NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Dea menatap Arhan dengan mata yang berkaca-kaca, tangannya menggenggam erat bungkusan makanan kesukaan Arhan. Suasana di ruangan kunjungan penjara itu dingin dan suram, membuat detik-detik pertemuan mereka terasa semakin berat. "Maafin mama nak," suara Dea bergetar, mencoba menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Mama tahu tempat ini begitu tidak enak bagimu. Tapi ini adalah jalan yang harus kau terima atas semua kesalahanmu."

Arhan, yang duduk di seberang sana dengan seragam tahanan yang kusam, menundukkan kepala. Rasa penyesalan terpancar jelas dari wajahnya yang murung. Dia membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu, namun hanya suara yang serak yang terdengar.

Dea melanjutkan, suaranya semakin lirih, "Mama tidak bisa membantu mu untuk bebas dari sini, bukan mama pilih kasih. Tapi memang ini adalah hukuman yang harus kau jalani nak." Dia meletakkan bungkusan makanan di meja, matanya tidak berani menatap langsung ke arah Arhan. "Dan ini, ini adalah makanan kesukaanmu, dimakan ya. Jangan lupa dihabiskan," katanya, berusaha memberikan sedikit kenyamanan meski hatinya terasa hancur.

Dea berdiri, tubuhnya terasa kaku. Dengan langkah gontai, ia berjalan menjauh dari meja kunjungan. Arhan yang kini sudah menangis, terisak sambil terus memanggil, "Mama, jangan tinggalkan aku... Mama!" Namun Dea tidak berbalik, langkahnya terus melaju, meninggalkan ruangan itu dengan berat hati, meninggalkan Arhan yang terus berseru di balik jeruji besi yang dingin.

"Mama nangis? " Tanya Arkan ketika Dea sudah keluar dari ruang tahanan.

Dea menatap Arkan dengan tatapan yang sayu, matanya memerah dan wajahnya pucat. "Mama hanya kelilipan, Nak," katanya sambil memaksakan senyum. Arkan yang melihatnya menarik nafas, mengetahui jika ibunya itu telah berbohong padanya. Ia memandang ibunya dengan rasa khawatir yang terpancar dari matanya. Melody, yang telah memperhatikan percakapan dari kejauhan, mendekat dan meletakkan tangan di bahu Dea, memberikan dukungan.

"Ma, tak perlu berbohong. Kita semua tahu ini semua berat bagi Mama," ucap Melody lembut, suaranya penuh empati. "Tapi ini adalah hukuman yang harus dijalani oleh Kak Arhan, jangan terus-terusan menangis yang membuat kesehatan Mama menurun."

Dea menghela napas panjang, rasa sakit dan kehilangan bercampur menjadi satu. Air mata yang selama ini ditahannya mulai menetes pelan. Dia menoleh ke arah Melody, lalu mengangguk pelan, mengakui bahwa memang berat baginya untuk melihat anaknya di balik jeruji besi. Namun, dukungan Melody memberinya sedikit kekuatan untuk tetap tegar.

Arkan yang merasa bersalah meraih tangan ibunya dan berkata, "Mama kuat, kan?" Dea memeluk anaknya, menghirup aroma khas dari anaknya itu, yang selalu membawa kebahagiaan kecil di tengah kesulitan.

Mereka berempat berdiri di sana, di luar ruang kunjungan penjara, saling memeluk, mencari kekuatan dalam kebersamaan, menghadapi realita pahit yang harus dijalani bersama.

Siang itu, langit tampak mendung, seolah turut merasakan beban yang dipikul oleh Dea. Tony memeluknya erat, mencoba memberikan kekuatan kepada istrinya yang tampak begitu rapuh. Mata Dea berkaca-kaca, memandang kosong ke depan, terhanyut dalam kesedihan yang mendalam. Arhan, anak mereka, telah membuat kesalahan yang tak lagi bisa ditolerir. Mereka baru saja keluar dari kantor polisi, di mana Arhan harus menjalani proses hukum lebih lanjut.

"Mas, aku tidak tega melihat mama yang begitusedih setelah bertemu dengan kak Arhan. Apa aku boleh mengajak mama jalan jalan? " Bisikan Melody pada Arkan yang berada di sebelah nya

"Tentu saja boleh, aku akan mengantarmu, "

"Tidak, mas. Aku hanya ingin berdua dengan mama. Ini adalah urusan perempuan yang harus dibicarakan dari hati ke hati. Kamu dan papa dilarang ikut, biarkan aku me time bersama mama. " Mohon Melody dengan tatapan memelas

Arkan merasa gemas dengan tingkah istri nya itu. "Kau memang pandai dalam hal bujuk membujuk, baiklah. Aku akan sampaikan pada papa, " Jawab Arkan mencubit pelan hidung istrinya itu

"Gunakan kartu ini, belanja lah sesuka mu. " Lanjutnya dengan merogoh dompet

Mata Melody berbinar setelah melihat black card milik suaminya itu. Dengan cepat Melody mengambilnya, namun Arkan kembali menarik kartu itu. "Mas! Bukankah tadi kamu bilang aku boleh berbelanja apapun, lalu kenapa kamu tarik kembali. " Ucap Melody cemberut

