Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Seseorang
Sampai di mall yang memang jadi tujuan mereka kencan, Naifa langsung turun dari mobil dan berjalan meninggalkan suaminya. Gadis itu sangat tertarik pada setiap hal yang dilihatnya, gedung tinggi di sekitarnya pun sedikit memanjakan mata.
"Kamu senang kesini?" Tanya Bian yang melihat istrinya begitu memancarkan kesenangan.
Naifa menganggukan kepalanya dengan semangat, tentu saja dia sangat senang. Sebab, jarang sekali dirinya bisa bermain kesini tanpa izin dari orang tuanya. Hanya Sofia yang mengajaknya walaupun jarang, karena kakaknya lebih senang bermain bersama teman sekantornya.
"Mau langsung nonton atau makan dulu?" Tawar Bian pada istrinya. Naifa yang belum menyantap makan siang pun dengan jelas akan memilih untuk mengisi amunisinya.
"Kita beli tiket dulu aja, jadi nanti selesai makan langsung masuk ke studio."
Naifa hanya mengangguk saja, karena dia selama ini tak tahu bagaimana cara beli tiket bioskop atau apapun itu. Bisa dibilang Naifa ini gadis kuper, walau keluarganya mampu secara ekonomi. Setelah mereka membeli tiket bioskop, Bian membawa Naifa naik ke lantai atas mall.
"Banyak banget pilihan, pusing mau makan sama apa," ucap Naifa yang melihat banyaknya gerai makanan di area foodcourt mall. Bian pun mencoba memberikan opsi pada sang istri, menu nasi pasti yang dipilihnya.
"Nasi hotplate aja yah, kalau makan siang pasti maunya yang berat. Kita cari kursi dulu, nanti aku yang pesan." Naifa pun hanya duduk menunggu Bian memesan makanan. Tiba-tiba seorang gadis dari kejauhan melambaikan tangan pada Naifa. Diikuti 2 temannya, Hanni teman sebangku Naifa mendekati meja gadis itu.
"Nai, tumben banget kesini. Biasanya kan suka ga di izinin sama umi abi. Kamu kesini sendirian atau sama Kak Sofia?" Pertanyaan Hanni membuat Naifa gugup, dia tak menyangka akan bertemu dengan temannya di mall.
"Aku kesini sama kakak sepupu aku," ucap Naifa sambil tersenyum menunjukkan giginya.
"Kakak sepupu kamu yang kaya koko chindo itu kan? Mana dong, pengen lihat langsung kaya gini!"
Panjang umur, Bian pun menghampiri Naifa yang tak lama dibicarakan oleh para ABG itu.
"Ini kakak sepupuku Han, namanya kak Bian." Naifa merusuh, dia takut jika Bian akan keceplosan memanggilnya 'istri' seperti biasa. Bian yang tak mengerti hanya planga plongo mengikuti perkataan istri bocilnya itu.
Entah apa yang terjadi pada Hanni, namun melihat mulutnya yang sedikit menganga dan matanya yang agak melotot menunjukkan ekspresi jujur saat melihat Bian.
"Perkenalkan, saya teman sebangku Naifa, Hanni Pramita Binti Abdul Rahman. Pokoknya jangan lupa itu buat ijab qabul kita nanti, eh maksudnya jangan lupain saya temannya Naifa." Bian hanya tersenyum saja sembari menerima uluran tangan Hanni.
Begitu pula Mia dan Joan, mereka pun terpesona melihat ketampanan 'kakak sepupu' Naifa. Namun ketiganya merasa aneh melihat pakaian yang dipakai oleh saudara itu, seperti outfit check pasangan kekasih.
"Baju kalian kembaran ih, lucu deh. Kenapa ga sama aku aja kembarannya Kak Bian."
Bian hanya tersenyum, wajahnya yang tak nyaman begitu jelas terlihat. Naifa pun mencari cara mengusir tiga minion itu.
"Han, kita mau makan dulu. Lagian kursinya juga cuma dua. Jadi maaf banget nih kalau saya usir." Pinta Naifa dengan lembut.
"Oke calon adik ipar, nanti jangan lupa yah minta nomor kakakmu itu." Bisik Hanni dengan percaya diri. Naifa hanya mengangguk pelan, selain lapar diapun kesal dengan sikap teman-temannya.
"Agak seram juga yah anak sekolah jaman sekarang," ucap Bian yang membuat Naifa tertawa.
