Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Geng Macan Hitam
Di sudut utara Kota Surabaya...
Seorang lelaki berwajah seram sedang asyik menenggak minuman keras dari sebuah merk dagang ternama di temani oleh dua gadis muda yang cantik dan menggoda. Beberapa kawan nya juga melakukan hal serupa dan berada tak jauh dari tempat sang lelaki berkumis tipis itu. Mereka sedang berpesta di sebuah bar yang khusus diperuntukkan bagi kaum berduit yang ingin mencari kesenangan sesaat.
Lelaki ini memiliki alis mata yang tebal dan terdapat satu bekas luka memanjang dari dahi hingga kiri yang sepertinya merupakan bekas pertarungan. Rambutnya lelaki ini juga di cat warna pirang mirip dengan bulu harimau dan jika diperhatikan dengan seksama, rata-rata orang yang ada dalam ruangan itu juga memiliki tampilan nyeleneh seperti orang ini.
Ada yang rambutnya di cat seperti bulu macan tutul, ada yang hitam pekat seperti bulu macan kumbang, ada yang mirip pula dengan warna bulu cheetah. Kesemua tampilan itu rupanya merupakan identitas khusus yang dimiliki oleh kelompok ini yang menamakan dirinya sebagai Geng Macan Hitam.
Geng Macan Hitam adalah kelompok bawah tanah yang menguasai dunia hitam di Kota Surabaya. Mereka mengendalikan sebagian besar peredaran barang selundupan dari luar negeri seperti obat-obatan terlarang, miras, senjata api, barang curian mewah hingga perdagangan manusia untuk kebutuhan dunia malam di seluruh wilayah Indonesia Timur. Tak ayal lagi mereka menjadi kelompok gangster kaya dengan aset ratusan milyar rupiah yang tersebar dari Jawa hingga ke Papua.
Berkolusi dengan beberapa pejabat tinggi negara termasuk beberapa petinggi polisi dan tentara, mereka dapat bergerak leluasa tanpa harus takut pada bayang-bayang hukum yang ada dalam Negara Republik Indonesia. Dari kerjasama itu, mereka bisa mendirikan beberapa perusahaan publik yang legal sebagai tempat pencucian uang mereka. Perusahaan perusahaan ini berkembang pesat dengan cepat disebabkan oleh dukungan finansial tinggi dari Geng Macan Hitam juga perlindungan yang sempurna hingga tak satupun berani mengusik perusahaan itu karena takut bahaya yang ditimbulkan. Meskipun beberapa perusahaan ini telah bolak balik melakukan pelanggaran pada lingkungan, hak asasi manusia juga pajak.
Orang yang disebut pada awal tadi adalah Reynold Waseso, putra sulung dari Arnold Waseso seorang petinggi Geng Macan Hitam dengan pangkat wakil pimpinan. Arnold Waseso juga merupakan direktur utama PT Semesta Biru Perkasa, salah satu perusahaan legal Geng Macan Hitam di bawah induk Semesta Grup. Dia punya julukan khusus di Geng Macan Hitam sebagai Nomor Dua.
Sedangkan Reynold Waseso sendiri merupakan pimpinan Geng Macan Hitam wilayah Surabaya yang bertugas sebagai ketua pengamanan dari seluruh perusahaan di bawah naungan Semesta Grup. Pusat markas besar Geng Macan Hitam sebenarnya ada di salah satu kota di wilayah Jawa Tengah.
Dua perempuan cantik asal Uzbekistan itu terus meliuk-liuk memamerkan lekuk tubuhnya di hadapan Reynold Waseso, seolah-olah memancing birahi dari sang pimpinan wilayah Geng Macan Hitam. Jika mereka bisa menarik Reynold Waseso ke atas ranjang, sudah barang tentu hidup mereka akan lebih mudah untuk kedepannya. Selain perlindungan keamanan, iming-iming uang berlimpah pun juga tak sulit didapatkan.
Sedangkan Reynold sendiri masih belum menentukan siapa yang akan ia jadikan teman kencan nya siang itu meskipun sudah menenggak minuman keras yang bisa memancing birahinya seperti biasa.
Tiba-tiba....
Thhhuuuuuutttt thhhuuuuuutttt...
Thhhuuuuuutttt thhhuuuuuutttt...
Dering ponsel pintar milik Reynold Waseso dalam saku jas mewahnya membuat sang empunya segera meletakkan rokok putih ke mulut dan merogoh ponsel. Dalam keremangan cahaya bar itu, Reynold melihat jelas siapa nama yang tertera di layar ponsel pintar itu.
Seketika Reynold Waseso bangkit dari sofa tempat duduknya yang membuat operator mematikan lagu dari DJ terkenal. Semua orang langsung terdiam tanpa bersuara sedikitpun. Membuat suara sekecil apapun saat seperti ini jelas bisa berbahaya bagi mereka.
"H-halo Tu-tuan Besar... Ada perintah untuk saya? ", ucap Reynold Waseso dengan nada bergetar ketakutan. Panggilan itu memang berasal dari Tuan Besar, pucuk pimpinan tertinggi Geng Macan Hitam.
Selain ayahnya dan Nomor Satu, tak seorangpun dalam keanggotaan Geng Macan Hitam yang tidak ketakutan dengan Sang Tuan Besar yang terkenal kejam dan bengis. Sedikit saja membuat kesalahan dalam tugas, bisa-bisa mereka akan binasa dalam kemarahan sang pucuk pimpinan.
