Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.
Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.
Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.
Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.
Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Beberapa hari setelah pernikahan, rumah keluarga Mahendra memberikan mereka kediaman pribadi: sebuah vila modern dengan taman luas. Meski mewah, Anya tetap merasa canggung.
Suatu pagi, Anya duduk di meja makan yang dipenuhi berbagai hidangan. Ia hanya menatap piringnya.
“ Mas Adrian… ini terlalu banyak. Aku biasanya hanya sarapan roti panggang dan teh.” ujar Anya
Adrian tersenyum, sambil mengoles selai di rotinya “Sekarang kau istri Mahendra. Wajar kalau staf rumah menyiapkan banyak. Tapi kalau kau tidak nyaman, aku bisa atur ulang.”
Anya menghela napas “Bukan tidak nyaman… hanya… aku takut semua ini mengubahku. Aku takut kehilangan diriku yang dulu.”
Adrian menaruh rotinya, menatap dalam-dalam “Dengarkan aku. Kau tidak perlu berubah jadi orang lain hanya karena menikah denganku. Kau tetap Anya, pemilik Sweet Anya yang sederhana, yang bikin aku jatuh cinta.”
Anya tersenyum kecil “Kau selalu tahu harus bilang apa, ya?”
Adrian bercanda “Itu bakat alami seorang suami ideal.”
Anya tertawa “Suami ideal? Baru beberapa hari menikah sudah menyombong.”
Mereka tertawa bersama, suasana hangat menenangkan hati Anya.
----
Suatu sore, Mommy Amara datang ke rumah baru mereka, ditemani Daddy.
Mommy tersenyum lebar “Sayang, rumah ini indah sekali, kan? Aku senang kau akhirnya punya tempat sendiri.”
Anya mencoba sopan “Iya, Mom. Terima kasih sudah menyiapkan semuanya.”
Daddy menepuk bahu Adrian “Sekarang tanggung jawabmu lebih besar, Nak. Bukan hanya perusahaan, tapi juga keluarga kecilmu ini.”
Adrian mengangguk mantap “Aku mengerti, Dad. Anya adalah prioritas ku ”
"Ihhh... So sweet" ujar Andara membuat semua tersenyum
Mommy menoleh pada Anya “Sayang, kau sudah mulai terbiasa dengan lingkungan baru?”
Anya tersenyum canggung “Masih berusaha, Mom. Tapi Adrian banyak membantu.”
Mommy menggenggam tangan Anya “Ingat, kau tidak sendirian. Keluarga ini milikmu juga.”
Anya terharu, ia mengangguk pelan. Namun dalam hatinya, ia masih merasa ada yang menatap tajam dari kejauhan: Tante Ratna
-----
Beberapa hari kemudian, saat acara keluarga, Tante Ratna mendekati Anya saat Adrian sibuk berbicara dengan Daddy.
Tante Ratna senyum tipis “Anya, boleh bicara sebentar?”
Anya gugup “Oh, tentu, Tante.”
Tante Ratna menunduk seolah ramah, tapi nada tajam “Kau sekarang istri Adrian. Itu berarti bebanmu besar. Dunia ini tidak sesederhana kafe kecilmu.”
Anya menelan ludah “Saya memang baru tahu, Tante. Tapi saya akan berusaha sebaik mungkin.”
Tante Ratna mengerling “Berusaha saja tidak cukup. Kau harus benar-benar siap. Banyak wanita di luar sana yang ingin berada di posisimu. Dan mereka… mungkin jauh lebih berkelas.”
Anya terdiam. Kata-kata itu menusuk. Sebelum ia sempat menjawab, Adrian muncul tiba-tiba.
Adrian menatap tajam Tante Ratna “Tante, apa yang kau bicarakan?”
Tante Ratna berpura-pura tersenyum “Ah, hanya menasihati. Supaya Anya siap menghadapi dunia kita.”
Adrian menarik tangan Anya, dingin “Terima kasih, tapi aku lebih percaya Anya bisa belajar dengan caranya sendiri. Dia tidak butuh tekanan.”
