NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Hujan

Mata Mika mendadak basah. Ia palingkan wajahnya ke arah lain, menghindar dari tatapan tajam mata King yang terus mengawasinya, berusaha menyembunyikan kesedihan yang kini tengah dirasakannya. Digenggamnya erat foto di tangannya itu, foto lama dirinya saat masih berseragam putih abu-abu bersama Joe yang mengenakan seragam marinirnya dan tengah memeluk bahunya. Sedari tadi ia berusaha menahan air matanya hingga dadanya terasa sesak, tapi tetap saja bulir bening itu jatuh dan menetes di pipinya.

Kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan pesawat, saat itu Mika masih remaja dan Joe sedang dalam masa pendidikan militernya. Kehidupannya seketika berubah drastis. Di usia muda ia dituntut untuk bisa mandiri, melakukan segala sesuatunya sendiri. Hanya Joe satu-satunya saudara yang ia miliki, tapi Mika tidak ingin mengacaukan cita-cita juga karier sang kakak yang sudah jadi impiannya sejak lama. Dan Mika merasa sendirian kini, karena Joe pun telah pergi untuk selamanya.

“Ah, kenapa jadi melow begini, sih?” Mika mengerjapkan mata seraya menengadahkan wajahnya, foto di tangannya itu ia kipas-kipaskan di dekat matanya.

“Maaf, Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku ...” ucapan King menggantung di udara, dan mendadak pandangannya terpaku pada wajah cantik wanita di depannya itu yang mencoba tetap tersenyum dan balas menatapnya.

Bulir bening di pipi Mika tampak berkilauan. Ingin rasanya memeluk tubuh mungil itu dalam dekapannya dan memberinya kata-kata penghiburan seperti yang biasa ia lakukan pada teman wanitanya di saat mereka bersedih. Tapi, pikiran itu segera ia tepis. Mereka baru bertemu dan saling mengenal, tak mungkin melakukan hal itu pada Mika. Bagaimana kalau wanita itu menolak dan malah marah padanya? Oh, No! Ia akan kesulitan mendekati wanita itu lagi.

“Tuan tidak perlu minta maaf. Aku saja yang terlalu terbawa suasana,” ucap Mika seraya menyeka sudut matanya dengan ujung jarinya, ia tampak lebih tenang dari sebelumnya setelah beberapa saat. “Terima kasih sudah mau menyempatkan waktunya datang dan memberikan foto ini kembali padaku.”

“Bukan masalah,” sahut King cepat, merasa lega melihat perubahan sikap Mika. “Lagi pula, Aku sudah berjanji pada Joe untuk datang menemuimu dan memberikan foto itu padamu.”

“Terima kasih,” ucap Mika sekali lagi masih dengan bibir tersenyum.

Hening setelahnya, tak ada yang bersuara. King yang biasanya banyak bicara seperti kehabisan kata-kata saat menghadapi sikap tenang dan tutur lembut Mika. Ia berdeham sejenak untuk mengusir suasana canggung yang tiba-tiba saja tercipta di antara mereka, dan Mika langsung teringat sesuatu.

“Maaf, Aku jadi lupa menyuguhkan minuman untuk Tuan. Sebentar,” ucap Mika bergegas berdiri dan beranjak hendak menuju dapur.

“Kok?” King mengernyit lalu ikutan berdiri, berniat mencegah Mika pergi. “Hei, tidak perlu repot-repot. Lagi pula Aku juga tidak haus.”

“Tuan duduk saja di situ, Aku hanya sebentar kok.” Sahut Mika tanpa menolehkan wajahnya. King hanya bisa menggaruk rambutnya, ia menurut dan duduk kembali di kursinya menunggu wanita itu membawakan minuman untuknya.

Mika melangkah cepat menuju dapur. Baru beberapa langkah, tahu-tahu Dita muncul dari balik pintu membawa nampan di tangan lengkap dengan segelas minuman segar dan stoples makanan ringan. Seketika keningnya berkerut melihat sahabatnya itu belum pulang. “Tumben?”

“Beres kalau sama Aku, mah. Selalu tahu apa yang dibutuhkan sahabatnya,” sahut Dita dengan mimik menggoda, ia serahkan nampan di tangannya pada Mika. “Nih, bawa sana.”

“Nanggung banget!” Balas Mika dengan bibir mengerucut. “Kenapa gak sekalian kasih ke tamunya?”

“Ogah! Tamunya situ, juga.” Dita balas mencebikkan bibirnya. Mika terkekeh, nampan itu pun berpindah tangan. Ia kembali untuk menemui King, dan Dita berjanji untuk menunggunya di sana sampai tamunya itu pulang. Mereka berdua akan pergi menemui agen properti bersama.

Setelah menghabiskan minumnya, King tak segera pergi. Ia sengaja berlama-lama di tempat itu. Seolah mendapat bahan, ia mengajak bicara Mika dan bertanya banyak tentang profesinya sebagai pengajar di playgroup Mayapada. Apa yang melatarbelakangi wanita itu hingga memilih pekerjaannya yang sekarang, karena menurutnya Mika bisa saja mendapatkan pekerjaan lain dengan gaji besar.

