Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab20
"Iriana! Ada yang jualan bakso nih." Suara lestari dari teras. Memanggil cucu nya Iriana yang tadi berpesan minta di lihat kan paman bakso. Yang biasa lewat pake motor.
"Mana Nek!?" Dilihatnya paman bakso yang berhenti di dibawah pohon jambu. Di sore hari ini ia tiba-tiba kepengen makan bakso, Nenek bilang di desa ada yang jual. Tapi katanya sedikit jauh dekat pasar itu. Tidak mungkin ia berjalan, sedangkan disini tidak ada kendaraan yang bisa di pake. Minjam motor Mas Rai dia tidak bisa pake, untungnya Nenek lestari bilang beli di paman yang jualan sore pake motor.
"Bawa mangkok mu sana, Neng!" Perintah lestari.
"Paman! Banyakin pentol nya, oh itu sama ada tahu." Setelah ia membawa mangkok dari rumahnya.
"Siap neng!"
"Nek! Mau gak?" Dengan gelengan lestari, pertanda dia tidak mau. Iriana melihat Bibi Ayu juga keluar membawa mangkoknya sepertinya juga ingin membeli bakso.
"Bibi bakso." tawarnya dengan tersenyum setelah bibi Ayu mendekatinya.
"Iya nih Neng, pengen bakso juga bibi. Dua porsi paman!"
"Kira in bibi, kamu ikut mas Rai ke kebun tadi."
Menggeleng seraya tersenyum.
Menggeleng, "Kata mas, di rumah saja."
Bibi Ayu dan suaminya sudah tahu hubungan mereka berdua tinggal kapan menunggu mereka berdua yang ingin lebih serius lagi.
*****
Memakan baksonya di teras depan rumah, setelah tadi membayar dan mengobrol sebentar bersama bibi Ayu. Suara dengung motor yang tiba-tiba berhenti di pelataran rumahnya. Mengeryit melihat pria itu yang malah berhenti di depan rumah nenek lestari bukannya nya malah ke sebelah.
"Ngapain mas!?"
"Kangen sama Iriana, boleh kan!?" senyum nya sampai segaris mata, untungnya Iriana tidak sampai tersedak bola bakso.
"Beli bakso dimana itu?" lanjutnya seraya mendudukkan bokong nya di dekat Iriana.
"tadi ada yang jualan pake motor."
"Mas mau!" tawarnya dengan lirih menatap mata gelap yang kelihatan sekali lelahnya.
"Mau, tapi suapin mas!" dengan senyum jahilnya.
"Nenek lestari ada di dalam hmm!" memakan pentol yang disuapin Iriana seraya melihat didalam rumah yang pintunya terbuka.
Mengangguk seraya menguyah, "Ada di dalam mau rebahan katanya."
"Enak gak mas? Kalo menurut aku nih yah 7/10 lah. Menurut mas gimana?"
"Biasa saja. Kalo mau bakso enak ada toh di kecamatan, mau!? Biar nanti mas antar."
Angguk nya senang, "Boleh-boleh mas, neng mau!" terkekeh dengan ke antusiasnya Iriana menjawabnya. Membuat ia mencubit pipi Iriana gemas.
"Ihh, Gak mau mandi kamu mas." seraya berdecak setelah di cubit Rai.
"Kenapa? Mas masih wangi ko, nih cium!" dengan menyodorkan keteknya. Anehnya kenapa masih wangi? Padahal seharian Rai di kebun. apa karena pengaruh parfum mahal.
Terkekeh setelah melihat wajah Iriana yang seperti menikmatinya, "Pasti berpikir kenapa tidak bau hmm, mas gak keringatan sayang! Mas tadi cuma lihat-lihat sebentar dan cuma lama di pondok."
mengangguk setelah mencium wangi Rai, "Nanti malam, mas ke pabrik lagi!?"
"Malam ini gak, kaya nya besok. Kenapa hmm? mau Kecamatan, jajan." dengan suara nya yang dalam.
"Aaa ibu! Seksi sekali." bathi nya, membuat ia tidak
fokus. Tatapannya terpaku pada sosok di depannya yang begitu memesona.
******
Rencana nya malam ini Rai dan Iriana akan pergi Kecamatan, hanya jalan-jalan.
Setelah sore tadi mengobrol dan bercandaan kini mereka berdua sudah ada di dalam mobil, niat Iriana biar pake motor, tapi ternyata cuaca malam itu kata Rai dingin. Jadilah menggunakan mobil.
"Mas! Kemaren malam kenapa. Mas bisa tahu aku ada di bawah pohon jambu?"
