Eri Aditya Pratama menata kembali hidup nya dengan papanya meskipun ia sangat membencinya tetapi takdir mengharuskan dengan papanya kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan yang Tak Terduga
Tak terasa, Eri sudah hampir menyelesaikan kuliah S2-nya. Om Rico, sahabat lama Bu Henny, ternyata punya maksud tersembunyi. Ia ingin menjodohkan Eri dengan anak perempuannya, Eliana. Om Rico sangat menyukai sifat Eri yang baik, tekun dalam kuliah, dewasa, dan penuh tanggung jawab. Ia berharap Eri bisa menjadi pelindung bagi putrinya dan meneruskan kepemimpinan di perusahaan miliknya.
Bu Henny sendiri tidak langsung menyetujui perjodohan itu. Baginya, yang terpenting adalah kebahagiaan Eri. Ia tidak akan memaksa Eri jika memang keberatan. Suatu malam, Bu Henny mencoba menanyakan pendapat Eri tentang niat Om Rico.
"Mama tidak akan memaksa, seandainya kamu tidak mau," kata Bu Henny lembut.
"Menurut Mama bagaimana?" Eri balik bertanya.
"Kok malah bertanya kepada Mama? Kamu sendiri bagaimana?"
"Nggak, aku cuma bertanya bagaimana pendapat Mama, itu saja."
"Kalau pendapat Mama, ya... kita kan sudah berutang budi kepada Om Rico. Om Rico sudah banyak membantu kita sejak Papa meninggalkan kita dulu, sehingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Memang, kalau dikaitkan dengan masalah itu, Mama ingin juga menjodohkanmu dengan anaknya Om Rico agar hubungan kita dan keluarga Om Rico bisa lebih erat. Tapi, semua tergantung kamu. Keputusan ada di tanganmu. Mama tidak akan memaksamu!" Bu Henny bicara dengan nada santai agar Eri tidak merasa tertekan, meskipun dalam hatinya ia sangat berharap Eri menerima perjodohan itu.
"Kita PDKT dulu lah, Ma. Lagipula, aku juga belum pernah melihat bagaimana wajah anaknya Om Rico!" kata Eri dengan nada tenang.
"Kalau begitu, malam Minggu nanti kita undang Om Rico dan keluarganya untuk makan malam bersama. Sekalian kamu berkenalan dengan anaknya Om Rico yang namanya Eliana Devita!" kata Bu Henny.
"Eliana Devita... Kayaknya nama itu tidak asing di kampus. Gadis yang bernama Eliana Devita itu sangat terkenal sebagai anak orang kaya yang selalu berpenampilan serba mewah. Tapi, apa itu anaknya Om Rico atau bukan, aku tidak tahu!" kata Eri.
"Kalau benar itu anaknya Om Rico, kebetulan sekali malahan!" balas Bu Henny.
"Tapi, Ma, nama Eliana Devita kan banyak. Belum tentu itu anaknya Om Rico!"
"Ya makanya, kita undang Om Rico dan keluarganya malam Minggu nanti makan malam bersama kita agar kamu bisa berkenalan dengan anaknya Om Rico. Siapa tahu kalian berjodoh!" kata Bu Henny tenang, tanpa ada nada paksaan.
"Terserah Mama. Eri nurut saja!" balas Eri.
"Ya jangan 'iya' saja. Kalau kamu merasa keberatan, kamu boleh menolak. Jangan selalu menurut saja sama Mama!"
"Nggak, Ma, aku nggak keberatan. Aku mengerti maksud Mama!" tegasnya.
Bu Henny merasa lega karena Eri tidak menolak untuk bertemu dengan keluarga Om Rico. Walaupun nantinya Eri tidak berjodoh dengan anaknya Om Rico, setidaknya mereka sudah mencoba untuk mengeratkan persahabatan di antara Bu Henny dan Om Rico.
"Terima kasih, Er. Kamu selalu menuruti keinginan Mama!" ucap Bu Henny sendu.
"Tidak perlu Mama berterima kasih kepadaku karena itu sudah menjadi kewajibanku untuk menurut dan berbakti kepada Mama!" Eri menjawab dengan tegas dan tenang.
Yang ada di pikiran Eri hanya satu, yaitu membahagiakan mamanya, apa pun caranya. Eri tidak akan pernah menolaknya.
Seperti yang telah ditentukan, malam Minggu itu Bu Henny mengundang Om Rico dan keluarganya untuk makan malam di rumah. Bu Henny memang sengaja mengundang keluarga Om Rico makan di rumah saja, tidak di restoran, karena menurutnya, biar terkesan kekeluargaan, tidak terlalu formal.
