IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 (Kamu tahu Bara itu siapa?)
Keesokan harinya, Syafira kembali memulai aktivitasnya seperti biasa. Ia tak ingin berlarut-larut memikirkan pernikahan yang sebenarnya belum sama sekali terlintas dalam pikirannya.
Ia masih ingin kuliah, memikirkan kesembuhan adiknya walaupun harapan itu sedikit dan mungkin hanya bisa pasrah kepada mukjizat Allah. Selain itu ia juga masih memiliki mimpi untuk mengembangkan toko kuenya.
Masih banyak hal yang ingin ia lakukan dan gapai yang tentu saja lebih menyita pikirannya daripada memikirkan pernikahan. Bahkan dalam kamusnya, menikah adalah hal terakhir dalam list.
Namun, takdir berkata lain. Mau tidak mau ia harus memikirkan apa yang bukan prioritasnya selama ini yaitu pernikahan.
"Semangat Fira, semua sudah di atur yang di atas, kamu tinggal menjalaninya tanpa harus mengeluh. Tidak buruk juga kan menjadi bundanya si kembar?" Syafira menyemangati dirinya sendiri.
Sementara itu, Bara menepati janjinya untuk membiayai seluruh biaya perawatan Adelia, adik Syafira. Ia datang secara langsung ke rumah sakit tempat Adelia di rawat tanpa sepengetahuan Syafira.
Setelah urusan administrasi perawatan Adel selesai, Bara menemui dokter Rendra yang tak lain adalah sahabatnya sejak SMA. Bara masuk ke ruangan yang di pintunya bertuliskan Direktur tersebut.
"Tumben pak bos datang kemari? Apa tidak percaya kalau sahabatmu ini bisa mengurus rumah sakit dengan baik, makanya kamu sidak kemari?" canda Dokter Rendra.
"Ck.dasar!" Bara hanya mencebik mendengar sambutan dari sahabatnya tersebut. Ia kemudian duduk di sofa seraya melepaskan kancing jas yang ia kenakan.
"Katakan, kenapa kemari?" tanya Dokter Rendra, ia tahu jika sahabatnya sedang dalam keadaan tidak baik terlihat dari raut wajahnya.
"Aku mau nikah," jawab Bara lirih.
"Tapi ekspresi kamu tidak menunjukkan seperti orang mau nikah," sahut dokter Rendra santai.
"Terus aku harus berekspresi seperti apa, dasar!" ucap Bara seraya melempar remote AC kepada dokter Rendra.
"Serius?" tanya dokter Rendra, raut wajahnya berubah serius. Ia duduk dan menunggu jawaban dari Bara.
"Menurutmu?" jawab Bara tak kalah serius dari tatapan dokter Rendra.
"Hahahaha akhirnya," kelakar dokter Rendra.
"Siapa? Siapa wanita yang berhasil membangunkan Bara junior? Ku kira kau akan selamanya menyandang status duda," lanjut dokter Rendra.
"Sialan! aku akan menikah demi si kembar dan juga ibu mertuaku yang terus mendesak ku untuk menikah lagi," jelas Bara.
"Hem, bisa di mengerti. Memang sudah saatnya kau membuka lembaran baru, move on dari masa lalu dan menata kembali hidupmu yang berantakan, si kembar juga membutuhkan sosok ibu pastinya,"
"Sok benar kalau ngomong, kau sendiri bagaimana? Di usiamu sekarang masih belum juga menemukan pendamping hidup?"
"Ya, mau bagaimana lagi. Cinta pertamaku gagal, dia lebih memilih sahabatku," ucap dokter Rendra.
Raut wajah Bara menjadi serius mendengar ucapan dokter Rendra.
"Hahaha biasa aja kali mukanya," ucap dokter Rendra.
"Semua sudah berlalu Rend, apa kau masih menyimpan rasa untuk Olivia?" tanya Bara.
"Tentu saja tidak kawan, sejak saat dia memilihmu aku sudah mengikhlaskannya. Dan sekarang sudah ada seseorang yang mampu mencuri hatiku lagi," ucap dokter Rendra tersenyum, mengingat sosok Syafira.
"O ya, siapa gadis yang beruntung itu? Bisa meluluhkan hati seorang Rendra Aditama," tanya Bara.
"Belum saatnya kau tahu, hubungan kami masih dalam titik terendah. Kau tahu, orang tuaku menjadi penghalang utamanya," dokter Rendra mendesah kecewa.
"Belum berubah?" Bara menyayangkan sikap orang tua dokter Rendra yang selalu memaksakan kehendak mereka, sementara dokter Rendra bukanlah sosok yang akan menentang kedua orang tuanya.
"Ya begitulah," sahut dokter Rendra mengangkat kedua bahunya.
Kemudian, dokter Rendra melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Sebentar lagi aku harus mengecek pasienku, kau mau tetap di sini atau bagiamana?" tanya dokter Rendra.