"Mm-hmm... mas lihat, makanya mas masuk duluan mau nganterin tas." seraya membelokan mobilnya di tikungan, keluar gapura perdesaan klayangan.
Mengangguk, akhirnya tau kenapa tiba-tiba. Pria ini bisa ada di depannya.
"Ekhmm, pabrik sawit jauh mas!?" berdehem, setelah terlalu fokus melihat urat tangan Rai, saat pria ini memegang tangan nya.
"Jauh sayang. Mau makan apa hmm? Bakso atau nasi goreng, itu di warung dekat taman mini." menghentikan mobilnya dekat warung makan.
"Mas di situ ko rame!" tunjuknya arah taman mini, dimana banyak orang-orang berdiri seperti berkerumunan.
"Katanya ada pertandingan bulu tangkis antar Kecamatan, sayang."
"Kamu mau melihatnya!? Tapi nanti setelah makan, dek. Gimana?" lanjutnya seraya melihat Iriana di sampingnya. Dengan manik segelap malam, teduh dan penuh perhatian.
Mengangguk, "Boleh mas, makan nasi goreng saja mas."
"Gak jadi bakso?" menggeleng, "Gak, kan sore tadi sudah." Rai pun turun seraya melangkah dengan cepat, membuka kan pintu mobil untuk Iriana.
"Duduk sini!? Mas pesankan." seraya menunggu pesanannya yang lumayan lama. Iriana memainkan ponselnya yang ternyata ada pesan dari teman, tempat kerja nya.
Menghela nafas setelah membacanya, bisakah ia hadir? Tapi ini undangan pernikahan teman kerjanya.
"Kenapa hmm? mas lihat dari tadi kaya berat banget."
"Emmm itu mas..."
"Permisi pesanan nya mas, mba!" sela karyawan warung makan, mengantarkan pesanan Rai.
"Makasih mba." kembali arah tatapan Rai kepada wanitanya. Menunggu lanjutan ucapan Iriana.
"Mas! Mau temani aku, ke kondangan di kota. Teman kerja mau nikahan tapi satu minggu lagi. Tadi ada kirim pesan." Rai, terkekeh seraya mengangguk, "kirain mas, kenapa? Kaya berat sekali tadi. Taunya cuma kondangan, nanti mas temani."
"Sekarang ayo kita makan." lanjutnya.
****
"Sini berdiri di depan mas! Jangan di samping, gelap takut kamu di pegang, di banyak pria." ucapnya dengan tersenyum miring. Membuat Iriana memutar kan bola matanya, aneh sekali pikiran pria ini!
"Ih... seru ternyata, mas!" Iriana jadi semangat melihat nya, ia biasanya hanya fokus kerja sekarang bisa bersantai seperti ini jelas membuat nya senang.
"Katanya ini baru mulai malam ini, makanya lagi rame-rame nya. Dek!" dengan tangan Rai yang tiba-tiba saja memeluk pinggang Iriana.
"Mas! Ish nanti dilihat." seraya melihat sekeliling nya, mungkin ada beberapa yang melihat. Membuat Iriana malu, tapi ia juga merasa nyaman di peluk. Jadi membuatnya hangat.
Terkekeh, tapi tetap memeluk wanitanya seraya sesekali mencium kepala Iriana. Menghirup aroma sampo buah persik, ia menyukainya.
Hening, sesekali mereka berdua tertawa. Dimana melihat pemain bulu tangkis yang Terkadang terjatuh saat mengejar kok. Atau gaya pemain yang kadang berlebihan membuat penonton juga sering tertawa, terutama Iriana. Sedangkan Rai dia akan memperhatikan Iriana saat tertawa dimana pipi nya bisa memerah 'mengemaskan' kadang bisa saja Rai tiba-tiba mencium pipi itu. Sehingga membuat Iriana terhenyak, dan dengan cepat menoleh Rai. Melotot seraya menatap sekitarnya, Rai tau maksud nya. Tapi responnya jelas membuat Iriana jengkel dimana dia hanya tersenyum.
"Mau kebelakang hmm!" mengarah tempat duduk yang agak jauh dari orang-orang. Tapi di belakang sana juga banyak orang yang sedang pacaran, gelap-gelapan.
"Banyak nyamuk!" ucapannya dengan cepat memaling kan wajahnya yang tegang ke depan.
"Oh... Banyak nyamuk! Terus mereka disana ngapai, dek." seraya terkekeh menunjukkan arah anak muda sedang berciuman. Sangat terlihat jelas, dan Rai sengaja mengarah kan. Rai tau tatapan pertama Iriana yang mana, membuatnya malu dan menjadikan pipinya semakin merah.
.
.
.
.
*Dahh lah pusing saya!