NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Memandang punggung Diza yang melangkah riang memasuki gerbang sekolah membuat Arya tersenyum. Dia tahu semua tak akan sia-sia. Tubuhnya boleh kecil dengan usia yang juga masih belia. Namun otaknya cerdas.

Pengalaman hidup yang keras membuatnya paham bahwa tak ada yang gratis di dunia ini. Dia harus berjuang agar terus hidup. Menjaga Diza dan membuatnya sekolah.

Sejak memutuskan kabur dari panti itu Arya sudah menyusun rencana bagaimana cara dia bertahan. Semudah yang dia bayangkan? Tentu saja tidak!

Seorang preman yang mengantar mereka keluar dari kota besar membawa mobil itu jauh melintasi daerah-daerah yang belum pernah didatangi Arya. Pun dia memang sengaja ingin pergi sejauh mungkin. Agar tak ada yang menemukannya dan Diza lagi. Baik keluarga ayahnya pun orang-orang di panti.

Arya tidak berhenti walau mobil itu sudah mengantarnya sangat jauh. Dia kembali membawa Diza naik bis hingga berganti dua terminal. Mencari rumah kosong yang bisa ditinggali. Berganti beberapa kali hingga dia bekerja sebagai tukang sapu di sebuah pasar.

Setahun berlalu, dan Arya ingat adiknya harus sekolah. Dia memutuskan mencari pekerjaan lain untuk menambah uang agar bisa membeli peralatan sekolah Diza.

Saat menyapu pelataran pasar tradisional itu seorang wanita mengatakan tetangganya mencari pekerja lepas untuk membersihkan halaman. Arya berangkat menemui lelaki yang adalah pak Dirga.

Karena begitu terburu-buru ingin pergi saat mendengar cucunya kecelakaan, lelaki tua itu tidak mensyaratkan apa pun atas pekerjaannya. Dia hanya mengatakan akan kembali dua minggu lagi.

Tugas tambahan di bagian belakang membuat orang tua itu tertarik mengenalnya. Entahlah, atau kasihan karena melihatnya selalu membawa Diza bersama. Dan tawaran tak terduga itu tiba.

Arya jelas tak menolak begitu ditawari tinggal bersama. Dia bisa tenang bekerja saat meninggalkan adiknya sekolah. Uang yang terkumpul sedikit itu berguna ketika dia membelikan Diza buku. Walau hanya memakai baju lungsuran dari anak bulek Nur.

Kaki Arya menapaki aspal yang masih lengang dari kendaraan. Sekali lagi menoleh gedung sekolah di belakangnya. Arya tak menyesal menolak tawaran sekolah dari pak Dirga. Umurnya sudah terlalu tua untuk melanjutkan sekolah formal.

Mengikuti paket lebih baik baginya.

Arya bisa sekalian bekerja. Menjadi tukang kebun di rumah lelaki itu juga pilihan terbaik. Sesekali pak Dirga mengizinkannya membantu di toko kelontong milik pak Yunus.

Arya mempercepat jalannya. Hari ini sudah berjanji mengantar anak tertua pak Dirga ke pasar. Walau dia bisa merasakan penolakan dari Beno dan adiknya namun Arya acuh. Selama pak Dirga dan istrinya tidak mengusir dia dan Diza, Arya memantapkan hati bertahan di rumah itu.

Toh, dia tidak merasa merugikan kedua pasangan tua di sana. Mereka melakukan hubungan yang saling menguntungkan. Arya masih memegang prinsip kehidupan yang lurus menjaga sikapnya. Jujur dan bisa dipercaya.

Beno hanya memandanginya saat dia tiba di halaman. Arya gegas menaiki mobil yang sudah menyala dan duduk di kursi belakang. Beyna mendadak ingin ikut. Wanita itu melambaikan tangannya pada Masayu yang berdiri di teras depan.

" Kita ke swalayan yang dekat perempatan itu saja, mas! Males banget masuk ke pasar itu " Beyna melongokkan kepala melihat suasana diluar mobil.

Beno tidak menjawab. " Apa pasarnya masih becek jalannya, Arya? " Lelaki dengan kaos Polo hitam itu menoleh sekilas.

" Ngga, om! Udah di pasang paving block hingga ke ujung. Bangunannya juga tingkat dua. Ngga ada lagi yang memenuhi lorong. Mobil dan motor bisa parkir dengan leluasa " tutur Arya sopan.

Beno melirik adiknya. " Ngga pingin liat dulu? " cetusnya datar. Beyna menarik napas panjang. " Terserah, deh! " sahutnya malas.

Mobil melaju di aspal yang mulus dan cukup lebar. Pembangunan memang sudah memasuki daerah itu sejak lima tahun terakhir.

" Om tidak pernah ke pasar? " Arya tiba-tiba ingin tahu. Beno tertawa masam.

" Dulu iya! Kami tinggal di sini hingga sekolah lanjutan pertama. Ayah pindah lagi kesini dua tahun lalu. Kami juga jarang berkunjung lama. Paling menginap semalam " jelas Beno.

" Dulu pasarnya kumuh. Ngga percaya aja kamu bilang kayak tadi " sela Beyna tanpa menoleh.

Mobil memasuki jalan sebelah kiri yang menuju pasar induk. Beyna cukup terkesima karena suasana pasar benar-benar berbeda. Mereka berbelanja dengan cepat. Lalu kembali menuju jalan raya, mengarah ke bandara.

Seorang wanita dengan tiga anak tanggung berdiri di kursi tunggu yang menghadap ke jalan. " Lama banget, mas! " wanita dengan terusan selutut itu menarik koper dan memberikannya pada Beno.