Tepat pukul 7 malam, keluarga Om Rico sudah tiba di rumah Bu Henny. Bu Henny menyambut kedatangan mereka dengan ramah.
"Ayo, silakan masuk!" ajak Bu Henny pada tamunya dengan ramah.
"Iya!" balas Om Rico dan istrinya.
"Oiya, kenalin, ini Eri, anakku satu-satunya!" ucap Bu Henny pada keluarga Om Rico.
Eri menyalami istri Om Rico, lalu Om Rico. Ketika sampai pada anak gadis Om Rico, anak gadis itu langsung berteriak.
"Kak Eri! Jadi Kak Eri ini toh anaknya Tante Henny!"
"Iya... Memangnya kenapa kalau anaknya Tante Henny adalah Eri?" tanya Om Rico pada Eliana.
"Nggak apa-apa, Pa. Hanya saja, Kak Eri terkenal sebagai cowok cool di kalangan cewek-cewek dan menjadi idaman setiap cewek. Tapi, Kak Erinya cuek. Mbak Viona, kakak teman kuliahku, sering bercerita tentang Kak Eri!" cerita Eliana dengan antusias.
"Viona Rosalina maksudmu?" tanya Eri. Ia mencoba menghilangkan rasa canggung di antara dia dan Eliana.
"Iya... Memangnya Kak Eri mengenalnya?" tanya Eliana curiga. Ia tampak khawatir kalau-kalau Eri punya hubungan dengan Viona.
"Iyaa, aku mengenalnya saat tanpa sengaja aku menyerempet motornya di jalan!" jawab Eri tanpa curiga.
"Wah, ternyata kamu jadi laki-laki idaman para wanita, Er. Wanita yang nanti memiliki kamu pasti bangga!" kata Om Rico menimpali obrolan Eri dan Eliana sambil melirik ke arah Eliana. Eri hanya tersenyum.
Sementara itu, Eliana tersenyum malu. Mukanya merah padam seperti kepiting rebus.
Mereka yang melihat itu semua jadi tertawa.
Setelah mengobrol basa-basi sebentar, Bu Henny kemudian mengajak tamunya ke ruang makan. Mbok Narsih, asisten rumah tangga Bu Henny, sudah menyiapkan hidangan yang akan dihidangkan untuk tamunya.
"Nggak usah tergesa-gesa, Mbok. Santai saja!" kata Om Rico sebagai sapaan kepada Mbok Narsih.
"Ah, nggak kok, Pak Rico. Ini saya juga biasa-biasa saja!" balas Mbok Narsih sambil tersenyum hormat kepada Om Rico.
"Ayok, kita mulai saja acara makan malamnya. Kelihatannya Mbok Narsih sudah selesai menyiapkan semuanya!" kata Bu Henny mempersilakan semua tamunya untuk segera menikmati hidangan yang disediakan.
Om Rico dan keluarganya lalu menuju meja makan dan menikmati masakan yang Bu Henny sediakan. Mereka makan tanpa banyak bicara karena memang Bu Henny selalu menanamkan kalau makan tidak mengajak bicara pada siapa pun yang diajak makan. Menurut Bu Henny, kalau makan sambil ngobrol bisa menghilangkan nafsu makan karena dari obrolan itu mungkin ada ucapan-ucapan yang membuat tersinggung ataupun sakit hati, sehingga bisa menjadikan selera makan hilang.
Selesai acara makan malam, mereka ngobrol di ruang keluarga.
"Wah, rumahnya besar ya, Mbak Henny!" kata Bu Lina, istri Om Rico, tiba-tiba.
"Ya beginilah keadaan rumah kami. Hanya dihuni empat orang!" balas Bu Henny sambil tersenyum.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita besanan saja, Henn, bagaimana?" ucap Om Rico sebagai basa-basi mengawali pembicaraan, meskipun tujuan mereka ke rumah Bu Henny memang untuk membicarakan soal perjodohan antara Eri dan Eliana.
Eliana yang mendengar ucapan ayahnya tersenyum malu dan berkata, "Ah, Papa ini bikin malu saja!"
Karena memang pada dasarnya, Eliana sudah menyukai Eri sejak pertama kali bertemu di kampus.
"Kalau aku cuma tergantung Erinya saja!" jawab Bu Henny sambil memandang ke arah Eri.
Sedangkan Eri yang dipandang oleh Bu Henny seperti itu hanya mengangguk tanda setuju.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*