ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Andreas sudah siap-siap dengan setelan baju olahraga nya, jika yang lain guru memakai seragam PNS nya beda dengan Andreas yang malah memakai seragam olahraga. Hari ini dia akan membawa mobil karena akan mengajak Ziah jalan.
Andreas turun ke lantai satu menuju ruang makan, di lihatnya anggota keluarganya sudah di sana namun dia merasa heran karena Arkana di sana malah menangis. Tidak jelas apa yang di minta anak itu, di kasih apapun tetap salah malah tambah kencang menangis.
"Anak Ayah kenapa?" Tanya Andreas, sambil menghampiri anaknya. Di bawa Arkana ke pangkuannya saat dia sudah duduk di kursi meja makan.
"Ikut Yayah, temu Tante tantik. Kana bocan di lumah cama Oma." pintanya di sela-sela rengekannya.
"Ayah mau kerja dulu nanti sore Ayah jemput aja ya buat ketemu Tante nya." pinta Andreas tidak mungkin dia mengajar sambil bawa anak.
"Mau cama Yayah aja, dak mau Oma." raungnya lagi, menangis memekakn telinga. Semua orang menggeleng melihat kerewelan balita itu.
"Mau ke rumah Mama? Nanti sama Yayah di jemput?" tanya Andreas lagi. Namun Arkana menggeleng. Andreas mendesah di lihatnya sudah jam 6 jika mau menjemput Ziah dia harus berangkat sekarang.
"Ya udah ikut sama Ayah, tapi nanti anteng ya jangan rewel." pesan Andreas. Andreas berdoa mudah-mudahan Ziah mau menemani anaknya saat dia sedang mengajar.
Andreas memilih membawa sarapan nya karena waktu yang sudah mepet juga. Andreas menuju mobilnya sambil menggandeng tangan Arkana, sebelah tangannya menenteng tas nya juga tas anaknya. Jika sudah seperti ini kelihatan Andreas sudah punya anak.
Setelah mendudukkan Arkana di kursi bayi, Andreas pun masuk ke pintu samping dan duduk di kursi kemudi. Andreas menjalankan mobilnya menuju rumah Ziah terlebih dahulu. Untung nya jalanan tidak begitu macet, malah terbilang lancar.
Andreas sampai di rumah Ziah, dia keluar lalu menuju pintu samping dimana Arkana duduk, di gendong nya Arkana menuju rumah Ziah.
Tok..tok..tok.
"assalamualaikum." salam Andreas.
"waalaikumsalam salam." sahutan dari dalam.
Ceklek .. bunyi kunci pintu di buka. Menampakan Rio Adiknya Ziah.
"Masuk mas." ucap Rio namun wajahnya sangat dingin saat melihat Andreas. Andreas bingung melihat itu emang sifatnya seperti itu, apa dia punya salah fikirnya.
Tidak lama Ziah keluar dari kamar, celana bahan berwarna khaki di padukan dengan kemeja berwarna biru dan kerudung pashmina senada dengan celana. Andreas terpaku melihatnya, dia tahu Ziah sangat cantik tapi sekarang Andreas seolah-olah tidak rela mengajak Ziah keluar rumah.
"Tante tantik." teriak Arkana, menyadarkan Andreas dari keterpakuannya.
"Anak ganteng, kok ikut?" tanya Ziah.
"Tadi nangis pas Mas mau berangkat, udah di bujuk sama orang rumah tapi tidak berhasil." jelas Andreas.
"Ya udah gak papa ya, nanti sama Tante aja ya. Jangan ikut Ayah." pinta Ziah sambil tersenyum.
"Ibu mana? Ayo pamitan takut ke siangan sampe sekolah." ujar Andreas. Ziah pun melangkah ke dapur untuk memanggil ibunya sambil mengambil sepatu kets miliknya.
"loh anak ganteng kok ikut? Di rumah aja sama uti ya?" pinta Bu Aminah. Namun Arkana malah menggeleng kan kepalanya.
"gak papa Bu, nanti di sekolah sama Zi kok. Ziah pamit berangkat ya soalnya takut ke siangan."jelas Ziah.
"Bu saya pamit, sekalian mau minta ijin nanti sore mau keluar dulu sama Ziah gak nyampe malem insya Allah sore juga pulang." Jelas Andreas.
