NovelToon NovelToon
Becoming A Poor Princess

Becoming A Poor Princess

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Tamat / Cinta Paksa / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Itha Sulfiana

Diana Steel yang baru saja menemukan sang tunangan bersama sahabat baiknya tengah berselingkuh, kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang hancur. Diperjalanan, seorang Nenek tua menawarinya membeli sebuah novel tua bersampul hijau yang terlihat aneh di mata Diana.

Karena desakan sang Nenek dan rasa kemanusiaan yang tinggi, akhirnya Diana pun membeli novel yang menurut Nenek adalah novel yang mampu merubah kehidupan Diana. Apakah Diana percaya? Tentu tidak. Namun, kenyataan lain menampar Diana selepas menuntaskan cerita novel itu dalam satu malam. Dipagi hari berikutnya, dia terbangun di tempat lain dengan identitas sebagai Putri Diana Emerald. Sosok gadis malang, yang terasing sejak kecil dan malah akan berakhir mati ditangan suaminya sendiri, yaitu Kaisar Ashlan.

Menyadari hidupnya diambang bahaya, Diana memutuskan untuk menciptakan alur yang baru untuk kisahnya sendiri. Dia akan membuat Kaisar Ashlan jatuh cinta terhadapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan

"Tuan Putri, ada apa? Anda baik-baik saja?" tanya pelayan yang tadi mendekatinya.

"Jangan mendekat!" peringat Diana sambil beringsut pelan menuruni tempat tidur. Ia memperhatikan sekitar. Semuanya asing. Benar-benar tak ada apapun yang ia kenali di tempat ini.

Apa dia di culik? Benarkah? Apa ini ulah pasangan selingkuh itu? Mereka ingin balas dendam pada Diana?

Hendak memastikan semuanya, Diana berlari menuju ke pintu keluar. Namun, begitu sampai di sana, yang ia jumpai hanyalah koridor panjang disisi kanan dan kiri yang entah mengarah ke mana.

"Tuan Putri, ada apa?" Pelayan tadi masih mendekatinya. Beberapa pelayan lain ikut mendekat dengan raut wajah panik.

Diana tak mempedulikan keberadaan mereka. Ia kembali lagi ke dalam kamar. Cermin besar di sisi kanan ruangan adalah tujuannya. Dan, begitu sampai, ia memperhatikan lamat-lamat wajah didalam cermin itu. Ya, itu masih wajahnya. Kulit putih, mata hijau serta rambut kecoklatan bergelombang masih miliknya. Namun, gaun tidur yang ia pakai jelas bukan miliknya. Lalu, sebuah kalung berliontin permata Jadeite berwarna hijau terang tembus pandang jelas pula bukan miliknya.

"Siapa yang menyuruh kalian menculikku, hah? Apa Gerald dan Vanya?" tanya Diana garang pada sekelompok wanita yang terus mengikutinya sedari tadi.

"Apa maksud Anda, Tuan Putri?" 

"Jangan berlagak bodoh. Kalian dibayar berapa untuk mengerjai aku, hah? Kalian pikir aku takut pada kalian, begitu?"

"Ampun, Tuan Putri. Kami tidak bermaksud seperti itu." Salah satu pelayan menyahut dengan takut-takut. Sedikit terkejut akan reaksi Tuan Putri mereka yang selama ini terkenal pemurung dan nyaris tak pernah bicara. "Kami tidak mungkin berani bermain-main dengan Putri Mahkota kerajaan seperti Anda."

"A-aku siapa?" tanya Diana memastikan apa yang baru saja dia dengar.

"Anda tentu saja Yang Mulia Putri Diana, putri tunggal Yang Mulia Kaisar Sean." Pelayan wanita itu menjawab dengan kebingungan.

"Hah?"

Diana tercengang. Sejenak,ia mematung mencoba mencerna keadaan yang sedang terjadi.

"Aku Putri Diana?" tanyanya menunjuk diri sendiri.

Semua wanita berseragam maid itu menganggukkan kepala secara serentak.

"Tuan Putri harus segera bersiap. Sebentar lagi, rombongan Yang Mulia Kaisar Ashlan akan segera tiba. Yang Mulia Kaisar Sean mengatakan bahwa Anda harus bersiap sebaik mungkin menyambut kedatangan beliau."

