Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.
kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,
bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?
Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 – Rumah yang Pecah, Hati yang Bingung
Pagi itu, Andrean nyetir turun dari puncak dengan Angel duduk di sampingnya. Perjalanan mereka sunyi. Angel lebih banyak diem, pandangannya kosong keluar jendela, sementara Andrean sesekali ngelirik, nahan rasa campur aduk di dadanya.
Dia belum mutusin apa-apa. Yang jelas, dia nggak bisa ninggalin Angel di sana. Nggak setelah apa yang terjadi.
"Kita mau ke mana?"
Suara Angel pelan, pecah di tengah suara mesin mobil.
Andrean narik napas dalam-dalam. "Ke rumah. Ke Bogor."
Angel cuma angguk, tapi air matanya turun tanpa suara.
Andrean ngencengin pegangan setir. Hatinya nggak tenang, tapi dia udah nggak bisa pura-pura semua baik-baik aja.
Sesampainya di Rumah
Kayla udah nunggu di depan pintu. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Tapi matanya merah, jelas dia semalaman nggak tidur. Di sebelahnya, Reyhan berdiri sambil megang tangan Anelia. Lian ada di balik kaki Kayla, diem, cuma liatin mobil yang baru aja parkir.
Andrean turun duluan.
Kayla tetap berdiri di situ. Nggak bergerak, nggak ngomong.
Angel keluar pelan dari pintu mobil. Langkahnya berat, kayak ragu. Tapi akhirnya dia berhenti beberapa langkah dari Kayla.
"Hai, Kayla."
Suara Angel gemetar.
Kayla ngelihat Angel, lama. Kayla tarik napas, lalu jalan mendekat. Sejenak, Andrean kira Kayla bakal marah. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Kayla peluk Angel.
Erat.
"Gue nggak tau harus ngomong apa," bisik Kayla di telinga Angel. "Tapi lo masih hidup, dan itu cukup buat sekarang."
Angel nangis di pelukan Kayla.
Andrean berdiri diem, nggak nyangka sama apa yang baru dia liat.
Malam Itu di Dalam Rumah
Angel duduk di ruang tamu. Kayla yang bikinin teh, naruh di meja.
Lian ngintip dari belakang dinding, matanya penasaran. Reyhan udah diajak tidur sama Kayla sebelumnya, biar nggak terlalu bingung sama semua yang terjadi.
"Lo udah aman sekarang," kata Kayla, duduk di kursi depan Angel. "Tapi kita butuh tau semuanya. Dari awal."
Andrean duduk di samping Kayla, megang tangannya.
Angel tarik napas panjang. Dia mulai cerita. Tentang gimana waktu itu, kecelakaan itu sebenernya udah direncanain. Lia nyuruh sopir yang biasa antar Angel buat ngebut di tikungan itu. Angel cuma luka ringan, tapi Lia datang duluan dan ngebawa Angel pergi sebelum siapa pun tau dia selamat.
"Dia bilang... lo semua lebih baik ngira gue mati," suara Angel berat. "Dia takut kehilangan lo, Dre. Dia takut lo tetep nyari gue."
Andrean ngepalin tangan. "Dia mainin kita semua."
Kayla diem. Matanya kosong, tapi tangannya nggak lepas dari tangan Andrean.
"Terus... kenapa lo nggak kabur?"
Angel nunduk. "Dia ngancem anak gue, Kay... ngancem Lian. Dia bilang, kalau gue muncul, Lian bakal diambil."
Andrean langsung melotot. "Apa?!"
Angel angguk. "Dia tahu segalanya, Dre. Tentang kita. Tentang Lian. Bahkan tempat lo tinggal sekarang."
Kayla berdiri, jalan mondar-mandir sambil nutup mulut. Dia nggak bisa diem.
"Gue nggak percaya Lia sejahat itu..." suaranya pelan. "...tapi sekarang gue nggak bisa nggak percaya."
Besoknya
Andrean mutusin buat nyari Lia. Dia nggak mau nunggu Lia nyerang duluan. Dia minta Kayla dan Angel tinggal di rumah, jagain anak-anak.
"Lo yakin mau pergi sendiri?" tanya Kayla waktu Andrean pake jaket.
Andrean ngangguk. "Ini urusan gue. Gue nggak mau lo semua kena."
Angel berdiri, megang lengan Andrean. "Hati-hati, Dre. Lia bukan orang yang sama kayak dulu."
Andrean cium tangan Angel. Lalu dia peluk Kayla, kenceng.
"Gue janji, gue balik."
Di Tempat Lia
Andrean dateng ke apartemen Lia di Jakarta. Apartemen mewah, tapi kosong. Nggak ada siapa-siapa di sana. Dia nemu satu amplop di meja ruang tamu.
Ada namanya di situ.
Andrean buka. Di dalamnya ada foto-foto Angel, Lian, Kayla, bahkan Reyhan dan Anelia. Semua foto itu kayak diambil dari jauh. Kayak ada yang ngawasin mereka selama ini.
Ada catatan kecil:
"Kalau lo deketin gue, keluarga lo yang bakal kena."
Andrean ngepalin tangan. Napasnya berat, tapi dia nggak boleh gegabah. Dia cek seluruh ruangan, nggak ada apa-apa.
Dia keluar, mutusin buat balik ke Bogor lebih cepat.
Di Rumah
Waktu Andrean nyampe rumah, dia langsung peluk Lian. Kayla duduk di ruang tamu sama Angel, diskusiin apa langkah mereka selanjutnya.
"Kita harus pindah," kata Kayla. "Setidaknya buat sementara."
Andrean angguk. "Gue setuju."
Angel diem, tapi akhirnya dia ngomong.
"Gue tau tempat aman. Tempat bokap gue dulu sering ajak gue waktu kecil. Di Garut."
Andrean mikir sebentar.
"Besok pagi kita berangkat."
Malam Itu
Andrean duduk di ruang tamu, Angel tidur di kamar sama Lian, Kayla nemenin Reyhan sama Anelia.
Dia buka laptop, nulis lagi. Tapi kali ini bukan cerita tragis.
Dia nulis tentang "Rumah yang Bertahan."
BERSAMBUNG...