Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

SAINGAN

Albarra Raditya Nugraha berdiri di depan maquette raksasa yang menghiasi ruang kerjanya. Tangannya dengan cekatan mengatur setiap detail kecil dari proyeknya, bangunan pencakar langit yang dirancang untuk mengubah siluet kota. Ia adalah arsitek yang disegani, perfeksionis, dan terbiasa mengendalikan segalanya. Dalam dunianya yang penuh garis lurus dan struktur kokoh, tidak ada tempat untuk kekacauan atau emosi yang tidak terduga. Namun, kehidupan sempurna yang ia bangun mulai retak, terancam oleh skandal yang bisa menghancurkan reputasinya.

 Reputasinya bisa hancur dalam sekejap jika skandal ini berhasil diungkap ke media. Tidak hanya itu, reputasi keluarganya pun terancam. Namun di satu sisi, ia juga sangat ingin mengumumkan kepada dunia tentang hubungannya dengan perempuan yang sangat dicintainya itu.

 Perempuan itu bernama Nadea Vanessa, seorang model papan atas yang kini sudah menikah dengan seorang pengusaha terkenal di negerinya.

 "Kalau hubungan lo sama Dea diangkat ke media, lo bisa dibunuh sama Pak Andreas." Ujar Ryan, sahabat sekaligus rekan kerja Barra.

 "Baru dikira gosip kayak gini aja, kepala gue rasanya mau pecah karena dihubungi oleh beberapa media." Keluh Dika, asisten sekaligus sahabat Barra.

 Barra menatap dua lelaki di depannya dengan tatapan kalut. Suasana apartemen Barra yang sebenarnya dingin terasa begitu panas. Tangannya mengepal karena menahan amarah. Ini semua karena foto dirinya dan Nadea yang sedang liburan di Labuan Baju beberapa minggu kemarin tertangkap kamera wartawan.

 Barra tahu dengan latar belakang Nadea yang seorang model terkenal saja pasti akan mengundang banyak media ingin mengetahui kehidupan kekasihnya itu. Apalagi sekarang dengan status Nadea yang seorang istri dari seorang pengusaha ternama di negeri ini. Tentunya berita sekecil apapun akan menjadi viral.

 "Lagian lo ngapain sih mesti balikan sama Nadea? Udah saatnya lo move-on, Bar. Cewek nggak cuma Nadea. Percuma wajah lo ganteng tapi cuma jadi perebut bini orang." Ujar Ryan yang juga prihatin dengan nasib sahabatnya itu

 "Udah mentok dia sama Dea. Mau dikenalin sama siapa aja dia nggak mau." Tambah Dika.

 Barra diam. Dia tidak bisa mengelak. Apa yang diucapkan Ryan dan Dika memang benar adanya. Nadea adalah istri orang. Namun Barra masih terlalu mencintai Nadea. Perempuan itu adalah cinta pertamanya. Sayangnya hubungan mereka tidak direstui semesta.

 Terlalu rumit keadaannya. Keluarga Barra yang terkenal dengan sebagai keluarga terpandang dan terhormat terlalu sulit menerima Nadea yang pekerjaannya sebagai model. Apalagi Nadea yang enggan meninggalkan dunia modeling jika mereka menikah semakin membuat keluarga Barra enggan memberi restu. Begitu pula dengan keluarga Nadea.

 Menurut mereka dengan popularitas dan kecantikan Nadea, gadis itu harus mendapatkan pasangan yang setara atau mungkin lebih dari segi ekonomi. Keluarga Barra memang keluarga terpandang, namun pekerjaan Barra yang seorang arsitek dianggap tidak apa-apanya jika dibandingkan dengan keluarga lelaki yang kini menjadi suami Nadea, Ardya Pranata Kusuma.

 Pernikahan mendadak Nadea dan Ardya tentunya menbuat Barra terpuruk. Hingga empat bulan yang lalu Nadea kembali menghubunginya dan menawarkan hubungan gelap ini. Apalagi Nadea yang diperlakukan tidak baik oleh suaminya itu, semakin membuat Barra enggan melepas Nadea. Walaupun resikonya ia akan menjadi kekasih gelap Nadea.

 Di sisi lain kota, Btari Almadina menghabiskan paginya di tengah hutan, kamera tergantung di lehernya. Setiap klik lensa adalah caranya menangkap keindahan yang tak bisa dibatasi garis atau aturan. Sebagai fotografer alam, Btari hidup untuk kebebasan, untuk mencari cahaya terbaik yang membingkai daun yang jatuh atau aliran sungai yang berkilauan. Ia selalu jauh dari hiruk-pikuk kota dan intrik yang mengelilinginya, menikmati dunianya yang sederhana tetapi penuh makna.

 Bagi Btari menyepi di hutan dan menjauh dari hiruk pikuk kota akan membuatnya lebih baik. Disuguhi dengan pemandangan alam dan diiringi bunyi burung. Btari sangat mencintai dunianya yang penuh dengan kealamian.

 Disaat kesibukannya itulah, suara ponselnya terdengar dari saku celana kargonya. Meninggalkan kesibukannya memotret objek, Btari pun segera menerima panggilan masuk itu.

 "Assalamu'alaikum, Bu."