"Pasien spesial? Hingga kau turun tangan sendiri untuk memantaunya, biasanya kau menangani kasus yang berat,"
"Semua aku pantau Bara, tapi yang ini spesial. Dia adik dari gadis itu,"
Bara ber-oh-ria mengerti.
"Aku balik, masih ada kerjaan di kantor," ucap Bara sambil berdiri.
"Aku antar ke depan," ucap Rendra.
Sepanjang jalan menuju ke parkiran, setiap orang yang berpapasan dengan Bara pasti menunduk memberi hormat kepada pemilik rumah sakit tersebut.
"Dokter, biaya perawatan pasien di kamar 311 sudah lunas di bayar bahkan hingga ia sembuh nanti, semua biaya di tanggung oleh tuan Bara," ucap petugas administrasi saat dokter Rendra kembali dari mengantar Bara.
Dokter Rendra sedikit terkejut. Itu adalah kamar rawat Adelia. Petugas itu tak biasanya memberitahu soal administrasi kepada direktur rumah sakit tersebut karena sudah ada bagiannya sendiri, Namun karena selama ini dokter Rendra yang menanggung biaya perawatan Adelia, maka petugas tersebut memberitahunya.
"Tuan Bara yang membiayainya dokter," ucap petugas itu lagi saat melihat raut wajah dokter Rendra yang tampak terkejut.
"Oh, baiklah saya mengerti," ucap dokter Bara, ia tidak menaruh curiga karena memang Bara sering membantu para pasien yang kurang mampu dengan membebaskan mereka dari biaya rumah sakit. Hanya saja kali ini dokter Rendra sedikit heran, kenapa Bara datang sendiri, biasanya hanya perwakilannya yang akan ke sana.
"Ah mungkin karena sekalian memberitahuku soal pernikahannya," gumam dokter Bara. Ia terus berjalan menuju ke ruang perawatan Adelia.
🌼🌼🌼
Siang harinya di kampus...
"Kalian tahu siapa itu Barata ken Osmaro?" tanya Syafira kepada dua sahabatnya yang sedang asyik menyantap bakso di kantin.
"Kayak pernah dengar," ucap Shinta.
"Iya, aku kenal dengan dia. Kenapa dengan kak Bara?" tanya Mia cuek, dia tidak begitu menyimak ucapan Syafira karena asyik menikmati bakso idolanya.
"Aku akan menikah dengannya,"
"Uhuk!" bakso yang sudah dalam perjalanan menuju ke perut Mia tersembur keluar, Mia terkejut dengan ucapan Syafira.
"Ya allah Mi, pelan-pelan kalau makan, minum dulu," Shinta menyodorkan minum kepada Mia. Dengan cepat Mia menyedot minumannya untuk mengurangi rasa pedas di tenggorokannya akibat tersedak bakso yang level pedasnya mengalahkan omongan tetangga tersebut.
"Bagus tu Fir, menikah muda sepertinya asyik," ucap Shinta membayangkan.
"Serius kamu mau nikah sama kak Bara Fir? Yakin?" tanya Mia setelah tenggorokannya dirasa aman.
"Iya, aku yakin Mi, Shin," jawab Syafira.
"Tapi dia..."
"Duda?" Syafira memotong ucapan Mia.
"Kamu tahu dia duda? Bagaimana kamu bisa mengenal dia Fir? Kenapa enggak pernah cerita sama kita-kita kalau kamu menjalin hubungan dengan dia?"
"Siapa tadi namanya?" tanya Shinta yang sudah siap-siap membuka aplikasi mbah google.
"Barata Ken Osmaro," jawab Syafira.
"Ceritanya panjang Mi, yang jelas ini sudah keputusanku," Syafira menjawab pertanyaan Mia.
"Sumpah demi apa? Duren sawit ini mah!" seru Shinta ketika sudah berhasil menemukan pencariannya.
"Eh tapi duda Fir, duda cerai atau meninggal?" tanya Shinta menyela pembicaraan serius antara Syafira dan Mia.
"Meninggal saat melahirkan anaknya Shint," jawab Syafira.
"Enggak papa kalau karena meninggal mah, kalau cerai horor jadinya kalau mantan istrinya tiba-tiba datang lagi, perang deh bisa-bisa," ucap Shinta.
"Mbul diam dulu!" perintah Mia, gembul adalah panggilan Syafira dan Mia kepada Shinta karena badannya yang bukan semok lagi, tapi sudah melampaui batas tersebut.
Shintapun langsung terdiam. Ia tahu, apa yang ada di pikiran Mia.
Mia tampak kecewa, jika Syafira menikah dengan Bara, itu artinya...
"Kamu tahu kak Bara itu siapa?" tanya Mia.
"Ya, dia seorang duda yang memiliki anak kembar bernama Nathan dan Nala. Juga ibu mertua bernama ibu Lidya yang sangat baik dan seorang adik ipar bernama Varel, baru itu yang aku tahu," jelas Syafira.
"Kak Bara adalah sahabat kak Rendra!" ucap Mia dengan jelas.
🌼🌼🌼
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.