Bu Aminah pun mengangguk dan mengijinkan Andreas membawa Ziah.
Mereka pun masuk mobil, Ziah mendudukkan Arkana di pangkuannya, saat akan memakai seatbelt Ziah kesusahan. Ziah kaget saat sebuah tangan membantunya memakai seatbelt, Ziah menatap wajah Andreas yang begitu dekat dengannya, keduanya malah saling pandang. Ziah cepat-cepat mengalihkan pandangannya sebelum khilaf . Mereka malah jadi canggung sendiri, namun itu tidak lama karena terdengar celotehan Arkana yang banyak bertanya.
Mereka sampai di parkiran sekolah, Andreas memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mobil. Andreas keluar lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Ziah keluar sambil menggendong Arkana. semua orang yang melihat itu tentu saja terkejut bagaimana bisa Ziah dan Andreas bisa berangkat bersama. mereka seperti keluarga yang harmonis.
"Saya anter dulu ke perpus ya, soalnya pasti susah bawa tas kamu sama tas keperluan nya Arkana." pinta Andreas, Ziah hanya tersenyum dan mengangguk. Namun Ziah baru sadar kalau mereka jadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah.
"Kapan nikahnya, datang-datang kok udah bawa anak?" tanya pak Usep usil. Pak Usep senang melihat keduanya akur kembali. Mereka berdua tidak menjawab pertanyaan pak Usep Ziah hanya tersenyum bahkan pipinya bersemu merah karena malu.
Sampai di depan pintu perpus, Ziah membuka kuncinya lalu masuk. Ziah mendudukkan Arkana di kursi tempat nya bekerja, sementara Andreas meletakkan tas keduanya di atas meja.
"Ayah kerja yah, jangan rewel. Harus nurut sama bunda." ucap Andreas sambil menggoda Ziah, dia mengusap kepala Arkana sebelum pamit.
"Bunda mau salin gak? Ayah mau ngajar dulu?" goda lagi Andreas.
"Bapak kalau ngomong lagi, ini seisi perpus sama saya di lempar ke Bapak." ancam Ziah. Andreas terkekeh. Dia pun meninggalkan keduanya.
Ziah mendekati Arkana yang anteng di kursinya.
"Adek udak sarapan ?" tanya Ziah lembut.
"Udah, tana mau main aja." ucapnya menggemaskan.
"Yaudah turun aja ya, tapi jangan lari-lari ya." pinta Ziah.
Ziah berfikir kenapa sekarang dia seperti seorang ibu, Mungkin begini rasanya kerja sambil momong anak.
Terdengar suara riuh dari luar. Ziah melihat. Satria bersama teman-temannya.
"Ibu saya gak ikhlas ibu udah punya anak sama suami, Bu Hanna kau sudah mematahkan hati ku." ucap satria sangat lebay, bahkan dia sampai memegang dadanya seolah sedang kesakitan.
Temannya yang lain malah menyorakinya karena kelakuan nya. Ziah hanya tertawa saja melihat hiburan di depan matanya. Semua murid belum tahu kalau yang di bawa Ziah adalah anak Andreas. Kecuali para guru.
Satria dan teman-temannya berlalu karena mereka memang akan ke lapangan olah raga. Ziah pun menemani Arkana bermain.
Jam istirahat Andreas datang ke perpus untuk melihat Ziah dan anaknya, Andreas sekarang seperti mempunyai alasan untuk mondar-mandir ke ruangan itu. Di lihatnya Ziah sedang menimang-nimang Arkana, bovmcah itu mengantuk setelah di suapi makanan yang ada di dalam tasnya.
"Bund udah makan?" tanya Andreas tanpa dosa. Ziah mendelik ke arahnya. Andreas malah terkekeh melihatnya.
"Mau makan apa saya beliin ke kantin, nanti Mas bawain ke sini." ucap nya lagi.
"Nasi kuning aja lauknya terserah ya. Minumnya minta Air mineral aja." jawab Ziah, Andreas pun mengangguk. Tadinya dia ingin mengajak keduanya ke kantin namun urung saat melihat anaknya tertidur.
Andreas meninggal kan perpus melangkah menuju kantin bi Asih. Namun di perjalanan seorang guru perempuan menghampiri nya. Dan berkata ingin ada yang di bicarakan.