dan sah di mata negara dan hukum. Pergolakan batin terus saja hadir. Ia merasa bersalah kepada Ibu panti dan mendiang kedua orang tuanya.

 "Kamu udah lama jadi fotografer?" Tanya Barra.

 Btari mengangguk. "Jalan lima tahun."

 "Dulu ku kira kamu akan jadi dosen atau kerja di kedutaan besar. Dulu kamu sangat suka mendebatku."

 "Manusia bisa berubah. Seperti kamu yang sekarang justru memilih menjadi arsitek, saya pun memilih menjadi pemburu foto." Ujar Btari dingin.

 "Kenapa harus fotografer alam? Maksudku, dengan penampilanmu saat ini akan banyak orang yang terkejut dengan pekerjaanmu."

 "Alam itu lebih jujur dari manusia. Lagipula saya banyak menemukan hal yang baru ketika melakukan pekerjaan saya. Sesuatu yang tidak akan kamu mengerti dengan gaya hidup dan pola pikirmu yang glamor itu." Sarkas Btari.

 Barra tersenyum tipis. Setelah pertemuan pertama mereka beberapa waktu yang lalu, Barra mulai memahami bahwa Btari adalah perempuan yang berbeda dengan kebanyakan perempuan di sekitarnya. Kalimat sarkas, warna pakaiannya yang cenderung netral dan gelap dan pekerjaannya yang jauh dari kata feminim itu membuat Barra yakin kalau menjalin kerja sama dengan Btari adalah keputusan terbaik untuknya, terutama untuk hubungannya dan Nadea.

 "Bukankah itu terlalu beresiko, ya? Maksudku dengan penghasilan yang tidak menentu, kamu bahkan harus menjangkau tempat yang terkadang sulit untuk dijangkau."

 "Resiko itu bagian dari hidup, Bar. Pekerjaan apapun pasti ada resikonya." Jawab Btari.

 Barra baru saja akan bertanya lagi, namun lebih dulu dipotong oleh Btari.

 "Kamu nggak perlu tahu tentang hidup saya. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja."

 "Aaah, iya-iya. Maaf. Niatku hanya untuk mencairkan suasana di antara kita saja. Mengingat kita akan tinggal bersama nantinya."

 Btari diam. Dia sadar akan hal itu. Namun ia tidak mau terlalu akrab dengan Barra.

 "Hai, semuanya!" Suara lembut itu membuat Btari menoleh.

 Di depannya berdiri seorang perempuan cantik dengan penampilan yang sangat anggun. Wajahnya sangat familiar. Senyumnya menampakkan kepercayaan dirinya. Awalnya Btari bingung, namun melihat Barra yang langsung berdiri dan memeluk perempuan itu Btari langsung paham siapa dia.

 Nadea Vanessa. Model papan atas yang terkenal dengan beragam iklannya dan sekarang menjadi istri seorang pengusaha ternama. Beritanya hampir setiap hari hadir. Ya, karena ikut dalam urusan dua orang di depannya ini, Btari jadi sibuk mencari tahu tentang Nadea.

 Siapa sangka, dibalik wajah cantik nan lembut itu ternyata ia justru menjalin hubungan gelap dengan seorang arsitek terkenal.

 "Hai, kamu Btari, kan?" Nadea menyapanya ramah. Tangannya terulur ke hadapan Btari.

 Btari tersenyum tipis. "Hai. Saya Btari." Jawab Btari menyambut tangan Nadea.

 "Kalian nggak pesan makanan?" Tanya Nadea.

 Btari dan Barra saling tatap. Btari sebenarnya sudah memesan minum, namun ia jarang sarapan. Sementara Barra memang menunggu Nadea.

 "Pesankan sekalian untukku ya." Kata Barra lembut.

 Btari melihat keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Cinta terkadang memang buta. Berusaha mengelak bahwa cinta yang terjalin terkadang sangat menyakiti banyak pihak.

 "Jadi sesuai dengan yang aku bicarakan ke kamu kemarin, bahwa Btari akan menjadi istriku untuk sementara. Kita akan menikah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ini tidak akan lama. Sampai dengan kondisinya membaik. Setidaknya sampai dengan nama baikku mulai membaik dan proyek besar itu ku dapat."

 "Itu terlalu lama, Bar. Perlu waktu satu tahun." Keluh Nadea. Tangannya mengusap lengan Barra.

 Barra berusaha menenangkan Nadea. "Nggak lama, Sayang. Lagipula ini akan lebih aman untuk kita berdua. Setidaknya pernikahan ini akan meredam gossip di antara kita sementara waktu."

 Nadea menghela napasnya. "Baik. Awas aja kalau kamu macam-macam." Ancam Nadea dengan sikap manjanya.

 Melihat interaksi kedua orang itu, Btari jadi paham mengapa Barra bisa sebodoh ini. Mempertahankan hubungan di saat orang tua tidak memberi restu saja itu terbilang sulit, apalagi kini ia menjalin hubungan dengan istri orang. Bodohnya Barra jadi berlipat ganda di mata Btari. Kalau bukan karena ia membutuhkan Barra untuk kelangsungan panti, mungkin ia akan segera pergi daripada bertahan dengan perasaan muak melihat dua orang di depannya.

 Nadea memang cantik. Sangat cantik malah. Namun dengan wajah Barra yang juga tampan, pekerjaan yang juga menjanjikan dan latar belakang keluarga terpandang, seharusnya Barra bisa dapat perempuan yang lebih baik dan lebih bermoral. Terlebih, tidak ada perempuan bermoral yang mau menjalin hubungan di saat ia sudah mempunyai suami. Apapun alasan mereka menikah.

