"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Waktu tiga hari Nirmala di Amerika telah ia lewati. Hari ini adalah hari kepulangan Nirmala. Pesawat Nirmala akan berangkat nanti malam.
Kama membantu Nirmala dalam persiapan kepulangannya.
"Sayang, aku panggilan orang untuk massage kamu disini. Biar otot kamu gak terlalu tegang nanti selama perjalanan di pesawat."
Itu bentuk tanggung jawab Kama. Semalam mereka bermain berkali kali. Nirmala dibuat remuk oleh Kama yang tiada henti menggauli dirinya. Kama seolah ingin mengambil semua jatahnya untuk ia simpan selama dua Minggu kedepan.
"Iya sayang. Makasih." Kama dan Nirmala sedang menikmati sarapan pagi mereka yang sudah lewat waktunya. Bahkan beberapa jam lagi sudah hampir menunjukkan waktu siang.
"Aku ke ruang kerjaku dulu ya sayang." Setelah menyelesaikan sarapannya, Kama pamit ke ruang kerjanya. Ada beberapa berkas yang harus ia selesaikan segera.
"Iya sayang." Nirmala lanjut menyelesaikan sarapan.
Sebelum pergi Kama menyempatkan mencium kening Nirmala.
Selama sarapannya pikiran Nirmala berkelana mengenang kejadian apa saja yang ia lalui selama tiga hari di Amerika. Tindakan menyusul Kama disini cukup menyita waktunya untuk sang kekasih.
Nirmala tahu apa yang akan terjadi jika ia berani menyusul lelaki itu disini. Dengan kesibukkan Kama lelaki itu cukup memberikan banyak waktunya untuk menemani Nirmala. Walau kadang memang disisipi pekerjaan yang harus laki laki itu kerjaan Nirmala tidak masalah.
Di sisi lain Kama masih berkutat diruang kerjanya, ada berkas yang harus ia selesaikan dengan perusahaan milik Juwita.
Omong omong soal perempuan itu, Kama berulang kali harus memutar otak dan mencuri waktu disela kebersamaan dengan Nirmala. Pasalnya Juwita cukup intens menghubungi dan bertanya ini itu tentang pekerjaan maupun pribadi pada Kama.
Banyak ajakan bertemu yang Kama tolak secara halus karena untuk sekarang waktunya masih tersita untuk Nirmala.
Seperti saat ini Kama sedang bertelepon dengan Juwita.
"Sepertinya malam besok saya punya cukup waktu."
"Benarkah Kama."
"Iya. Saya punya waktu kosong hari itu. Bukankah siangnya kita ada pertemuan jadi kita bisa lanjut pergi."
"Itu ide yang bagus."
"Ya sudah sampai bertemu besok."
"Bye Kama."
"Bye."
"Sayang orang yang mau massage aku sudah datang."
"Hah." Nirmala masuk membuat Kama terkejut.
"Kamu abis telponan sama siapa? Tadi aku bilang orang yang massage aku sudah datang."
"Sama teman. Yuk kita keluar. Aku juga ingin di massage." Kama mengajak Nirmala keluar kembali dari ruangnya.
Dari gelagat Nirmala sepertinya ia tidak tahu siapa penelpon yang barusan. Ya, memang harusnya tidak ada yang perlu dicurigai. Toh tadi seingat Kama barusan ia bertelponan tidak berbicara yang aneh apalagi menyebut nama perempuan.
Jadilah mereka sama sama di massage. Keduanya pasti sangat lelah dengan aktivitas mereka dari kegiatan jalan jalan, liburan dengan helikopter dan tidak lupa olahraga ranjang mereka yang tidak kenal waktu.
Setelah massage mereka cukup merasa segar kembali.
Nirmala hendak bersiap untuk pergi ke bandara untuk pulang ke tanah air. Namun sebelum itu Kama meminta jatah kembali sebelum mereka ke bandara.
Sebenarnya Nirmala ingin menolak takut ia akan terlambat namun dengan seribu rayuan Kama akhirnya Nirmala pasrah juga.
Namun dari percintaan mereka ini tidak seperti semalam yang menggebu gebu dan liar. Kali ini Kama memperlakukan Nirmala dengan begitu lembut. Mereka begitu hanyut dalam romansa percintaan yang lembut dan romantis yang Kama lakukan. Kali ini Kama tidak ingin membuat Nirmala kelelahan malahan ia ingin membuat Nirmala merasa terpuaskan dan tak terlupakan.
