Di kehidupan sebelummya Clarissa adalah gadis yang sangat penurut. Selalu patuh dengar dengan apa yang dikatakan oleh sepupunya yang bernama Sarah dan Bibinya yang bernama Matilda.
karena rasa sayangnya kepada Sarah, dengan bodohnya Clarissa mengakui kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Clarissa menerima kesalahan Sarah yang telah mencelakai Nyawa Ethan, adik dari Dean Efrat.
Untuk membayar hutang nyawa Ini, Dean Efrat tidak mengirim Clarissa ke penjara, namun dia akan memberikan penjara yang akan merenggut seluruh rasa ingin hidup Clarissa.
Clarissa harus menebusnya dengan menjadi Istri Ethan yang Koma yang tak bedanya seperti mayat hidup.
"Hidupmu adalah milikku!" ucap Dean Efrat.
"Aku ingin bercerai saja!" pinta Clarissa.
"Mimpi saja, bercerai ! tidak akan. Kecuali kau mati!" jawab Dean Efrat.
Clarissa masih menatapi Dean yang pergi dengan angkuhnya, tanpa disadari sebuah sepeda motor menabrak tubuh Clarissa dan menghempaskannya bagai kapas.
Bagaimana kelanjutan hidup Clarissa ketika Clarissa diberikan satu kali lagi kesempatan untuk mengulang hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LUKA TEMBAK
"Ah sungguh sial sekali, seharian pergi ke berbagai toko, namun tak ada yang mau membeli kalung ini," pikir Clarissa.
"Ah sudahlah, sebaiknya aku melamar pekerjaan saja di rumah sakit," tekad Clarissa.
Clarissa pun mencoba menemui seniornya, yang sudah sukses menjadi kepala perawat, dan mencoba meminta bantuannya agar dia dapat bekerja di rumah sakita mana saja yang sedang memutuhkan posisi sebagai perawat.
"Baiklah, kau akan kuprioritaskan jika ada lowongan pekerjaan sebagai perawat," janji senior Clarissa.
"Ah jika begitu terima kasih," jawab Clarissa.
Clarissa berjalan di koridor rumah sakit dengan sedikit melamum, berharap jika dia bisa segera bekerja disini. Clarissa berdiri memandang jas dokter dan stetoskop yang tergeletak di kursi. Clarissa mengambilnya.
"Ini punya siapa?" mengapa sembarangan sekali meletakan," pikir Clarissa.
Clarissa iseng, mencoba memakainya sebentar lalu melepasnya. Clarissa memandangi jas tersebut dan stetoskop yang ada di tangannya.
"Sebaiknya ini kuserahkan kepada senior," pikir Clarissa.
Setelah itu barulah, Clarissa bergegas meninggalkan rumah sakit. Baru saja berjalan sebentar meninggalkan koridor rumah sakit, Tiba-tiba lengan seorang pria melingkar di pinggul ramping Clarissa dengan menondongkan pisau.
"Jika menyayangi nyawamu, maka ikuti aku!" perintah pria tersebut.
"Kau ...... Kau ....... Siapa?" tanya Clarissa dengan suara gemetar.
"Ikut aku!, jangan melawan.
"Berjalanlah sambil tersenyum kepadaku!" ujar pria tersebut seraya tetap milingkarkan tangannya di pinggil Marsha.
Clarissa pun patuh, dan ikut masuk ke dalam mobil yang tak jauh di parkir dari mobilnya. Di dalam mobil terdapat seorang pria yang terluka parah karena tembakan.
"Ini ..... ini kenapa?" tanya Clarissa gemetar.
"Obati dia!" perintah pria asing tadi.
"Tapi ..... Aku hanyalah seorang perawat yang baru saja lulus," jawab Clarissa lagi.
"Obati dia!" perintah pria asing tersebut seraya meletakan pistol di kepala Clarissa.
"Ah, ya ....... Baik, baik aku akan mengobatinya," jawab Clarissa.
Pria asing itu memberikan seperangkat peralatan medis kepada Clarissa. Pria asing tadi sebelumnya tengah memperhatikan Clarissa yang sedang mencoba-coba baju dokter, lalu melihatnya pergi ke ruang kepala perawat. Jadi sesaat lalu pria asing tersebut menyangka bahwa Clarissa adalah seorang dokter.
"Tuan, jika peluru ini di keluarkan maka kemungkinan besar pendarahan akan terjadi," jelas Clarissa.
"Sebaiknya kau pergi ke unit gawat darurat," saran Clarissa.
"Obati saja!" perintah pria yang tertembak tadi.
Clarissa segera saja membalut luka dengan kain kasa, untuk menghentikan pendarahan, Clarissa juga menekan pembuluh darah yang terlihat di kulit, aliran darah pada luka akan berjalan lebih lambat. hal ini akan membantu memberikan tekanan langsung yang bisa menghentikan pendarahan.
Mobil mereka berhenti di salah satu mansion. beberapa orang keluar memapah pria yang tertembak tersebut dan segera membawanya masuk kedalam. Sementara Clarisa masih terdiam gemetar. Tubuh Clarissa di dorong agar masuk kedalam juga.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter Jordan.
"Tuan Vincent baru saja tertembak," Jawab Marquis.
Jordan menatapi Clarissa yang masih terpaku berdiri, melihat bebatan kain kasa di tubuh Vincent, Jordan berasumsi gadis yang bediri di depannya ini memahami medis.
"Kau bantu aku, untuk mengoperasinya," perintah Jordan
"Apa ? aku .......," tanya Clarissa dengan suara terbata.
"Ya, dan cepatlah," ujar Jordan lagi yang seraya pergi mempersiapkan segala sesuatunya.
"Oh ya Tuhan, mengapa bisa menjadi sekacau ini, aku hanya menginginkan pekerjaan, tapi Kau langsung mengirimkan pasien yang sedang terluka parah," keluh Clarissa.
Kalo novel gendre kaya begini memang harus di baca dari awal dan jangan sesekali skip episode nya
Sama serperti kita nonton drakor kalo kita gak nonton dari awal kita akan kesusahan untuk tau alur cerita nya