 "Saya rasa kita harus membicarakan banyak hal. Saya rasa kita bisa bersikap profesional untuk beberapa waktu ke depan." Ujar Btari dengan nada dingin.

 Ia bahkan melihat jelas betapa wajah lembut itu menatapnya tidak suka. Namun Btari tidak ambil pusing. Ia tidak akan ikut campur urusan kedua sejoli ini selama ketenangannya tidak diganggu.

 "Ah iya. Maaf, Btari. Ini adalah surat perjanjian kita. Masing-masing kita punya salinannya. Poin-poinnya apa saja tertera jelas disana. Kalau kamu ada pertanyaan atau revisi silahkan."

 Btari mengambil kertas yang diberikan Barra. Ia membaca poin per poin. Dibacanya dengan seksama. Ia tidak mau jika harus terjebak terlalu dalam di antara drama yang dibuat Barra.

 "Saya setuju dengan semua poinnya. Namun saya ingin mengajukan permintaan, Bar. Semoga kamu dan Nadea bisa menerima."

 "Apa itu?" Tanya Nadea penasaran.

 "Saya ingin tetap bekerja seperti biasa. Melakukan beragam kegiatan seperti biasa. Saya harap kamu bisa mengkondisikan ini dengan mamamu, Bar." Pinta Btari.

 Barra ragu, namun akhirnya mengangguk juga. Biarlah nanti ia pikirankan bagaimana berbicara dengan ibunya.

 "Saya nggak keberatan dengan hubungan kalian. Namun saya minta kalian untuk bertemu di luar tempat tinggal saya dan Barra nanti. Pernikahan ini memang sejenis nikah kontrak. Namun bagi saya, menghormati pernikahan ini adalah kewajiban untuk saya. Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Namun menjaga nama baik saya, orang tua saya dan keluarga calon mertua saya itu adalah kewajiban saya."

 Nadea dan Barra sama tertegun mendengar permintaan Btari. Ini di luar dugaan mereka. Perkataan Btari seolah menampar mereka berdua.

 "Baik. Aku setuju." Kata Barra tegas.

 "Nggak. Aku nggak mau, ya, Bar."

 "Itu permintaan mutlak saya. Saya akan ke toilet sebentar. Silahkan diskusikan." Btari lalu pergi meninggalkan kedua orang itu.

 Sesampainya di kamar mandi, gadis itu menatap dirinya di cermin toilet. Ia tahu ketika ia mengiyakan tawaran Barra, itu artinya hidupnya tidak akan setenang ini lagi. Sekitar sepuluh menit Btari diam disana, sengaja memberikan ruang untuk Barra dan kekasihnya itu. Akhirnya Btari kembali ke tempatnya.

 Namun yang dilihat Btari hanya Barra sendiri. Wajah lelaki itu jauh dari kata baik-baik saja.

 "Pacarmu mana?" Tanya Btari sambil melihat sekeliling.

 "Pulang. Dia marah. Dia keberatan dengan permintaan dari kamu."

 Btari sudah menduga ini. Walaupun Btari kesal dengan Barra, namun melihat kondisinya sekarang Btari cukup simpati.

 "Pertimbangkan lagi, ya. Saya melakukan itu hanya untuk menjaga nama baik keluargamu saja."

 Barra melihat ada ketulusan di wajah Btari. Wajah yang biasanya datar itu seketika terlihat berbeda.

 "Thanks, Bi." Ucap Barra pelan.

 "Okey." Btari mengulaskan senyum kecil di wajahnya.

 "BARRA! Ini siapa lagi?"

1
jen
cb Btari pergi. biar tau rasa... atau sm Shaka aj thor
jen
sedih bgt .... sakit sih.... cb pergi. pasti mereka akan kehilangan bi. semangat
jen
aku nunggu bgt update nya Thor... ini dibikin penisiriiin /Sob/
Mundri Astuti
iiiihhhh othor bikin pinisirin aja

next thor
jen
aku suka karakter Btari /Good/
jen
mengecewakan. ngapain mau SM cwo ga punya prinsip
jen
kayak nyata kak ... cm suka bingung sm namanya kak.
ceritanya kayak beneran, jd senyum" sendiri
Mundri Astuti
semangat kk author, jangan sampai luluh btari, bisa"nya barra ngomong gitu, kelakuannya semaunya sendiri ngga menghargai
Mundri Astuti
nah bagus btari kamu harus punya sikap dan mesti tegas ke barra
Mundri Astuti
si barra bener" ngga punya hati, dah lah btari jangan percaya bualan barra lagi, bodoh banget barra masih ngarep sama pacarnya aja, bener" ini yg namanya cinta itu buta, ... kucing berasa coklat .
Mundri Astuti
barra baru begitu dah cemburu, gimana perasaan betari saat di tlpnan ma kekasihnya, saat dia perhatian dan khawatir sama kekasihnya
Mundri Astuti
si barra kelaguan, biar aja betari dilirik org noh, dah ada yg mo nadangin, blingsatan" dah
Mundri Astuti
cuekin aja btari jangan diangkat, ngga usah diladenin si bara
Arsène Lupin III
Saya terhanyut dalam dunia yang diciptakan oleh penulis.
Oscar François de Jarjayes
Cinta banget sama karakter-karaktermu, thor. Mereka bikin ceritamu semakin hidup! ❤️
Aishi OwO
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!