Putri Diana,Kaisar Sean dan Kaisar Ashlan. Tiga nama itu terasa tak asing di ingatan Diana. Dan.. Duarrrr!! Bagai terkena kejutan listrik, Diana langsung jatuh terduduk saat menyadari suatu hal. Ia telah masuk ke dalam dunia novel yang ia baca semalam. Tapi, bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Tuan Putri, Anda baik-baik saja?" Para pelayan itu lekas mendekati Diana. Berusaha membantu wanita muda itu berdiri dan memapahnya ke tempat tidur.

"Minum dulu, Tuan Putri!" Salah satu diantaranya sigap mengambil air minum dan membantu Diana untuk meminumnya.

"Apa aku ada di kerajaan Timur?" tanya Diana mencoba memastikan.

"Iya, Tuan Putri. Anda masih berada di Kerajaan Timur. Dan, hari ini adalah hari pernikahan Anda dengan pemimpin Kerajaan Barat. Yang Mulia Kaisar Ashlan," jawab pelayan yang memberinya minum.

Diana masih belum sepenuhnya percaya. Bisa saja ada seseorang yang menyelinap ke dalam rumahnya semalam dan menculik Diana. Lalu, mungkin saja orang itu ikut membaca novel yang Diana beli. Satu-satunya cara yang kembali harus ia tempuh agar kewarasannya tidak terganggu adalah dengan memastikan segalanya.

Tanpa aba-aba, Diana langsung berlari keluar kamar. Sekelompok pelayan yang tadi mengerumuninya mau tak mau ikut berlari mengejar Diana yang tiba-tiba seperti itu.

"Tuan Putri, Anda tidak boleh berlari seperti itu. Itu dilarang!" kata salah satu pelayan yang paling dekat jaraknya dengan Diana.

Diana masih tak peduli. Di perhatikannya kiri-kanan dan tak ada satu pun yang ia kenali. Dari koridor yang begitu panjang, akhirnya Diana tiba di halaman yang begitu luas. Ada air mancur tepat dihadapannya. Disisi kanannya terdapat taman bunga yang luas. Dan, di sisi kirinya terdapat sebuah bangunan megah yang bertolak belakang dengan tempatnya tadi keluar. Ya, bisa dibilang, tempatnya tadi seperti tempat pengasingan. Terlampau jauh untuk keluar bahkan membuat Diana merasa ngos-ngosan hanya sekedar lari dari sana menuju kemari.

"Tuan Putri, kita harus kembali. Yang Mulia Kaisar pasti akan marah jika melihat Anda berada ditempat terbuka seperti ini," kata pelayan lagi.

Diana tak menghiraukan. Tujuannya berlari saat ini adalah bangunan megah disisi kiri. Teriakan peringatan dari para pelayan itu ia abaikan.

"Kau... Kenapa kau bisa ada disini?" Seorang wanita dengan gaun megah berwarna merah maroon,memegang kipas dan mengenakan topi bundar diatas kepalanya berseru saat Diana memasuki ruangan megah itu.

"Pengawal! Pengawal!" teriak wanita itu marah.

Dua orang pengawal yang tadi berusaha menahan Diana didepan pintu masuk berlari dengan tergopoh-gopoh menuju ke dalam.

"Kenapa Putri Diana bisa sampai kemari? Apa kalian tak bisa mencegahnya, hah?"

Dua penjaga tersebut diam. Tentu mereka tak bisa menjawab apapun. Bagaimana bisa ia melarang seorang Putri Mahkota memasuki ruangan milik Ayahnya sendiri?

"Bibi Levrina?" tebak Diana setelah memperhatikan apa yang wanita angkuh itu lakukan.

Duchess Levrina membulatkan kedua matanya. Baru kali ini ia mendengar sang keponakan memanggil namanya tanpa ada kesan takut dalam suara merdu itu.

"Beraninya kau memanggil namaku, Diana!" geram Duchess marah.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba saja Kaisar Sean muncul dari dalam ruangan kerjanya. Seketika, suasana mendadak hening. Ada rasa sakit seiring detakan jantung yang kian bertambah cepat saat Diana melihat dengan jelas rupa Kaisar Sean yang bahkan Putri Diana sekalipun tak pernah melihatnya hingga ajal menjemput.

Mata hijau itu sama dengan matanya. Namun, hanya itu sebatas kemiripan mereka. Saat pandangan keduanya beradu, Diana meneteskan air mata tanpa diminta. Gadis itu bahkan tak menyadari bahwa dirinya kini sedang menangis hanya karena menatap lelaki paruh baya yang nampak masih begitu gagah diusianya yang sudah senja. Ada rindu yang menyeruak begitu saja.