 Wajah Btari berubah tegang ketika mendapatkan panggilan masuk tersebut. Ia segera berjalan menuju jalan keluar dengan cepat.

 Tujuannya satu, segera kembali ke panti Asuhan Adh-Dhuha sore ini juga.

 "******"

 "Darimana? Pacaran?" Tanya Ryan ketika Dika muncul dari pintu masuk dengan wajah sumringah.

 Ryan sedang menikmati tontonan sepak bola tim kesayangannya. Tentunya ditemani Barra yang lebih fokus dengan ponsel dibandingkan menonton televisi.

 Malam ini mereka memutuskan untuk menginap di apartemen Barra. Hal yang sudah lama tidak Ryan dan Dika lakukan. Apalagi semenjak Barra dan Nadea kembali berhubungan. Mereka berdua tidak tahu sejauh apa hubungan itu, namun sejak itu, Barra melarang Ryan dan Dika datang ke apartemennya.

 Barra menoleh. Wajah Dika memang terlihat bahagia. Seperti orang sedang kasmaran. Padahal tadi bilangnya pergi ke minimarket namun ternyata keluar hampir dua jam.

 "Belum jadi pacar. Baru mau." Jawab Dika masih dengan senyum lebarnya.

 "Ketemu siapa lo? Curiga gue." Selidik Ryan.

 "Indi. Kalian ingat? Indi gebetan gue jaman SMA." Jawab Dika dengan riang.

 Mendengar nama yang sangat tidak asing itu, Barra dan Ryan saling tatap. Mereka lupa-lupa ingat dengan nama itu.

 "Indi temannya Btari, Bar. Btari yang lo benci mati-matian karena lo selalu kalah dari dia itu."

 Barra menatap Dika dengan kesal. Lelaki itu mengingatkannya dengan sosok perempuan yang sangat Barra benci.

 "Aaah iya. Gue ingat. Tapi kok lama banget. Lo nggak janjian sama dia'kan?" Suara Ryan begitu semangat dengan cerita Dika.

 "Ya awalnya kita cuma say hi aja. Tapi lama-lama jadi cerita banyak deh."

 Ryan mengangguk paham. Sementara Barra hanya mendengarnya tanpa minat. Apalagi jika ini menyangkut Btari. Perempuan keras kepala dan galak itu begitu menyebalkan di mata Barra.

 "Nah terus Indi cerita kalau Btari itu lagi butuh uang. Nggak buat dia sih. Tapi buat panti asuhan tempat ia mengajar. Dia butuh donatur untuk panti itu segera."

 Berbeda dengan Barra, Ryan justru mendengarnya dengan seksama.

 "Gue tiba-tiba jadi ingat sama masalahnya Barra. Kayaknya hadirnya Btari bisa menjadi solusi deh." Kata Dika.

 Ryan bingung. Begitu pula Barra. Lagipula dia tidak mau berhubungan dengan perempuan itu.

 "Sebenarnya gue tertarik sama saran Ryan tadi siang. Mengenai istri pura-pura Barra."

 Barra diam. Matanya menatap Dika seolag tidak percaya dan berusaha menyangkal bahwa pikirannya dan Dika itu berbeda. Namun tampaknya itu hanyalah harapan Barra. Kenyataannya saran tambahan dari Dika itu persis sama dengan apa yang di pikirannya.

 "Menikahlah dengan Btari."

 "NGGAK!" Tawaran itu ditolak Barra langsung.

 Ryan berpikir sejenak. Hingga akhirnya ia berseru mengiyakan.

 "Benar. Gue setuju sama Dika. Itu adalah solusi yang tepat, Bar. Btari adalah perempuan yang tepat untuk jadi istri lo."

 Barra mendelik tajam mendengar ucapan Ryan. "Nggak ada yang lebih tepat selain Dea." Kata lelaki itu tegas.

 Dika menghela nafasnya. Ia akui Barra memang pintar dalam urusan akademik dan sangat teliti serta kompoten dalam urusan pekerjaan. Namun Barra adalah jenis manusia keras kepala dan bodoh jika urusan hati.

 "Ini cuma sementara, Bar. Setidak sampai gosip ini mereda dan keluarga lo baik-baik aja. ",

 "Lagian ini sejenis simbiosis mutualisme, Bar. Btari jadi istri sementara lo dan lo jadi donatur tetap untuk panti itu sementara waktu. Sesuai kesepakatan kalian. Lagian lo tau Btari seperti apa orangnya. Dia adalah orang yang tepat untuk bantuin lo saat ini."

 Barra terdiam. Otaknya mulai berpikir. Sejenak ingatannya berputar pada saingannya semasa SMA.

 "Akan aman kalau itu adalah Btari, Bar. Hubungan lo sama Dea akan aman dan reputasi lo akan perlahan membaik. Apalagi selama ini Btari sangat menjaga privasi hidupnya." Bujuk Dika lagi.

 Hening. Hingga beberapa menit kemudian Barra pun bersuara kembali.

 "Oke gue setuju."

Terpopuler

Comments

Oscar François de Jarjayes

Oscar François de Jarjayes

Cinta banget sama karakter-karaktermu, thor. Mereka bikin ceritamu semakin hidup! ❤️

2025-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!