"Hanni tuh emang gitu, suka genit kalau lihat cowo ganteng. Tapi dia cuma bercanda kok, dia aslinya tuh baik banget," ucap Naifa sambil menyantap makanan yang sudah tersedia di mejanya.
"Berarti saya ganteng dong, karena teman kamu tadi genit."
"Ishh, pede banget lagi." Naifa kesal mendengar kepedean sang suami. Dia pun segera mengalihkan pembicaraan.
"Kak Bian bakal ngasih ijin ga kalau misal aku main kesini sama teman sekolah aku?" Tanya Naifa penuh harap.
"Engga," singkat, jelas, padat jawaban dari suaminya. Membuat Naifa kecewa dan kehilangan selera makannya.
"Kenapa makannya berhenti? Habisin, sayang kan kalau di buang. Di luar sana banyak orang yang belum tentu bisa makan seperti ini," Keluar kata bijak dari mulut Bian, dia sangat tak senang dengan orang yang tak menghargai makanan.
Kata ampuh itu membuat Naifa luluh dan menghabiskan makan siangnya.
***
"Kamu tunggu disini, saya mau ke kamar kecil dulu." Bian yang sedari tadi menahannya tak kuasa untuk segera mengeluarkan hawa panas di perutnya. Sementara Naifa hanya duduk di lobi bioskop sambil memandangi sekitar. Dari kejauhan, terlihat seorang wanita yang keluar dari salah satu studio. Naifa merasa mengenalinya dan terus memandangnya, begitu pula wanita itu.
"Naifa, kamu sedang apa ada disini?" Tanya Sofia yang ternyata sudah menonton dengan teman-temannya. Naifa merasa gugup melihat kakaknya, dia takut jika kakaknya tahu kalau Bian ada disini.
"Aku lagi mau nonton sama teman aku kak," jawab Naifa dengan wajah tak tenangnya. Tiba-tiba Sofia memeluk adik yang sudah satu minggu tak bertemu dengannya.
"Maafin kakak yah, jangan bilang sama umi ataupun abi kalau kamu ketemu kakak. Bagaimana dengan Pak Sidiq waktu pernikahannya batal, beliau marah ga sama abi?" Pertanyaan Sofia membuat Naifa terkejut, selama ini kakaknya tidak tahu jika Naifa menggantikannya.
Saat hendak menjawab, tiba-tiba seorang pria mendekati Naifa. Umurnya terlihat masih muda, seperti anak kuliahan gaul kota.
"Naifa, ini benar Naifa kan?" Tanya pemuda itu dengan wajah sumringahnya. Ryan, kakak kelas Naifa dulu yang sempat naksir padanya. Namun Naifa menolak cintanya karena tak mau berpacaran. Sofia yang mengerti langsung meninggalkan dua sejoli itu. Di pikirannya mungkin Naifa sedang ada janji dengan pemuda itu.
"Apa kabar Fa, kamu makin manis aja." Ucap Ryan yang masih saja salah tingkah saat melihat Naifa, begitu pula Naifa yang menunjukkan ekspresi tak biasa. Apalagi melihat Ryan yang semakin tampan, dengan gaya khas anak mudanya membuat hati Naifa berdebar kencang.
"Aku baik aja kak Ryan, kakak sendiri bagaimana kabarnya?"
"Aku baik, Fa. Hmm, kamu kesini nonton sama siapa? Kok sendirian aja?" Tanya Ryan sambil melirik ke arah kanan kirinya.
"Sama saya," Bian tiba-tiba muncul di samping Naifa dengan wajah juteknya.
"Aku kesini sama kakak sepupu saya," seperti biasa Naifa akan mengenalkan Bian sebagai kakak sepupunya pada siapapun. Namun kali ini, wajah Bian seolah tak terima.
"Oh begitu yah, kenalin kak saya Ryan. Dulu saya kakak kelas nya Naifa, sekarang saya kuliah di Universitas Negeri favorit."
Bian hanya menatapnya dengan tajam, tanpa sepatah katapun. Membuat Ryan kurang nyaman dan akhirnya memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
"Ifa, aku pamit pulang yah. Nomor kamu masih yang itu kan? Insya Allah aku bakalan kabarin kamu. Kak, aku titip Ifa yah," dengan wajah polos Ryan melambaikan tangan pada Naifa, tanpa tahu jika Bian saat ini ingin sekali menelannya bulat-bulat.
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....