"Kenapa anak itu ada disini?" tanya Kaisar Sean dengan nada datar terkesan dingin.

Pelayan wanita yang tadi mengejar Diana akhirnya sampai juga. Mereka langsung bersujud didepan Kaisar Sean dengan ketakutan.

"Maafkan kami Yang Mulia. Tuan Putri tadi tiba-tiba berlari dan kami tidak sanggup mencegahnya."

"Bawa dia kembali ke kamarnya dan pastikan kalian mendandani dia dengan baik. Satu lagi, pastikan gadis itu tak berbuat ulah lagi atau kepala kalian yang akan jadi taruhannya," kata Kaisar Sean dingin sambil membelakangi Diana.

"Ayah...," panggil Diana tertahan. Entahlah! Ia pun tak sadar mengucap nama itu.

"Apalagi yang kalian tunggu? Cepat seret gadis itu pergi dari hadapan Kaisar!" titah Duchess Levrina angkuh. Ia seolah tak ingin Anak dan Ayah itu bersitatap lebih lama lagi.

Para pelayan itu mengangguk. Mereka membawa Diana kembali ke tempat pengasingan dengan tatapan kasihan. Seorang Putri yang seharusnya menikmati kemewahan dan kekuasaan justru berakhir di pengasingan dan kini malah akan diusir secara halus dari negerinya sendiri.

*******

"Anda cantik sekali, Tuan Putri!" puji pelayan yang bertugas meriasnya.

Tak ada senyuman di wajah Diana. Hari pernikahan yang ia nantikan bersama kekasihnya  malah harus terjadi dengan seorang lelaki yang sama sekali tak ia kenal. Parahnya lagi, lelaki itu adalah seorang pemimpin yang bengis lagi kejam. Masa depan Diana terasa suram. Apalagi, ia tak tahu kemana harus kabur dan bagaimana caranya dia keluar dari dunia paralel ini. Ditambah lagi, bayangan kematian di depan mata makin menambah betapa mencekamnya masa depannya.

"Sang Kaisar telah tiba. Tuan Putri diharapkan menuju ke aula pernikahan, sekarang!" kata seorang pengawal memberitahu.

Diana masih terdiam dengan tatapan kosong. Tak ada celah untuk lari. Terdapat 6 pengawal laki-laki yang disiagakan oleh Duchess Levrina agar ia tak bisa kemana-mana.

Duchess Levrina adalah saudara kandung mendiang Ibu Putri Diana. Masih jelas diingatan Diana bahwa wanita licik itulah yang membuat sang Ayah menjadi makin membencinya dengan hasutan-hasutan yang kian hari kian dilancarkannya. Bahkan, wanita ular itu pulalah yang membuatnya harus mati di tangan Kaisar Ashlan akibat fitnah kejinya.

"Baiklah, Diana! Kau bukan Diana Emerald. Kau Diana Steel. Jika tak bisa menghindar, maka cukup kau hadapi! Ubah ceritanya sesuai keinginanmu dan jangan mau menjadi lemah seperti Diana Emerald." Diana mencoba meyakinkan diri sendiri dengan tekad untuk tak menyerah apalagi mati muda. Satu modal sudah ditangan yaitu dia tahu alur cerita ini.

Sampai di aula pernikahan, seorang lelaki dengan jubah hitam yang menjuntai serta sebuah topeng yang belum pernah ia lepas tampak menunggu Diana. Gadis itu pun menarik nafas panjang. Langkah pertama yang akan ia tempuh demi menghindari kematian adalah dengan menghilangkan pandangan gugup dan menggantinya dengan pandangan berani.

"Kalian berdua sudah siap?" tanya Pontifex, pimpinan tertinggi kuil kerajaan Timur saat kedua mempelai tiba dihadapannya.

"Kami siap," jawab keduanya dengan tegas dan lantang.

Lelaki di sebelah Diana tampak terkesiap saat mendengar betapa tegasnya wanita yang ia ketahui begitu lemah itu. Setidaknya, menurut informan yang ia utus untuk mencari tahu bagaimana kepribadian calon istrinya. Namun, keterkejutannya tak begitu ia tunjukkan. Apalagi, kini topengnya masih terpasang sempurna.