"Kamu boleh mengambil kartu ini, tapi dengan syarat. " Arkan mulai tersenyum nakal membuat Melody mendengus

"Dasar suami mesum. Otaknya hanya diisi dengan selang**** saja. " Gumamnya yang masih didengar oleh Arkan

"Aku hanya mesum kepada istriku saja. Jadi, bagaimana? Mau atau tidak, hm. " Melody memutar matanya

"Ya, ya, ya, baiklah. Nanti malam kamu akan mendapatkan jatahmu, apa kamu puas sekarang? " Arkan tersenyum ia pun mencium singkat pipi Melody

"Terima kasih, istri ku. " Senyum mengembang diwajahnya yang tampan itu

"Mana, cepatan. Siniin kartunya, " Ucapnya. Melody menengadahkan tangannya meminta agar kartu itu segera diberikan. Begitu dapat ia langsung berjalan cepat meninggalkan Arkan, dan mengejar Dea dan Tony yang sudah berjalan menuju mobil.

Melody, menantu perempuan mereka, yang melihat kesedihan yang mendalam di wajah mama mertuanya dan segera berjalan sangat cepat mengajak Dea untuk jalan-jalan, mencoba sedikit melupakan penderitaan yang sedang dihadapi. "Ayo, ma, kita coba cari udara segar. Biar pikiran Mama sedikit tenang," ajak Melody dengan lembut.

Dea, yang semula ragu, akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, Mel, mungkin memang mama butuh menghirup udara segar," jawabnya sambil mencoba tersenyum. Tony dan Arkan hanya bisa mengamati dari kejauhan. Mereka dilarang ikut karena Melody ingin momen ini menjadi waktu khusus berdua saja dengan mama mertuanya, sebuah 'me time' yang mungkin bisa sedikit mengobati luka Dea.

***

Mereka berdua berjalan menyusuri taman kota yang tenang, duduk di salah satu bangku taman sambil menikmati semilir angin. Sesekali, Melody menggenggam tangan Dea, memberikan dukungan yang tidak perlu diucapkan. Dea memandang Melody, tersenyum pahit. "Terima kasih, Nak. Kamu tahu, kadang-kadang, seorang ibu hanya perlu ditemani diam-diam seperti ini," ucap Dea dengan mata berkaca-kaca.

Melody mengangguk, membalas senyuman itu dengan penuh pengertian. Mereka berdua terdiam, menikmati kedamaian yang sesaat, mencoba melupakan sejenak semua masalah yang sedang mereka hadapi.

Melody merasa senang karena usahanya untuk menenangkan Dea, ibu mertuanya, telah berhasil. Melody memberikan teh dan menyodorkan beberapa kue kering yang tadi sempat ia beli, Dia berharap suasana hati Dea semakin membaik dengan cemilan dan segelas teh hangat. sore itu akan berjalan dengan damai dan harmonis. Namun, tiba-tiba kehadiran seorang wanita yang tidak dikenal merubah segalanya.

Wanita itu berjalan dengan langkah percaya diri mendekati Dea dan Melody yang sedang duduk di kursi taman kota. Dea, yang semula tampak tenang, kini raut wajahnya berubah menjadi masam. "Halo tante, lama tidak bertemu ya. Aku benar benar tidak menyangka akan bertemu dengan tante disini," Wanita itu tersenyum manis kepada Dea.

Melody mengamati wanita itu, gayanya yang elegan dan cara berbicaranya yang lancar memberikan kesan bahwa dia bukan orang sembarangan.

"Maaf, kamu siapa? " Tanya Melody dengan rasa penasaran yang tinggi

Tanpa basa-basi, wanita itu memperkenalkan diri dengan suara yang lantang dan penuh kebanggaan. "Saya Rina, kekasih Arkan," ucapnya sambil menatap Melody dengan tatapan yang menyiratkan kemenangan. Melody terkejut, jantungnya berdegup kencang, seolah-olah ingin melompat keluar dari dada.

Deg!

Bak disambar petir disore hari, Melody mencoba mencerna informasi tersebut. Arkan, suaminya, yang selama ini dia percayai dan cintai, ternyata memiliki hubungan dengan wanita lain? Emosi bercampur aduk dalam dirinya; dari kebingungan hingga kemarahan.

Dea, yang menyaksikan adegan tersebut, tampak pucat dan mulutnya terbuka lebar, tidak percaya dengan pengakuan yang baru saja didengarnya. Atmosfer yang sebelumnya hangat dan nyaman kini berubah menjadi dingin dan tegang.

Melody berusaha keras menahan air mata yang hampir tumpah, dia menggenggam tangan Dea mencoba mencari dukungan. Dea membalas genggam tangan itu, kemudian menatap Rina dengan tajam. "Rina, jangan berbicara yang tidak tidak! "Sentak Dea dengan nada tinggi, ketika Rina ingin menjawab, suara serak Melody sudah terdengar terlebih dahulu

Melody, dengan suara yang bergetar, akhirnya menemukan keberanian untuk berbicara. "Rina, apa maksudmu dengan semua ini? Bagaimana mungkin kamu mengatakan itu begitu saja tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain?" Melody mencoba mencari kejelasan, namun dalam hatinya, dia tahu bahwa kehidupannya mungkin saja berubah selamanya karena pengakuan yang baru saja dilontarkan Rina.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!