NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Hujan deras mengguyur desa kecil di provinsi perbatasan Thailand-Malaysia saat Monica tiba di koordinat yang ditunjukkan pesan misterius. Desa itu terpencil, nyaris tanpa sinyal telepon, tanpa listrik yang stabil. Ia mengenakan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya malam, menyembunyikan wajahnya di balik topi dan masker, berusaha untuk tidak menarik perhatian. Ia merasa seperti buronan yang sedang dikejar-kejar.

Di sebuah rumah kayu tua yang tampak reyot, cahaya temaram dari lampu minyak menyambut kedatangannya. Rumah itu tampak sepi, seolah tak berpenghuni. Namun, Monica merasakan ada seseorang di dalam sana, mengawasinya dari balik jendela.

Dengan ragu-ragu, Monica mengetuk pintu rumah tersebut. Pintu terbuka perlahan, menampilkan sosok yang tak asing baginya.

“Sudah lama,” suara berat itu terdengar familiar, menyapa Monica dengan nada yang datar, "Kamu berubah."

Monica menegang, jantungnya berdegup kencang. Di hadapannya berdiri Dr. Bram Santosa—pria yang namanya disebut oleh Lela dalam video pengakuan sebelum kematiannya, pria yang dulu merupakan bagian dari yayasan Raline. Sekarang, ia hidup dalam pelarian, rambutnya beruban dan tangannya gemetar, tampak seperti orang yang telah kehilangan segalanya.

“Kenapa kamu mengirim koordinat itu?” tanya Monica dengan nada dingin, berusaha untuk tetap tenang, meskipun ia merasa gugup.

Dr. Bram menarik napas dalam-dalam, seolah mengumpulkan keberanian. “Karena aku menyesal. Dan karena… hanya kamu yang bisa masuk ke FUNDAMENTA tanpa disaring." Ia mengakui kesalahannya, dan menawarkan bantuan kepada Monica.

Ia menyerahkan sesuatu kepada Monica—sebuah kartu akses lama, dan sebuah chip kecil yang tampak seperti komponen elektronik.

“Ini celah. Kode backdoor dari sistem lama, sebelum Arsya mengganti protokol keamanan." Ia menjelaskan dengan singkat.

Monica menatap Dr. Bram dengan curiga, "Kenapa aku harus percaya padamu? Setelah semua yang kau lakukan?"

“Karena aku juga pernah percaya pada Arsya,” ucap Dr. Bram lirih, matanya memancarkan penyesalan yang mendalam, "Dia bukan anak yang sama lagi. Dia… bukan manusia yang sama."

Di sisi lain, di suatu tempat yang jauh, Teddy akhirnya berhasil berdiri tanpa alat bantu. Luka-luka di tubuhnya telah sembuh, namun trauma di matanya belum pudar, masih menghantuinya setiap saat. Ia menatap layar yang menampilkan wajah Dr. Bram dari siaran tersembunyi.

“Jadi, dia keluar dari persembunyian,” gumamnya, "Monica akan mencari celah untuk masuk. Tapi dia tidak tahu kalau Arsya sudah mengaktifkan protokol penghapus sistem. Jika FUNDAMENTA diserang dari luar… sistem justru akan meledak ke dalam, menghancurkan segalanya."

Ia berbalik pada seorang wanita muda yang berdiri di ruangan itu: Kirana, mantan pengacara yayasan yang kini menjadi informan Teddy, membantunya dari dalam.

“Kita harus masuk dari dalam,” ucap Teddy dengan tegas, "Dan aku membutuhkanmu untuk pergi ke Jakarta."

“Untuk apa?” tanya Kirana, mengerutkan kening.

“Menemui Livia.”

Sementara itu, Monica duduk sendirian di kamar losmen sempit yang ia sewa. Tangannya memegang kartu akses yang diberikan oleh Dr. Bram. Di layar laptopnya, terbuka dua jendela:

Satu: rencana untuk menyusup ke pusat data FUNDAMENTA di Singapura, sebuah misi yang sangat berbahaya.

Dua: rencana untuk meledakkannya dari luar melalui satelit anonim, sebuah opsi terakhir yang akan menghancurkan segalanya.

Monica menutup matanya, mencoba untuk menenangkan diri, mengumpulkan keberanian.

"Kalau aku masuk… aku mungkin tidak akan pernah keluar," gumamnya lirih, suaranya bergetar.

Namun, di pikirannya, terngiang lagi suara Teddy dari rekaman lama yang ia dengar:

“Kebenaran tidak akan selamat kalau hanya dibiarkan. Dia harus dilindungi… bahkan kalau harus dengan nyawa.”

Monica membuka matanya, tekadnya telah bulat.

Dan ia menekan tombol: "Aktifkan Protokol Penyamaran."

Di akhir bab ini, kamera pengintai di markas FUNDAMENTA menampilkan wajah baru dalam sistem kepegawaian digital: Dr. M. Halim – Konsultan Neurologi Tingkat Tinggi.

Foto itu… Monica.

Dia telah masuk ke dalam sarang musuh.

Dan FUNDAMENTA tidak menyadarinya.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!