Tante Ratna terdiam, senyum tipisnya berubah kaku. Adrian membawa Anya pergi.
Anya pelan, saat mereka menjauh “Adrian… kau tidak seharusnya menentang keluargamu demi aku.”
Adrian menatapnya “Dengarkan aku. Aku menikah denganmu, bukan dengan opini mereka. Kau yang penting, bukan omongan orang.”
Anya terdiam, hatinya hangat, meski ia tahu jalan ke depan tidak akan mudah.
---
Beberapa minggu setelah pernikahan, gosip baru muncul. Wartawan mengejar Anya ke kafe.
Wartawan 1: “Bu Anya! Benarkah kafe Anda hanya bertahan karena bantuan Adrian?”
Wartawan 2: “Ada kabar Anda mengatur pencitraan, pura-pura sederhana agar mendapat simpati publik. Apa benar?”
Anya berusaha tenang walau dia bingung tidak tahu harus menjawab apa. Andara yang kebetulan datang segera menarik Anya masuk ke dalam kafe.
“Hei! Kalau mau wawancara, buat janji dengan humas keluarga! Jangan ganggu privasi kakakku!” ujar Andara
“Andara… aku takut. Mereka terus mencari kesalahan dan mempersulit mas Adrian.”
Andara mengusap punggung Anya “Kakak jangan khawatir. kak Adrian tidak akan biarkan siapa pun menjatuhkanmu. Kita semua di pihakmu.”
---
Malam itu, Adrian pulang dengan wajah tegang.
Adrian menjatuhkan jas, menghela napas “Aku benci mereka memperlakukanmu seperti itu.”
Anya mendekat, menyentuh lengannya “Aku bisa tahan, mas . Asal kau ada di sisiku.”
Adrian menatap Anya lelah “Tapi aku tidak bisa diam saja. Aku ingin lindungi kau dari semua ini.”
Anya tersenyum lembut “Kau tidak perlu melindungiku dari dunia. Cukup jangan biarkan aku melawan dunia sendirian. Itu saja.”
Adrian terdiam, lalu memeluk Anya erat. “Janji. Aku tidak akan biarkan kau sendirian, Sayang.”
----
Beberapa hari kemudian, Mahendra Group menghadapi rapat besar. Para investor mulai mempertanyakan “istri sederhana” Adrian.
Investor A: “Adrian, dengan segala hormat, pilihan hidup Anda bisa memengaruhi citra perusahaan.”
“Citra perusahaan dibangun dari kerja, bukan dari siapa istri saya.” ujar Adrian dingin
Investor B: “Tapi publik melihat Anda sebagai figur. Jika istri Anda tidak mampu menyesuaikan diri—”
Adrian menepuk meja, tegas “Berhenti di situ. Anya adalah istriku. Dia bagian dari hidupku, dan aku tidak akan izinkan siapa pun merendahkannya. Jika kalian hanya menilai dari status sosial, maka kalian tidak paham visi perusahaan ini.”
Ruang rapat hening. Beberapa investor terdiam, yang lain saling berpandangan. Adrian tetap tegak, meski dalam hati ia tahu ini awal perlawanan panjang.
Malam itu, Adrian pulang lebih larut. Anya menunggunya di ruang tamu.
“Mas kelihatan lelah sekali.” ujar Anya khawatir
Adrian tersenyum tipis “Aku habiskan hari melawan dunia yang meragukanmu. Tapi setiap kali aku hampir jatuh… aku ingat senyummu.”
Anya meneteskan air mata “Aku tidak tahu harus bagaimana membalas semua ini…”
Adrian mengusap pipinya “Cukup tetap jadi Anya yang sama. Itu sudah lebih dari cukup.”
Anya memeluknya erat, keduanya diam dalam pelukan. Mereka tahu, jalan ke depan penuh tantangan. Tapi mereka juga tahu, cinta yang mereka genggam lebih kuat dari apa pun.
Bersambung
lgian,ngpn msti tkut sm tu nnek shir....
kcuali kl ada rhsia d antara klian....🤔🤔🤔