Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Arum
Tangannya menyeka keringat di wajahnya, tubuhnya tampak mengkilap dengan posisi tubuh yang terlentang. Dengan sosok disebelahnya sudah tertidur pulas. Tentu saja Caroline, setelah dua ronde, Caroline akhirnya tumbang. Sedangkan Frans? Pria itu menatap istrinya sejenak, seolah memastikan bahwa sang istri sudah tertidur pulas.
Setelah memastikannya, Frans bangkit. Mengambil jubah tidurnya untuk menutupi tubuhnya dengan senjata yang kembali terlelap dibawah sana. Pintu kamar itu dibuka perlahan, tapi baru saja pintu itu terbuka. Dia bertemu dengan sosok pelayan istrinya.
"Maneer ..... "
"Jangan ganggu nyonya. Dan kenapa kau masih belum tidur?"
"Maaf maneer, tapi saya membawakan teko air. Tadi saya belum bisa masuk, saya menunggu disini." Jelasnya.
"Letakkan! Dan jangan ganggu nyonya!"
"Baik maneer."
"Kau mengerti maksud ku kan?" Frans menghentikan langkahnya dan menoleh sejenak pada wanita itu.
"Mengerti maneer."
"Kalau begitu jangan mencoba mengecewakan ku." Ucap Frans dengan bahasa Belanda dan diangguki oleh Lucy. Matanya tidak bisa menatap Frans yang melenggang menghilang dari pandangannya.
"Apa maneer pergi ke ...... " Dia jadi serba salah, kalau dia melapor sekarang pada sang nyonya. Dia bisa mendapatkan masalah, karena penjaga rumah yang berjaga dan patuh pada maneer. Kalau dia menunggu besok, mungkin nyonya nya yang akan mengamuk dan dia mendapatkan masalah.
******************
"Arum!" Suara itu terdengar memecah pintu kamar Arum.
"Tuan?" Ada rasa tidak percaya yang tergambarkan dari wajah Arum.
"Kau tampak kaget. Kau tidak suka?" Arum menggeleng.
"Bukan, aku hanya terkejut." Ucap Arum, sambil mempersilakan pria blonde itu masuk.
"Kenapa? Kau belum tidur?"
"Sejujurnya belum. Bahkan tidak bisa." Ucap Arum pelan.
"Kenapa?" Tanya Frans lembut.
"Menunggu tuan. Aku tidak bisa menunggu di depan rumah, itu posisi nyonya. Tidak mungkin, aku tidak berani." Jelasnya dengan tatapan menunduk.
"Kau tau aku pulang?" Arum mengangguk kecil.
"Tatap mataku." Arum mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan manik biru itu.
"Aku mendengar suara mobil tuan. Aku juga mengintip dari jendela."
"Kau tidak keluar?"
"Keluar, tapi tidak lama. Nanti nyonya bisa marah. Aku belum bisa bekerja seperti nyai yang lain."
"Dia tidak akan marah, aku yang memerintahkan nya sendiri."
"Tapi aku takut. Semuanya mengatakan aku diistimewakan." Frans terdiam dan tak lama tertawa.
"Kau tidak senang? Kau mau aku ke kamar nyai lain?"
"Bukan begitu, aku sangat senang. Senang sekali!" Arum langsung memeluk tubuh kekar itu.
"Tuan juga bukan? Buktinya datang kesini."
"Ya, aku ingin melihat dan bersama dengan mu."
"Tapi..... Apa nyonya tau?"
"Kenapa? Dia sedang tidur. Kau takut lagi?" Arum mengangguk kelinci.
"Aku tidak mau ada keributan nantinya dengan nyonya. Aku ini hanya seorang nyai."
"Aku sudah mengurusnya. Kau jangan khawatir. Kau terlihat lebih cantik malam ini, rambut mu juga terlihat lebih mengkilap. Kau bersiap?"
"Iya. Agar Tuan senang."
"Aku sangat senang. Kau bilang menunggu ku kan?" Arum mengangguk dan menurut saja saat tubuhnya dibawa ke ranjang.
"Kalau begitu, ayo....." Frans masih melihat keraguan dari wajah cantik itu.
"Jangan khawatir, aku bersama mu."
'Ya, memang itu yang aku tunggu.'
****************************
Caroline membuka matanya perlahan, bibirnya tersenyum mengingat semalam. Tapi saat tangannya mencari keberadaan suaminya, dia langsung bangun.
"Frans? Frans?" Panggil Caroline, dia mengikat baju tidurnya dan menuju kamar mandi.
"Frans?"
"Fran.... Kau!" Kaget Caroline melihat Lucy.
"Maaf nyonya, saya mengagetkan. Tapi tuan sudah tidak ada di kamar."
"Pagi tadi? Kemana? Sudah pergi?"
"Bukan nyonya, tapi ke kamar Nyai Arum."
Brak!
"Kapan." Tanya Caroline dengan napas yang mulai memburu.
"Semalam nyonya. Tampaknya jam 12."
"Sudah keluar?"
"Belum nyonya."
*****************
Pagi ini Caroline duduk manis di meja makan. Dia menunggu kedatangan suaminya, dan benar .... Sejam kemudian, Frans datang dengan Arum.
"Selamat pagi suamiku." Sapa Caroline dengan bahasa Belanda.
"Lihatlah, semuanya makanan kesukaan mu." Lanjutnya.
"Dia masih bergabung dengan kita?" Tanyanya lagi.
"Ya, kenapa?" Balas Frans.
"Tidak apa, aku hanya bertanya. Dan bagaimana dengan tugasnya? Ini bisa menjadi ketimpangan sesama mereka. Aku hanya tidak ingin ada keributan di kediaman kita." Jelas Caroline panjang lebar.
"Dia akan bekerja. Tapi betugas bagian menyiram bunga."
"Baiklah."
'Aku akan memberikan pelajaran padanya bagaimana cara menjadi petani. Lihat saja!'
'Aku akan menerima rencana mu dengan senang hati Caroline. Kau bersikap tenang tapi aku tidak akan tertipu.'
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰🙏