NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Pelakor / Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:431.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 : Tanya suamimu, tentang rasanya

Amran terkejut, spontan lingkaran tangannya mengendur dan langsung dimanfaatkan oleh istri pertamanya.

“Jangan mengada-ada kau! Mana mungkin putri dari wanita gila masih suci. Kau kira aku percaya? Oh tentu tidak. Perawatan ibumu itu pasti memakan biaya tak sedikit diluar pengobatan gratis asuransi kesehatan perkebunan. Jadi, darimana dirimu bisa mempunyai uang sementara kau hanya lulusan SMP, pekerja kasar – kalau tidak menjajakan diri. Dasar pembohong!” Masira berdiri angkuh, dagu terangkat pongah, dan tatapan menghina.

Dahayu tidak terprovokasi, bibirnya menyeringai licik, sementara matanya melirik pria yang senantiasa berjaga seperti seorang wasit, berdiri di samping kedua istrinya sedang berseteru.

“Kau tanya saja suamimu itu, bagaimana rasanya mencicipi sesuatu masih tersegel, belum terjamah, sehingga dirinya tak kuasa berulang kali memekik kecil dengan raut puas, mata terpejam sangat menikmati percintaan kami di sore hari.”

“Kau_ kau!” ia kehilangan kata-kata, tubuhnya terhuyung hingga betisnya menabrak sofa.

Amran memejamkan mata, daripada menghadapi dua wanita adu mulut, dia lebih memilih turun kelapangan, memantau langsung kinerja para jajaran berpangkat Mandor. Ataupun bernegosiasi dengan warga yang lahannya hendak dia beli untuk memperluas perkebunan miliknya.

Masira menarik ujung kaos suaminya, menatap menuntut meminta jawaban akan kalimat menghujam dada.

“Ya, kami sudah melakukannya.”

“Kau mengkhianatiku, Mas! Mengapa harus menikmati, apa tak bisa cuma sekedar memasuki tanpa harus berlama-lama, apalagi melibatkan emosi?!” dia memekik dengan sorot mata terluka.

Dahi Dahayu berkerut, menatap aneh pada wanita yang tengah tantrum, tak jauh berbeda dari sang ibu kala epilepsinya kambuh.

“Anda lucu sekali Nyonya Masira – bukan cuma mencarikan wanita untuk dijadikan tempat penampungan janin, tapi mengharuskan sesuatu yang jelas Anda sendiri tak kuasa mengendalikannya. Namun, terlalu congkak memilih maju, menanamkan keyakinan kalau semua masih tetap sama, padahal ada Tuhan yang maha membolak-balikkan hati manusia.”

Masira yang sudah terlanjur emosi, merasa seolah dirinya korban dari ketidaksetiaan sang suami, menerjang Dahayu. “Diam kau! Dasar murahan!”

Dahayu bukanlah gadis lemah, mudah ditindas, dia memiliki fisik kuat. Tentu sangat mudah baginya untuk menghindar dan melawan. Didorongnya badan Masira yang memiliki tinggi hampir sama, hingga terjengkang.

Bugh!

“Dahayu!” Amran menghardik, menatap tajam wanita yang memandang muak.

Dahayu seperti merasa mengulang reka adegan saat melihat Wisnu menolong kakak tirinya, sama seperti sekarang Amran membentak dengan menatap lekat, ekspresi dingin.

Sang istri kedua pun melangkah keluar, menaiki batas tangga ruang keluarga.

Amran membopong Masira, mendudukkannya di sofa, lalu berlari mengejar Dahayu.

“Mas Amran!” Kepalan tangannya meninju angin, hatinya panas bukan main.

.

.

“Kau mau kemana?” Lengan kurus sehingga saat dia genggam langsung terasa tulang itu disentak hingga Dahayu berbalik.

“Bukan urusanmu!” Ia mencoba melepaskan cekalan kuat.

“Saya suami mu, kalau kau lupa maka diri akan terus mengingatkannya!” Amran menarik pinggang istrinya, lalu mendekat erat. “Maaf, tapi saya tidak suka kau berbuat kasar seperti tadi.”

Bukannya luluh, malah Dahayu kembali emosi. Menggigit kuat dada bagian otot pektoralis (dada) Amran, sampai si empunya sedikit meringis, tapi tetap tidak melepaskan pelukannya.

“Lepas!”