Banyak rumor mengenai mengapa sang Kaisar tak pernah membuka topengnya. Namun, rumor yang paling mendekati benar dan masuk akal adalah bahwa wajah sang Kaisar rusak saat berperang dengan kerajaan lain saat usianya masih sangat muda. Tapi, seberapa rusak dan parahnya luka itu masih ada yang belum tahu pasti karena para pelayan di kerajaan Barat sekalipun tak pernah melihat. Satu-satunya orang lain selain orangtuanya yang pernah bahkan sering melihat wajah sang Kaisar hanya Ksatria Bennett. Pengawal sekaligus sepupu dari pria itu sendiri. Namun, sayangnya rahasia seperti apa rupa sang Kaisar, tetap akan menjadi rahasia karena mustahil Ksatria Bennett membeberkannya tanpa izin sang Tuan.

Usai upacara pernikahan selesai, Kaisar Sean langsung meninggalkan tempat tanpa memberi ucapan apapun pada putri dan menantu barunya. Kaisar Ashlan sepertinya juga tak mempermasalahkan hal itu. Ia seolah mengerti bahwa seorang Raja yang baru saja menyerah tak mungkin bisa berdamai dengan cepat bersama musuhnya sekalipun sekarang mereka telah menjadi keluarga.

"Ksatria Bennett, antar Ratu Diana menuju kereta. Malam ini juga, kita akan kembali ke kerajaan Barat," titah Kaisar Ashlan pada ajudan pribadinya.

Diana terkesiap. Jujur, ia masih belum siap dan belum mampu menyesuaikan apa-apa. Tiba-tiba saja sudah langsung diminta untuk pergi ke kerajaan Barat tanpa persiapan apapun.

"Jangan persiapkan apapun. Semua kebutuhanmu sudah tersedia disana." Seolah mampu membaca pikiran Diana, Kaisar Ashlan sudah menyela bahkan sebelum Diana berucap.

"Ta-tapi...," Diana masih ingin protes namun Ksatria Bennett mencegahnya.

"Turuti saja apa yang dikatakan Yang Mulia Kaisar, Ratu! Itu akan lebih baik dan aman bagi Anda," tuturnya.

Diana mengangguk pasrah. Benar apa kata Ksatria Bennett. Ia tak boleh melakukan hal yang bisa memancing emosi Kaisar kejam itu. Salah-salah, umurnya bahkan bisa jauh lebih pendek dibanding Diana Emerald.

Malam itu, Diana pun pergi bersama suaminya menuju ke kerajaan Barat. Dan, entah kenapa, meski ia menyadari bahwa tubuh yang sekarang ia miliki bukanlah tubuhnya, namun rasa sakit hati karena tak ada yang melepas kepergiannya terasa begitu menyesakkan. Bahkan, air matanya terjatuh tanpa diminta.

"Kenapa aku menangis? Kenapa aku masih menoleh ke belakang dan berharap Yang Mulia Kaisar Sean berdiri disana untuk melepasku? Bukankah putrinya adalah Putri Diana Emerald? Sementara aku? Aku adalah Diana Steel," gumamnya dalam hati.

1
£rvina
Luar biasa
£rvina
gimana mang wajahnya... pinisirin ih... /Facepalm/
£rvina
mereka mang gak tahu diri.. mang pantas di hajjaaarrr.. asu dahlah.... /Hammer/
Qpas Agustiyan
aq ko keinget Niah n Saga y, awl2 nikah... gagal move on aq nya... wkwkwkwk
Dede Mila
geregetan banget dah ma Diana.... katanya sabuk hitam....🫣🫣🫣🫣
dafa ramadhan
kereeen
Hikam Sairi
laper apa doyan.../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Hikam Sairi
/Chuckle/
Nurul Pky
Luar biasa
Chauli Maulidiah
genre novelnya wanita kuat..

tp ceritanya bikin kecewa. kuat apanya..?
Anonymous
ok
Sri Tati
Luar biasa
mom rafka
bagus dan seru ceritanya
Rizky Anindiya
nenek aneth.terserah kamu lah sakarep mu..orang udah bahagia malah mau di campuri LG .kasian kaisar Ashlan .kalo sampe Ratu Di kembali ke dunia nya😔
Rizky Anindiya
Luar biasa
Rizky Anindiya
Lumayan
Rizky Anindiya
Diana kamu yg terlalu menjaga jarak .padahal seharus nya buka hati mu...dgn kamu menjaga jarak kamu memberikan kesempatan sama si Verona..
Rafalia Azen
blm nikah udh enak enak dulu ,,,,
Rafalia Azen
nikah dulu baru bikin bayi
Thr!b!
Terimakasih Othor, sudah membuat karya yang sampai end. Tidak ngegantung para pembaca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!