" Kami ke pasar dulu. Ibu nitip belanja " sahut Beno sambil menerima koper dan memberikannya pada Arya yang ikut turun begitu mobil berhenti tadi. Cekatan Arya menaikkan koper dan dua tas ke dalam bagasi.

Istri Beno, Kartika menoleh sejenak ke belakang sebelum naik di kursi tengah.

Arya yang sudah di suruh pindah ke belakang mengangguk hormat. Anak tertua Beno, remaja lima belas tahun dengan penampilan anak kota asyik dengan gadget di tangan. Tak sekali pun mengalihkan tatapannya dari benda segi empat itu.

Anak keduanya berusia sembilan tahun, perempuan yang cukup ceriwis. Sepanjang perjalanan terus berceloteh riang. Dan anak Beyna, remaja perempuan empat belas tahun yang tampak ramah. Berbanding terbalik dengan ibunya yang terlihat ketus.

Mobil kembali menuju rumah. Dirga dan istrinya, ditemani Diza berdiri di teras rumah. Wajah mereka terlihat cerah. Menyambut cucu-cucunya penuh sayang, Masayu membawa mereka masuk ke rumah.

" Siapa dia, nek? " Witri, anak kedua Beno menatap Diza penuh selidik.

" Cucu nenek juga. Ayo, salaman! " Masayu menarik tangan Diza mendekat. Witri mencebik. Dan tanpa dosa berlalu meninggalkan ruang tengah memasuki kamar.

Tak lama teriakannya membahana di tengah rumah. Kedua orang tua dan neneknya terburu-buru memasuki kamar. " Dia tidur di sini? " Witri menunjuk Diza yang berdiri di sebelah Masayu.

" Kalian 'kan sama-sama anak perempuan, Wit! Ngga papa, dong, kalo satu kamar. Kamu juga di sini cuma liburan, lho. Besok lusa juga pulang 'kan? " Masayu berbicara dengan lembut.

Dia tahu cucu perempuannya yang satu ini sangat cerewet. Dan tidak suka berbagi. " Diza bisa tidur di bawah nanti " sahut gadis kecil yang membalas tatapan sinis Witri padanya.

" Siapa yang minta pendapatmu! " bentak Witri sadis. Diza diam.

" Ck, udah, deh Wit! Kamu tiduran aja di sini! Ngga capek apa baru tiba udah marah-marah begitu? " Cindy, anak tunggal Beyna yang sedang duduk diatas ranjang bersuara.

" Iya, sayang! Sudah kamu rehat dulu, gih! " Kartika, istri Beno menepuk punggung anaknya pelan.

" Ngga mau sebelum dia pindah dari sini! " Witri menepis tangan ibunya.

" Kamar udah penuh, Wit! Kamar depan 'kan diisi orangtuamu? Atau kamu sama tante Bey aja dulu malam ini? " Masayu terlihat gemas.

" Nggak-ma-u! Ini kamarku, nek! Setiap liburan aku tidur di sini. Dia siapa, sih bisa-bisanya tinggal di rumah ini? " Witri melotot.

" Witri! " Masayu menyergah. Dia menoleh Diza yang menunduk di dekatnya. Perlahan gadis kecil itu beranjak keluar kamar.

" Jangan keterlaluan begitu, Witri! " Masayu menatap gusar cucunya yang tampak tidak takut menantang matanya.

" Witri benar, bu! Mereka siapa ayah dan ibu hingga dibela-belain di kasi kamar begitu? Kalo mau kasi tumpangan dibikinin aja di dekat gudang itu, lho! Kan bisa di sekat biar jadi kamar satu lagi! " Kartika terlihat kesal.

Dan pembicaraan malam itu membuat keputusan baru untuk Arya dan adiknya. Mereka harus mengungsi sementara ke rumah bulek Nur di depan. Atau Witri mengancam pindah ke hotel. Kartika jelas berang jika anaknya harus tidur di hotel.

Bukan soal uang. Dia bisa menyewa kamar di sepanjang lorong jika mau. Kartika tidak terima jika kedua mertuanya memilih mempertahankan Diza. Arya membawa adiknya ke rumah depan.

" Keterlaluan banget anak-anak pak Dirga itu! " Nur mengomel nyaris setengah jam di ruang tengah. Suaminya hanya menghela napas panjang.

" Bukannya kamu kemarin yang ngasi tau mereka tentang keberadaan Arya dan adiknya? " Lelaki yang masih mengenakan koko itu menatap datar.

" Iya! Ngga sengaja. Kan mereka nanya apa bu Masayu sering melamun di kursi taman. Ibu keceplosan bilang pak Dirga dan istrinya tidak kesepian lagi sejak ada Arya dan Diza di rumahnya. " Nur memajukan bibirnya gemas.

" Ibu ngga ada pikiran mereka segera turun ke sini begitu mendengar kabar itu. Aneh banget kalo ngerasa Arya dan adiknya jadi saingankan? Bocah-bocah itu udah cukup seneng dikasi tempat tinggal, lho! " Nur meremas kedua tangannya. Hatinya masih panas.

" Saingan apa? " suaminya menoleh heran.

" Takut bagi warisanlah! Karena Arya dan Diza masuk di kartu keluarga ayah mereka, dipikirnya tanah juga kebun yang baru di beli pak Dirga itu mau dibagi juga kalo ayahnya meninggal " Nur mencebik kesal.

" Pikiranmu itu, lho! Jaga! " suaminya mendesah.

" Ck, kayak ngga tau aja lagaknya anak-anak pak Dirga, pak e! Sombong! " Nur beranjak menuju kamarnya. Sebelumnya dia mengintip keadaan Diza di kamar anak perempuannya. Gadis kecil itu sudah tidur nyenyak. Nur tersenyum.

1
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
Fannya
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Daina :)
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!