Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Sawah
Arkan sekarang berada di kamar yang diketahui kamar ini milik Serena, kamar ini dominan dengan warna biru, sepertinya wanita itu menyukai warna biru. kamar ini juga cukup luas, tapi memang tidak seluas kamarnya.
Arkan mulai menyusuri setiap sudut kamar ini, dilihatnya tidak ada sama sekali foto yang tergantung di kamar itu. Dia mulai membuka lemari kecil yang ada di situ, saat dilihat ternyata isinya banyak sekali buku-buku, dari buku sekolah hingga buku novel.
Arkan mengambil salah satu buku dan dia heran mengapa ada buku-buku ini di kamar Serena, pasalnya buku dengan materi ini tidak ada di sekolah, ini biasanya sudah di ajarkan di jenjang kuliah. Apakah Serena juga sedang berkuliah? Tanyanya bingung pada diri sendiri.
Lama dia melihat buku-buku itu, setelahnya dia membereskan semuanya dan mulai mempersiapkan diri untuk beristirahat.
________________
Pagi harinya Serena terbangun di jam 5 pagi, dia membantu mamahnya untuk membersihkan rumah. Setelahnya dia memutuskan untuk membeli bubur ayam untuk sarapan mereka pagi ini.
Setelah pulang dengan membawa bubur ayam, Serenapun menyiapkannya di meja makan, dan dia mulai membangunkan orang-orang di rumahnya untuk sarapan.
"Kau bangunkan nak Arkan dulu sayang" ucap mamah Sinta, dan Serenapun mengangguk, dia mulai mengetuk pintu kamarnya.
Tok!tokk!!tokk!!!
"Kak, bangunlah" ucap Serena dengan pelan, namun tidak ada jawaban dari dalam. Diapun mulai mengetuk lagi pintu tersebut.
"Kak Arkan" ucap Serena lagi dan kali ini Arkan membuka pintunya.
Serena terkaget melihat pemandangan di depannya ini. Bagaimana dia tidak kaget dengan Arkan yang sekarang berdiri di depannya tidak memakai bajunya, badannya yang besar dan atletis itu sangat terlihat jelas. Pipi Serena mulai bersemu merah, dia salah tingkah melihatnya.
"Serena, sudah kau bangunkan Arkan?" Tanya Sinta dari arah meja makan.
Serena tidak menjawabnya, dia masih kaget dengan hal ini. Arkan juga bingung dengan Serena yang hanya diam saja menatapnya.
"Hei ada apa?" Tanya Arkan pada Serena.
Mendengar itu Serena langsung tersadar, dia juga mulai panik mendengar langkah seseorang yang dia yakini itu ibunya, sedang mengarah ke mereka.
Serena langsung mendorong tubuh Arkan untuk masuk ke kamarnya, "kak mengapa tidak memakai bajumu? Cepat pakai bajunya sekarang" ucap Serena.
Arkan menghentikan tubuhnya dan menahan dorong Serena sebelum masuk pintu kamar, dia berbalik menghadap Serena lagi yang membuat Serena menabrak dada bidang yang telanjang itu.
"Awh..." Ringis Serena karena wajahnya terbentur dada Arkan, saat sadar Serena langsung mundur dan kembali salah tingkah.
"Sayang apakah nak Arkan sudah bangun?" Teriak mamahnya lagi dengan suara yang semakin dekat.
"Iya mah" jawab Serena dan untungnya langkah Sinta berhenti dan kembali ke dapur.
"Baiklah, cepat kemari" ucap Sinta lagi.
"Kak cepat masuk dan pakai bajumu, aku tunggu di meja makan" Ucap Serena. "Dan jangan lepas bajumu jika di luar kamar" lanjutnya.
Arkan baru tersadar dia sekarang ada di rumah Serena bukan di rumahnya, "iya baiklah" jawab Arkan berlalu masuk ke kamar lagi.
Setelah Sarapan selesai Serena langsung mandi dan bersiap-siap karena Arkan memintanya untuk menemaninya jalan santai dengan tujuan ke sawah tempat kakeknya bekerja.
"Kau sudah siap?" Tanya Arkan pada serena yang berdiri di depannya dengan pakaian santai namun tetap rapi dan terlihat lebih segar, dan Serena mengangguk untuk menjawabnya.
Mereka mulai berjalan keluar dengan Arkan yang menggunakan kaos dan celana pendek selututnya dan Serena yang menggunakan kaos berlengan pendek dan celana panjangnya.
Selama perjalanan banyak pasang mata yang menatapnya, baik yang mengenal maupun yang tidak mengenalnya termasuk para tetangganya. Mereka penasaran dengan siapa pria yang ada di samping Serena.