Saking hanyut mereka dalam bercinta, Kama seolah tidak pernah puas. Awalnya laki-laki itu hanya meminta satu sesi pada Nirmala namun pada kenyataannya Kama mengakhiri pergulatan mereka hingga Kama mendapat dua kali pelepasan.
Saat ini keduanya tengah berada di lounge VIP sembari menunggu jadwal keberangkatan pesawat Nirmala.
"Sayang aku mau ketoilet dulu." Pamit Nirmala pada Kama yang masih sibuk memainkan handphone miliknya.
"Iya sayang." Kama menanggapi.
Nirmala beranjak hendak ke toilet seperti yang dikatakan pada Kama.
Kama tadi beberapa kali membalas pesan yang dikirimkan Juwita untuknya. Mereka berbicara tentang pertemuan besok.
Tak lama Nirmala kembali dari toilet dan disertai juga panggilan tentang keberangkatan pesawat yang akan Nirmala naikin.
"Sayang kayaknya itu pesawat aku deh." Nirmala bersiap.
Kama menarik Nirmala yang baru datang dari toilet dan mengajak perempuan itu duduk terlebih dahulu. "Sayang, gak usah terburu buru." Terang Kama menenangkan pasalnya Nirmala seperti terburu buru takut ketinggalan pesawat padahal pengumuman itu baru saja terdengar. Orang orang pasti masih ramai. Jadi Kama mengajak Nirmala untuk menunggu sebentar lagi.
"Iya."
Mereka duduk berhadapan. Kama membelai rambut Nirmala.
"Nanti kabarin aku kalau sudah sampai. Pesan aku jangan dianggurin, cepat balas pesan aku. Angkat telpon aku kalau ditelpon. Kabarin terus kamu dimana. Jangan terlalu capek kerja, makan yang teratur dan gak usah dekat dekat dengan teman vendor kamu itu." Cerocos Kama memberi petuah.
"Banyak banget pesan buat aku."
"Karena kamu suka nakal kalau gak aku omelin terus."
"Masak sih. Kamu kali yang nakal. Tadi kata kata kamu berlaku juga buat kamu sendiri ya."
"Kamu jangan khawatir sayang. Percaya sama aku. Hati dan perasaan aku cuman untuk kamu sayang." Kama mengecup kening Nirmala kemudian merengkuh Nirmala begitu erat. Kama menghirup tengkuk Nirmala. Ia sedang menyerap energi dari kekasihnya ini.
"Aku bakalan selalu kangen sama kamu." Jujur Kama.
"Aku juga." Nirmala balas pelukan Kama. Tangannya mengelus punggung lebar kekasihnya.
Mengedarkan pandangan, Nirmala terfokus pada handphone milik Kama. Ada notifikasi pesan yang masuk refleks Nirmala melihat.
Pesan dari Mr. Zahid. Namun Nirmala agak bingung pasalnya isi pesan itu adalah ungkapan yang ambigu dari seorang laki-laki.
'selamat beristirahat Kama. Sampai bertemu besok'
Nirmala Tidak bisa berpikir lebih jauh ia bergegas bersiap ke pesawatnya yang kembali memberi pengumuman.
"Sayang aku harus ke pesawat sekarang."
Kama mau tidak mau melepaskan pelukannya.
"Iya sayang." Setelah melepas pelukan, Kama mencuri ciuman bibir Nirmala.
Nirmala malam ini kembali ke tanah air. Mereka berdua kembali harus melanjutkan hubungan jarak jauh mereka.
Nirmala akan kembali bekerja begitupun Kama yang pastinya lebih sibuk lagi.
Kini Nirmala sudah berada di dalam pesawat dan sebentar lagi pesawat akan take off. Barusan ia sudah izin pada Kama untuk menonaktifkan handphone miliknya.
Setelah mengirim pesan itu pikiran Nirmala kembali ke pesan masuk di handphone kama tadi.
Nirmala tidak mau berpikir aneh. Toh itu hanya pesan yang jelas jelas dari laki laki. Mungkin itu rekan bisnis Kama.
Nirmala percaya pada kekasihnya. Nirmala dapat merasakan cinta yang begitu besar pada dirinya dan Nirmala tidak akan meragukan Kama apalagi hal itu tidak beralasan dan hanya berdasarkan feeling Nirmala semata.