“Aku memilih pekerjaan ini karena Aku sangat menyukai anak-anak. Aku juga menyukai pekerjaanku sekarang. Sebuah pekerjaan yang menyenangkan sekaligus melelahkan, Aku sering kali dibuat kerepotan karena harus mengawasi mereka bermain satu persatu. Mereka sangat aktif. Dan menariknya, mereka selalu saja ingin diperhatikan oleh kita gurunya.”

Mika yang pada dasarnya berhati lembut, tak bisa menolak saat tamunya itu bertanya banyak hal padanya. Cara bicara King yang santai dan menyenangkan membuat Mika larut dalam obrolan panjang, hingga ia hampir melupakan janjinya pada seseorang juga Dita yang menunggunya sejak tadi. Ponselnya yang bergetar menyadarkan Mika soal janjinya. Ia melirik arlojinya dan terkejut melihat waktu yang sudah ia habiskan mengobrol bersama King.

“Maaf, sepertinya obrolan kita harus berhenti sampai di sini. Aku harus pergi menemui seseorang,” ujar Mika, ia bangkit dari kursinya dan meringis saat menoleh dan mendapati Dita berdiri menunggunya dengan raut tak sabar di balik pintu ruang guru yang terbuka lebar.

“Aku juga berencana pergi setelah hujan sedikit reda,” sahut King sambil mengarahkan pandangan keluar ruangan. Ia merasa senang sekali bisa berbincang banyak dengan Mika. Permulaan yang bagus menurutnya, sepertinya akan mudah jalannya untuk mendekati Mika dan mewujudkan janjinya pada kakak wanita itu.

“Yaah, hujan. Bagaimana ini?” terlalu asyik mengobrol, Mika tak menyadari hujan yang turun di luar sana. “Cuaca memang sulit diprediksi. Padahal tadi ramalan cuaca hari ini cerah, tapi mendadak hujan gini.”

“Kamu kan tadi di dalam lama, mana liat itu langit mendung gelap dari tadi.” Dita mencebik sambil melirik King yang berdiri tak jauh dari mereka, sedikit kesal karena harus menunggu lama.

“Ya, kan Aku gak tahu.” Balas Mika tak kalah manyun.

“Ya udah, kita pakai jas hujan saja gimana?” sahut Dita lagi seraya menarik lengan Mika untuk segera keluar dari tempat itu, mengabaikan King yang berada di dekat mereka.

“Gak, ah. Deras gitu!” Sergah Mika membayangkan harus mengendarai motornya di bawah guyuran hujan deras, terlalu berisiko.

“Nunggu reda lama, say. Ini hujan bakal awet sampai sore. Lihat langitnya gelap rata gitu.” Dita menunjuk langit.

“Aku telpon lagi aja orang propertinya kali aja mau nunggu,” sahut Mika bersiap menelepon kembali.

“Ekhem!” sontak keduanya menoleh ke asal suara, dan Mika urung menelepon. King tersenyum dan langsung menawarkan solusi. Ia berniat mengantar kedua orang wanita itu dengan mobilnya.

“Gimana?” tanya Dita menyikut lengan Mika, menunggu jawaban. “Udah, terima aja. Dari pada lama.”

Mika tampak ragu, mereka baru saja saling kenal. Rasanya tak elok jika harus merepotkan lelaki itu. Ia menggeleng pada Dita, sebagai isyarat penolakan dan berbisik akan segera menghubungi agen properti yang menunggunya. “Terima kasih, Tuan. Kami tidak ingin merepotkan Tuan. Aku akan menghubungi mereka dan meminta untuk menunggu. Mereka pasti maklum karena cuaca sedang hujan.”

“Aku sama sekali tidak merasa direpotkan,” jawab King.

“Tidak perlu, Tuan. Terima kasih sekali lagi. Tapi kami akan menunggu hujan reda saja.”

“Kamu yakin? Bagaimana kalau mereka yang tak mau menunggu dan memilih untuk membatalkan pertemuan kalian?”

“Saya yakin sekali mereka akan menunggu. Terima kasih sekali lagi untuk kebaikan hati Tuan,” sahut Mika lagi, ia tak peduli meski Dita berulang kali mencubit gemas lengannya karena bertahan menolak tawaran King.

“Baiklah kalau begitu. Aku pamit sekarang.” Ada ketegangan di wajah King, ia pun melangkah keluar ruangan. Ia terlalu percaya diri kalau Mika akan langsung menerima ajakannya. Sama sekali tak menyangka kalau Mika akan menolaknya.

Tak berapa lama ponsel Mika bergetar lagi, sekilas ia melirik nama yang tertera di sana. Secepatnya Mika mengangkat telepon, berulang kali berucap maaf dan berjanji akan segera datang. Tak lama ia pun menutup sambungan teleponnya dan setengah berlari mengejar King yang belum lama berjalan keluar dari sana.

“Tuan King!” teriak Mika dan langsung menghadang langkah laki-laki itu di depannya. “Apa tawaran Tuan tadi masih berlaku?”

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!