“Tidak. Sebelum kau setuju untuk masuk kedalam rumah.” Dibelainya lembut rambut pendek sang istri kedua. “Tak perlu mencemaskan apapun, saya akan berbicara lagi dengan Masira.”

Sekuat tenaga Dahayu memberontak, mendorong dada Amran, menatap nyalang. “Kalimatmu tadi seakan aku berharap sekali untuk dapat tinggal di sini. Maaf, aku tak sudi dikasihani cuma demi bisa tinggal ditempat mewah, tapi sewaktu-waktu harus menelan pil pahit kata-kata caci maki. Memang diriku miskin, tak berpendidikan, tapi mentalku bukan mental pengemis!”

“Bukan itu maksud saya, Yu,” ia mencoba bersabar, hendak meraih pergelangan tangan sang istri tapi langsung dihindari.

Tanpa memutuskan pandangan, Dahayu mundur. Ekspresinya kian dingin, kata-katanya semakin tajam. “Aku ingin pulang ke tempat dimana diri ini tinggal. Kalian tak perlu khawatir tentang perjanjian itu – saat tiba waktunya menstruasi, aku akan memberitahumu ada atau tidaknya janin di perutku.”

“Saya tak mengizinkan mu meninggalkan villa ini! Ingat pengobatan Ibuk, Yu. Jangan egois!” nadanya menggeram, tatapan mata terlihat kesal.

“Bukan aku yang egois, tapi dirimu Tuan Amran! Bila ibuku tinggal dirumah bak neraka ini, yang ada bukan sembuh tapi penyakitnya bertambah parah. Dia tak bisa mendengar suara lengkingan tinggi, sementara istri tercinta mu itu selalu menyulut emosi dan memaki. Jadi, jangan bawa-bawa nama Ibuku!”

“Baiklah, saya akan mengatur tempat tinggal di villa berjarak lima hunian dari sini, setelah semuanya beres, dan layak ditempati – saya akan menjemput kalian!” akhirnya dia memutuskan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dalam angan kala pertama kali menyetujuinya keinginan gila sang istri pertama.

Amran menghubungi Randu, meminta sang asisten mengantarkan Dahayu ke afdeling lima.

Meskipun suasana sedang panas membara, dan dibalik jendela ada Masira yang mengepalkan tangan dan menangis seraya terus merutuk – Amran tetap bersikap lembut, mengusap pucuk kepala Dahayu sebelum wanita itu masuk ke dalam mobil.

***

"Kau berubah, Mas. Belum pernah dirimu membujukku selembut itu. Selalu menyodorkan kartu kredit ataupun uang tunai saat aku protes akan perhatian yang kurang, dan perlakuanmu yang semakin dingin. Mengapa, Mas?" Dia menghadang langkah suaminya.

"Karena kau bukan Dahayu. Dan dia jauh berbeda darimu, Masira. Uangku tak laku baginya, ia tak silau oleh harta. Kesehariannya berjibaku diperkebunan – membabat rumput, menyemprot tumbuhan liar, berteman dengan alat tani." Amran menelisik istri pertamanya, ia terngiang-ngiang akan kalimat menohok saat di dalam mobil.

"Sementara kau, hari-harimu dihabiskan dalam ruangan ber AC, menikmati pijatan lembut tangan profesional klinik kecantikan. Setiap minggu pergi berkumpul dengan teman sosialitamu, nongkrong di cafe ala-ala wanita kota. Tentu kalian berbeda bukan?" tanyanya sedikit menyindir.

"Ya jelas beda, Mas. Aku lulusan sarjana, dia – cuma sekolah menengah pertama. Diriku bersuamikan pria mapan, hartawan, yang tak pernah melarang diri ini berbelanja, merawat diri _"

Amran memotong perkataan Masira. "Sekarang kau paham kan, mengapa perlakuanku jauh berbeda dengannya bila dibandingkan denganmu?"

"Maksudnya?" ia masih belum menangkap makna perkataan suaminya.

"Bila itu dirimu, cukup sodorkan kartu kredit, uang tunai, barang-barang branded. Maka kau langsung terdiam, lalu menghilang dan asik dengan duniamu sendiri. Kemudian kembali datang ke perkebunan ini saat menginginkan sesuatu, atau saldo rekening khusus uang bulanan dariku menipis, betul bukan?"

Deg.

Masira kehilangan kemampuan berbicara, kata-kata tersusun rapi langsung tercerai berai.