"Reynold Waseso, apa kau sudah menyelesaikan tugas yang ku berikan? ", suara berat nan berwibawa di seberang telepon ibarat suara dewa kematian di telinga Reynold.
" S-sudah Tuan Besar. Henry dan Ferdy tangan kanan saya yang menjalankan tugas itu. Mereka bahkan sudah memastikan bahwa target itu sudah mengalami kecelakaan setelah rem motor nya blong hingga menabrak sebuah pembatas jalan.
Henry dan Ferdy juga melihat orang itu sudah dalam keadaan sekarat saat di bawa ambulan Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo. Bahkan Ferdy dan Henry juga mengikuti ke rumah sakit dan memastikan bahwa orang yang diinginkan oleh Tuan Besar untuk menemui ajalnya sudah mati", lapor Reynold Waseso dengan cepat.
"Hemmmmmmmm....
Kau yakin dengan hal itu, Reynold Waseso? ", kembali suara penuh penekanan dari seberang telepon terdengar. Reynold Waseso langsung berkeringat dingin karena nya.
" Yakin Tuan Besar. Henry dan Ferdy adalah orang kepercayaan saya, mereka tidak berani untuk berbohong pada saya", tegas Reynold segera.
"Tapi mengapa orang itu masih hidup dan sehat bahkan mampu melukai orang ku hah?! Apa kau pikir aku bodoh dengan percaya sepenuhnya pada bualan tolol mu itu?!!
Kalau kau bukan anak Si Nomor Dua, saat ini kau pasti tahu apa yang terjadi pada orang yang telah mengecewakan ku bukan? Sekarang cari orang itu dan selesaikan tugas itu secepatnya!! ", gertak suara di seberang telepon yang membuat Reynold semakin ketakutan.
" B-baik Tuan Besar, segera saya laksanakan.. ", begitu jawaban itu terdengar, panggilan telepon itu segera ditutup dan Reynold Waseso langsung menghela nafas lega. Setelah itu ia segera melambaikan tangannya.
" HENRY..! FERDY..!!! KEMARI KALIAN..!!! "
Dua orang bertubuh kekar dengan rambut gondrong lengkap dengan anting-anting dan tatoo seram pada lengannya segera mendekati Arnold Waseso setelah mendengar teriakan itu.
"Ada apa bos? Ada tugas untuk kami? ", tanya Henry dengan patuh. Dan...
Plllaaaakkkkk plllllaaaaaaaaakkkk!!!!!
Dua tamparan keras Reynold langsung menghajar pipi kanan Henry dan pipi kiri Ferdy. Bibir mereka berdua langsung mengeluarkan darah segar.
" Apa salah kami bos?", tanya Ferdy dengan penuh ketakutan.
"Apa salah kalian?! Kalian mengapa berani berbohong pada ku? Apa kalian sudah bosan hidup hah?!! ", bentak Reynold Waseso keras.
" Bohong soal apa bos? Kami ini selalu jujur pada bos, tidak pernah berdusta sekalipun ", ucap Henry sambil memegangi pipinya yang bengkak.
" Orang yang aku suruh kalian celakai masih hidup dan bahkan mampu melukai orang kepercayaan Tuan Besar. Bagaimana kalian menjelaskan itu semua hah?!! ", bentak Reynold Waseso dengan garang nya. Dia benar-benar mencari pelampiasan amarah karena takut pada Sang Tuan Besar.
" Orang itu sudah mati Bos, saya dan Ferdy melihatnya dengan mata kepala sendiri bahwa orang itu telah diantar ke ruang jenazah rumah sakit. Tidak mungkin orang itu hidup lagi", ucap Henry penuh keyakinan.
"Aku gak butuh alasan kalian berdua. Sekarang temukan orang itu dan cari cara untuk menghabisinya. Aku gak mau lagi mendengar omelan Tuan Besar soal ini lagi. Kalau perlu bawa kawan-kawan mu untuk menemukan nya hari ini juga dan segera habisi dia.
Kalau sampai gagal, tanggung sendiri akibatnya ", perintah Reynold Waseso yang membuat Henry dan Ferdy langsung berbalik badan. Bersama-sama dengan semua orang yang ada di bar, mereka berdua langsung bergerak mencari keberadaan Jay.
Kemampuan Prabu Jayabaya yang tahu sebelum kejadian ternyata tidak hilang meskipun dalam tubuh Jayendra Maheswara. Berbekal ilmu ini, Prabu Jayabaya yang kini telah menjadi seorang Jay, bisa melihat hal-hal sebelum terjadi. Meskipun tak bisa menerawang jauh hingga jarak ratusan tahun seperti dulu, ia masih bisa melihat kejadian yang akan terjadi hingga 3 bulan ke depan.
Sore itu, Jay ditemani oleh Ratih berbelanja di sebuah minimarket yang berada tak jauh dari kediaman Jay. Sejak awal mereka masuk, dua orang lelaki yang sedang duduk menghisap rokok di teras minimarket itu terus memperhatikan mereka berdua. Ini juga disadari oleh Jay.
Sambil berpura-pura memilih barang di rak minimarket itu, Jay berbisik lirih di telinga Ratih.
"Kita sedang diawasi oleh seseorang. Dua orang di luar itu adalah anak buah nya", Ratih hendak mendongak untuk melihat orang yang dimaksud oleh Jay, tetapi Jay dengan cepat mencegah.
" Jangan kau lihat mereka. Biarkan saja, bersikap lah seperti sedang tidak tahu apa apa. Nanti mereka curiga ", bisik Jay kembali yang membuat Ratih pun segera bertanya,
"Lantas apa yang harus kita lakukan? "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja