Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Malam
Setelah makan malam dan mengeluarkan ayam masing-masing dari kandang kecilnya di ruangan makan. Kami semua memutuskan kembali ke kesibukan masing-masing dulu sebelum jam tujuh malam.
Jadi aku dan Kibo pergi ke ruangan hadiah undian kami. Kali ini hanya satu ayam yang kudapatkan.
Toki juga datang ke ruangan hadiah undiannya.
"Toki, ubah hadiah utamanya dari lima ayam menjadi enam ayam." kataku kepada Toki.
"baik, akan aku lakukan." jawab Toki, lalu dia pergi ke ruangan roda keberuntungannya.
Aku menatapnya sampai dia menutup pintu. Kali ini kalimat balasannya jadi lebih cepat. Mungkin para teknisi sudah meningkatkan kecepatan respon sistemnya.
Aku menatap sekitaran ruangan hadiah undianku ini. Jelas tidak jauh berubah, ada tumpukan makanan ayam, kandang ayam, pakaian ayam, dan permen.
Sepertinya kalau aku bisa menemukan seekor ayam yang langka, aku bisa menaruhnya disini dulu sebelum ketemu tempat penyimpanan lain.
Untuk menghabiskan waktu luang. Aku membantu Taki memberi makan para ayam yang ada di kandang.
Gapi karena ditengah memberi makan Kibo sepertinya akan mengganggu. Jadi aku memberikannya beberapa bagian makannnya sendiri.
Saat sudah jam tujuh kurang lima belas menit. Baru aku dan Kibo pergi menuju pintu keluar bangunan yang mengarah ke hutan sebelumnya.
Sampai di depan pintunya. Aku mendorongnya agar terbuka, pintu ini selalu tidak dikunci oleh Grek.
Lalu di hutan, sudah ada Grek, Vin, Van, dan Lola. Mereka sepertinya sedang merencanakan peningkatan di bagian mananya.
Ada beberapa lentera juga yang di taruh di atas tanah. Untuk menerangi area-area tertentu sesuai area pencahayaannya.
Warna oranye kekuningan dari lentera-lentera itu sudah cukup baik untuk menerangi hutan. Tepatnya bagian rintangan-rintangan kami.
"dimana Bruno?" tanyaku saat melihat kesekitar. Tidak ada kelihatannya Bruno.
"dia sedang ada tugas." jawab Lola.
"oh..." aku mengangguk, lalu mendekat ke arah mereka.
"jadi, apa tugas kami malam ini Grek?" tanyaku.
"kita akan membangun parkur kayu yang lebih luas, kita bisa memperlebar dan mempertingginya. Di rintangan semak berduri, kita bisa membuat kayu yang tersusun horizontal itu berputar agar kalian harus menunduk setiap dia sudah dekat. Sementara di rintangan tinju, akan kita buat juga kali ini yang bisa berputar dengan kayu horizontal yang tertempel untuk dihindari." jelas Grek.
Aku mengangguk paham.
"kalian berempat kerjakan di bagian parkur saja dulu. Karena sepertinya itu yang paling berat, cocok untuk dikerjakan secara berkelompok." kata Grek sambil memberikan sketsa peningkatannya kepada Van.
Van yang menerima sketsa itu mengangguk. "akan kami lakukan." jawabnya.
"bagus, kalau begitu aku akan urus yang bagian rintangan semak dulu." kata Grek, lalu dia pergi ke rintangan semak.
Aku dan yang lain mengangguk. Lalu kami mulai bekerja di rintangan parkur kayunya. Kami menebangi pohon sekitarnya dulu untuk memperluas areanya.
Jelas itu bukan hal mudah. Tapi dengan kerja sama kami, kami bisa menebang beberapa pohon dengan lebih cepat.
Apalagi kami semua bawa kapak. Tadi juga saat lewat ruangan tertentu aku sempat melihat kapak yang boleh dipinjamkan, jadi karena kurasa akan berguna aku akan membawanya.
Sampai akhirnya kayu-kayu itu terkumpul cukup banyak.
Bruno baru datang dua puluh menit sejak kami mulai pekerjaan untuk meningkatkan parkur kayu ini.
Lola yang bilang ke Bruno kalau kita disuruh meningkatkan rintangan ini dulu. Bruno mengangguk dan menolong kami.
Sementara para ayam kami hanya bisa memperhatikan. Jelas mereka tidak bisa menebang pohon.
Setelah kayu yang terkumpul sudah cukup. Baru kami menyusunnya agar seperti sketsa yang digambar Grek.
Mulanya kami menggulingkan kayunya. Lalu dengan sistem dongkrak pakai batu besar yang dibawa Bruno dan kayu lainnya, kayu itu bisa berdiri tegak.
Saat sudah berdiri tegak, kami lompat beberapa kali diatasnya agar bisa sedikit tenggelam ketanah.
Baru setelah itu kami melingkari bagian bawah kayunya dengan tumpukan tanah. Tidak tinggi, tapi cukup untuk membuat kayunya lebih kokoh.
Kami mengulangi itu terus. Dan jujur saja walau dilakukan bersama, ini tetap melelahkan.
Membuat kami semua berkeringat di tengah mengerjakannya. Kami seperti olahraga di malam hari.
Sampai akhirnya hujan turun pada jam delapan malam.
"kita berteduh saja dulu, ngak apa sekalian istirahat." kata Grek sambil lari ke pintu.
Kami semua juga ikut lari ke pintu. Ketika Grek membuka pintu bangunan mafia ayam. Ayam-ayam kami yang tadi berteduhnya dibawah pohon langsung lari, ikutan masuk.
Saat semuanya sudah di dalam bangunan. Grek menutup pintunya agar tempias hujan tidak masuk karena pintu ini posisinya horizontal.
Kami duduk di ruang kosong sebelum tangga ke pintu tadi. Ruangan dengan warna kelabu gelap dan lampu bundar di atasnya.
"aku akan ambilkan kalian air dan handuk." kata Grek, berdiri dari posisi duduknya setelah beberapa saat.
"mau aku bantu?" tawarku.
"oke." jawab Grek.
Aku mengangguk bangkit. Jadi aku dan Grek berjalan ke arah ruangan lain. Ayam kami ditinggal dulu di ruangan tadi bersama yang lainnya.
Aku mengambil minum dari ruang makan. Ada rak-rak berisi nampan di dindingnya, jadi aku membawa enam cangkir air putih dengan satu nampan.
Aku juga bilang itu ke petugasnya dulu agar tau kalau aku yang meminjamnya.
Sementara Grek meminjam handuk kering dari ruangan kamar mandi terdekat.
Kami membawa itu kembali ke ruangan tadi. Jadi pada istirahatnya kami mengeringkan diri dengan handuk.
Dan juga minum air putih masing-masing. Kami semua menunggu hujannya reda.
Setelah selesai mengeringkan diri dengan handuk dan air minum kami habis. Aku dan Grek hendak mengembalikannya.
"biar kami saja." Vin menawarkan, juga Van.
Aku dan Grek mengangguk. Akhirnya mereka berdua yang mengembalikan itu ke ruangannya.
Aku mengerti kenapa mereka mau mengembalikannya. Karena setelah itu mereka berdua terlihat bosan menunggu hujan berhenti.
Sampai akhirnya hujan berhenti di jam sembilan malam. Kami semua sudah hampir tertidur karena kelamaan duduk bersandar ke dinding, ayam-ayam kami malahan sudah tidur.
"kalian masih mau menolongku?" tanya Grek.
Pertanyaan Grek membuatku dan teman-temanku langsung terbangun dari lamunan kami yang membuat kami hampir tertidur.
Aku dan teman-temanku mengangguk.
"oke." tanpa banyak tanya lagi, Grek keluar, pintunya sudah terbuka sejak tadi untuk memastikan hujan sudah berhenti.
Aku dan teman-temanku bangkit. Kami ikut keluar bangunan bersama Grek.
Kami melanjutkan pembangunan parkur kayunya. Dan akhirnya selesai di jam sepuluh malam.
Grek mengizinkan kami untuk istirahat di bangunan, tidur. Grek juga sudah selesai memodifikasi rintangan semak dan rintangan tinju.
Jadi kami semua istirahat di ruangan tidur. Tentunya sebelum itu kami membangunkan ayam kami yang sudah terlanjut tidur di ruangan itu sebelumnya.
Sampai akhirnya tiba di ruangan tempat tidur. Aku memasukkan Kibo ke kandang kecilnya, sekarang dia bisa benar-benar tidur.
Aku juga berbaring di kasur samping kandangnya itu. Karena energi yang habis, aku bisa jatuh tertidur dengan cepat.