"Tenang saja, tak perlu kau merasa cemas. Selagi dirimu bahagia, aku tetap memenuhi kebutuhanmu tanpa syarat. Bukankah hal itu sudah berlangsung selama lima tahun, dan sedari awal diri inipun menyetujuinya." Dibelainya lembut pipi kanan bekas ditampar Dahayu.

"Sekarang boleh aku meminta sedikit imbalan, atas kemurahan hati, dan semua yang telah aku beri, lakukan kepadamu dan keluargamu, Masira ...?"

.

.

Bersambung.

1
syizfaiz
😭😭 sakit banget rasanya hatiku baca bab ini
ˢ⍣⃟ₛFhan🦐⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©ꪻ꛰͜⃟ዛ༉☆⃝𝗧ꋬ
astaghfirullah nyesek nya/Sob//Sob//Sob/ dengar itu amran yg plin plan.. siap2 kmu kehilangan
Sukhana Ana lestari
Ora maido awakmu Yu.. pasti sakit bngt hati kamu..😭😭😭😭😭
Sukhana Ana lestari
Yg sabar ya papa Bekti.. mama Irna sedang kena hasutan syaithon gundul..
mama
kapok km Amran,kmn aja km baru datang.. sumpah nyesek Yuu, semoga kelah km bahagia dgn ibu mu meskipun tnp byi km.. prgi lah jauh Yuu
Akbar Razaq
andai aku .pun akan melakukan hal yg sama.Tak ada malu apalagi takut saat harga diri ibu d lukai dan d permalukan. akan aku balas tanpa ampun.
Sukhana Ana lestari
Akhirnya pupus sudah kesabaran papa Bekti terhadap istri tercinta.. selama ini beliau diam aja karena masih bs memaklumi wataq sang istri yg keras kepala.. beliau sll mengalah demi keutuhan keluarga nya.. tp sekarang beliau liat sang istri berbuat se. mena² sm mantu & besannya.. gara² termakan hasutan mantu tua nya..
🌷💚SITI.R💚🌷
pa bekti samp nangis lihat dayu..apa bu irna akan menyesali perbuatany kita lihat ke depany gmn irna memperjuangkan kebahagiaan anaky.
🌷💚SITI.R💚🌷
sumpah dayu sangat berat,,amran ga akan mudah lg mendekati dan meluluhkn hatiy dayu
Sulis Wati
amran ksh tahu lah ke ema u, sejahat dan selicik apa itu masira, biar dia bisa melekk.. bloon amat jadi ibu, gedeg bgt aku tuhh,,,
Sukhana Ana lestari
Masih memfitnah Dayu.. benar² ini manusia apa bukan sih..??😠😠🤦‍♀🤦‍♀
🌷💚SITI.R💚🌷
😭😭😭😭😭😭 sedih bangeet dayu begitu kuat berjuang untuk sang ibu jg anak,,smg setelah ini bu warni sehat
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Pedihnya, bait demi bait kata yang terhujam di ulu hati ,meremas hingga palung jantung.
Akan kah terjadi perpisahan
bagaimana cara merayu hati yang telah tersakiti.
menjaga harga diri, demi kasih ..
menjaga martabat bunda dari terjangan memori yang terpendam...
hingga akhirnya meletup dan aib pun terpampang nyata ,tanpa kuasa mencegahnya.

Oh dahayu...ketabahan,keikhlasan seolah tidak bisa menutupi semua luka...

tengah malam nangis aku thor..
Sukhana Ana lestari
Hadiah kedua buat loe ba****t..
itu baru tamparan hadiah yg lain nyusul..
Mawar Hitam
Kasihan Amran Tabariq..Haris pilihbsalah satu diantara Dahayu dam Masira.

Ibu Irn hanya termakan jasutan Masira saja.
Sukhana Ana lestari
1 Tamparan hadiah buat loe.. masih kurang itu Amran.. ayo kasih lagi hadiahnya.. gara² masira Dayu menahan semua rasa sakitnya..
🌷💚SITI.R💚🌷
tunggu pembahasan dr yg maha kuasa sira
Siti Kokom
luar biasa author
Sukhana Ana lestari
Itu belum seberapa sakitnya di bandingin rasa sakit yg loe beri ke Dayu Sira..
Mommy'ySnowy 💕
patahlah sudah kprcayaan dahayu trhdp kluarga tabariq... 😭😔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!