Banyak juga para gadis remaja yang menatap Arkan, bahkan ada yang mengikutinya dan seolah-olah mereka akan berolahraga juga.
"Ternyata rumahmu berada dekat dengan rumah sakit besar ya?" Tanya Arkan melihat bangunan besar yang selalu ramai itu, Serenapun mengangguk.
"Iya, rumah sakit itu baru saja jadi beberapa tahun lalu" jawab Serena.
"Serena, kemana papah mu? saya tidak melihatnya di rumah" Tanya Arkan.
"Papah ku bekerja di kota G dan tinggal disana"
"Siapa nama papah mu?" Tanya Arkan lagi, Serena mulai mengernyitkan dahinya heran. Mengapa Arkan jadi menanyakan tentang papahnya, tapi mungkin saja Arkan hanya penasaran karena papahnya tidak ada di rumah.
"Bagas Adiwijaya" jawab Serena.
Pernyataan Serena membuatnya terdiam, jadi benar Bagas Adiwijaya yang dimaksud adalah mantan anggota dewan yang ada di kota G.
Tapi dilihat dari daftar riwayat hidupnya, Bagas hanya memiliki satu istri dan dua ana laki-laki hingga sekarang. Lalu bagaimana dengan keluarga Serena?
Arkan sangat penasaran dengan semua tentang Serena, ingin menanyakannya lagi tapi dia takut Serena akan tersinggung dengan hal ini. Arkan juga baru ingat bahwa di rumah Serena tidak ada satupun foto papah Serena disana, hanya ada beberapa foto masa kecil Serena dan Laura.
Melihat Arkan yang terdiam, diapun bertanya "kak kenapa kau terdiam? Kau mengenalnya?" Tanya Serena.
"Ah tidak, saya tidak mengenalnya" jawab Arkan tersadar.
"kau sedang berkuliah Serena?" Arkan menanyakan hal yang membuatnya penasaran saat semalam.
"ah tidak kak, kau pasti melihat buku-buku yang ada di lemari itu ya?" Arkanpun mengangguk menjawabnya.
"sebenarnya dulu aku memang sempat berkuliah selama 1 tahun tapi setelahnya aku memutuskan keluar dan bekerja sampai sekarang" jawab Serena. Sekarang Arkan paham mengapa ada buku-buku tersebut di lemari Serena.
Merekapun melanjutkan jalan santai itu hingga ke sawah kakeknya, disana terlihat kakek sedang menyabuti beberapa rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar bibit padi yang mulai tumbuh. Sawah ini sebenarnya bukan milik mereka, kakeknya serena hanya menyewa lahan itu untuk beberapa tahun saja.
Drrtt!!drrttt!!!
Handphone Serena bergetar, tertera nama mamahnya disana. Serenapun langsung mengangkat telepon itu.
"Serena sayang, mamah bersama nenek dan Laura sedang berada di rumah kakak sepupumu, kami mengurus persiapan untuk penikahannya besok. Kau bisa langsung kesini ya nanti" ucap Sinta di seberang sana.
"Iya mah, nanti kita langsung kesitu" jawab Serena.
"Baiklah mamah tutup teleponnya ya" Sintapun memutuskan sambungannya.
Setelah satu jam bersantai di sawah, Serena dan Arkanpun memutuskan untuk kembali ke rumah.
"Kita ke rumah kakak sepupuku terlebih dahulu, semua orang ada disana dan tidak ada orang di rumah" ucap Serena.
"Memangnya kenapa kita tidak boleh langsung ke rumah?" Tanya Arkan mencoba menggoda Serena.
"Ckk!! Kakak ini menyebalkan sekali" jawab Serena dengan kesal dan Arkan malah tertawa dengan hal itu, dia sangat senang melihat Serena merasa kesal dan cemberut karena hal itu sangat lucu di matanya.
"Kenapa tertawa?" Tanya Serena bingung
"Kau sangat lucu Serena" mendengar jawaban Arkan, Serena langsung salah tingkah.
"Sudah ayok kak kita jalan lebih cepat lagi" ucap Serena dengan berjalan cepat dan meninggalkan Arkan di belakang, Arkan tersenyum melihat tingkah Serena.
Rumah Sepupunya itu sekarang sangat ramai orang, banyak keluarganya yang mulai berdatangan karena besok adalah hari pernikahan kakak sepupunya itu.
Melihat Serena datang bersama Arkan, banyak saudaranya yang menanyakan tentang Arkan pada Sinta.
Mereka berdua tidak bisa lama-lama karena Arkan harus kembali ke rumah untuk memeriksa pekerjaannya yang ditinggal. Nek imahpun ikut pulang karena tidak mungkin meninggalkan mereka yang hanya berdua di dalam rumah.