NovelToon NovelToon
Maya Dan Cangkulnya

Maya Dan Cangkulnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Romansa pedesaan
Popularitas:131
Nilai: 5
Nama Author: R.Fahlefi

Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ipon

Hari berlalu, satu purnama terlewati. Di balai desa, ribuan bibit tanaman diturunkan dari mobil truk. Warga beramai-ramai berkumpul disana. Tak terkecuali Pak Kades dan istrinya, juga Maya dan Gilang.

Rencananya satu minggu lagi mereka akan mulai menanam tanaman Asparagus hijau. Sesuai kesepakatan, ketua kelompok ini adalah Maya. Ia akan menentukan waktu tanam, jadwal pemupukan dan lain-lain.

"Wah, beruntung ya desa ini punya mbak Maya."

Maya tersipu, meletakkan keranjang bibit. Ia ikut menurunkan bibit-bibit itu dari truk.

"Bukan cuma cantik, mbak Maya juga baik dan rajin."

Wajah Maya memerah, meski ia sering mendapat pujian seperti itu tapi tetap membuatnya kadang salah tingkah.

"Udah-udah, jangan digodain terus mbak Maya nya, lihat tuh wajahnya udah merah kayak kepiting rebus!"

Beberapa ibu-ibu disana tertawa kecil melihat Maya yang malu-malu. Bapak-bapak disana juga banyak yang curi-curi pandang pada istrinya Gilang itu.

Maya melanjutkan pekerjaannya. Bagaimanapun cantik dirinya, bagaimanapun rajin dirinya, ia hanya milik Gilang seorang.

Sekitar satu jam lebih bibit-bibit tanaman itu telah disusun rapi di halaman balai desa. Ada banyak sekali jumlahnya, karena semua bibit itu dibagikan secara gratis oleh ibu bupati.

Maya semakin sibuk, pekerjaannya bertambah banyak, belum lagi tanaman di ladang yang harus dipanen lebih awal.

Maka dari itu sepulang dari ladang Maya tampak kelelahan, tubuhnya terlihat semakin kurus.

Gilang yang menyadari itupun tidak banyak menuntut Maya. Kadang ketika pekerjaan rumah ada yang terbengkalai ia lah yang membereskannya sendiri.

Apalagi ketika malam-malam Gilang merindukan memeluk istrinya, wajah Maya yang terlihat letih, serta dengkuran Maya ketika sudah duluan tidur membuat Gilang bersabar. Itulah mungkin resiko yang harus mereka terima untuk kehidupan mereka sekarang.

Pagi itu, ketika Gilang sudah berangkat kerja Maya dikejutkan oleh Mirna yang berdiri di bawah pintu rumah mereka. Wajah Mirna tampak sangat pucat, bibirnya melengkung antara tersenyum dan antara menangis.

"Mirna, ada apa?" Tanya Maya.

"Kak Maya... Tolong aku." Ucap Mirna dengan nada menyedihkan.

Maya melirik sebuah tas plastik yang dijinjing oleh adik iparnya itu, lalu menatap kembali wajah Mirna.

"Kamu mau ngasih oleh-oleh?" Tebak Maya asal.

Mirna menggeleng, "oleh-oleh dari Hongkong! Bukan kak... A-ku mau minta tolong...." Ucap Mirna.

"Tolong apa?" Tanya Maya, perasaannya mulai tak enak. Setiap kali adik iparnya itu datang, pasti selalu saja membawa hal-hal di luar angkasa.

Mirna tanpa disuruh masuk kedalam rumah, lalu duduk di atas sofa empuk yang dibeli beberapa minggu lalu.

Maya ikut duduk, menunggu dengan sabar adik iparnya itu mulai bicara.

"Jadi gini kak, aku kemarin check out handphone di sopi bayar COD."

Perasaan Maya mulai gelisah, tapi ia tetap berusaha mendengar agar Mirna selesai ngomong.

"Lalu?" Tanya Maya.

Mirna menyeringai, "kemarin aku kira harganya 500 ribu, eh ternyata 5 juta."

"Terus?"

"Terus ya... Aku nggak ada uang bayarnya kak May."

"Hubungannya denganku apa?" Alis Maya terangkat, ia sudah menduga kalau makhluk yang ada dihadapannya itu selalu saja buat masalah.

"Aku mau minta tolong kak Maya, kurirnya masih ada di rumah. Ibu sejak tadi marah-marah. Makanya aku datang kesini, uang kak Maya kan banyak."

Seketika mata Maya membesar. Uang 5 juta itu bukan sedikit bahkan ketika Maya dalam keadaan sekarang.

"Kau pikir aku ada uang segitu? Lagipula emang kau beli hp apa segitu mahal?" Tanya Maya mulai berang.

Mirna mengeluarkan bungkusan plastik yang sedari tadi di tangannya. Isinya, handphon, ipon 13.

"Aku beli seken biar murah." Ucap Mirna sambil menyeringai.

"Murah ndasmu! Aku aja pakai ipon 11 seken!"

Nafas Maya menderu. Selama ini Maya bekerja banting tulang mengumpulkan duit. Pagi-pagi ke ladang, siang pulang, sore balik lagi ke ladang untuk mencari uang. Sedangkan Mirna hanya goyang-goyang kaki di rumah, menunggu transferan dari Gilang, dan sekarang dengan mudahnya minta dibayarin ipon.

"Kak May.. Plisss kali ini saja."

"Tidak!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!