NovelToon NovelToon
Kultivator Koplak

Kultivator Koplak

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Tokyo Revengers / One Piece / BLEACH / Jujutsu Kaisen
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: yellow street elite

seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Binatang itu berdiri gagah di tengah lereng berbatu, tubuhnya sebesar rumah kecil dengan kulit tebal bersisik seperti naga, memantulkan kilau kelabu gelap saat cahaya senja mengenainya.

Kakinya empat, pendek namun kokoh, mencengkeram tanah dengan kuku hitam tajam yang tampak mampu menghancurkan batu gunung.

Dari punggung hingga ekornya, deretan duri besar menyerupai tulang naga menjulang, bergetar perlahan seiring napasnya.

Moncongnya lebar dan datar, dengan dua lubang hidung yang menghembuskan asap panas.

Namun yang paling mencolok adalah tanduk runcing melengkung di atas kepalanya, terbuat dari kristal hitam berurat merah menyala—menyimpan aliran energi spiritual yang berbahaya.

Dari matanya yang berwarna merah tua, terpancar kebencian dan kewaspadaan.

Binatang ini bukan sekadar hewan buas, tapi penjaga alami dari tanah berbatu yang mereka injak.

Namanya dikenal dalam catatan lama sebagai:

"Long Rhinarth" — Penjaga Batu Arwah.

Sebuah makhluk perantara antara binatang buas dan makhluk suci, dikenal karena tanduknya yang menyimpan mineral hidup, serta sisiknya yang bisa dijadikan bahan dasar senjata spiritual tingkat tinggi.

Chen Mo menyipitkan mata, masih mengamati sosok Long Rhinarth dari balik bebatuan yang mereka jadikan tempat bersembunyi.

"Hey Ryn…" bisiknya pelan, "…kalau kita bisa mengalahkannya, kau bisa buatkan aku armor dari sisik-sisiknya, kan?"

Rynz menoleh pelan, napasnya teratur, namun matanya masih menatap ke arah makhluk itu yang kini berjalan lamban di sepanjang lereng.

"Untuk saat ini… levelku masih belum cukup untuk mengolah bahan sekelas itu," jawabnya jujur.

"Tapi aku tahu pasti—kalau bisa kita bawa pulang, aku akan menempa-nya. Entah butuh waktu berapa lama… aku akan pelajari caranya."

Chen Mo mengangguk mantap.

Sementara itu, Zhou Lan, yang sejak tadi berjongkok dengan tangan menggenggam tombaknya erat, ikut bicara lirih:

"Tanduk itu… bisa jadi busur. Urat-urat merah di dalamnya bukan hanya indah, tapi bisa jadi jalur spiritual untuk panah."

Ia menoleh ke arah keduanya.

"Dan jangan lupakan satu hal penting—"

"Inti corenya."

"Binatang sebesar itu, dengan energi spiritual sepadat itu… inti dalam tubuhnya pasti bernilai sangat tinggi."

"Kita bisa menjualnya ke kota. Bahkan mungkin bisa memperbaiki kondisi sekte kita."

Ketiganya terdiam.

Untuk pertama kalinya, ketiganya menyadari betapa miskinnya Sekte Lembah Angin yang mereka tempati.

Bangunan bobrok, peralatan latihan usang, tidak ada ladang spiritual, dan tak satu pun pelindung dari dunia luar kecuali Lu Ban yang tinggal sendiri.

Mereka tidak pernah mengeluh, tapi mereka tahu:

Jika ingin sekte mereka bertahan… mereka harus melakukan sesuatu.

Dan di hadapan mereka sekarang…

berdiri sumber daya yang cukup untuk mengubah masa depan sekte itu.

Long Rhinarth.

Sosok badak bersisik naga yang seperti tak tergoyahkan—

tapi juga menyimpan kesempatan yang tak bisa diabaikan.

Kesempatan itu datang saat angin berputar, membawa kabut tipis melintasi lereng berbatu.

Long Rhinarth sempat menunduk, mengendus sebuah celah tanah yang baru terbuka—mungkin karena runtuhan kecil di lereng. Gerakannya melambat… dan itulah saatnya.

"Sekarang!" seru Chen Mo pelan namun tegas.

Dalam satu gerakan cepat, Chen Mo melompat dari balik batu besar, dua pedangnya meluncur keluar dari sarungnya seperti kilat. Tubuhnya diselimuti aura spiritual tajam, menghantam sisi leher Long Rhinarth.

Zhou Lan menyusul dari sisi kanan, menerjang dengan tombaknya, menyasar persendian kaki belakang monster itu, mencoba melumpuhkan gerakannya terlebih dahulu.

Dentuman keras menggema.

Sisik naga Long Rhinarth memang tebal, namun dua kultivator tingkat Hunter yang menyerangnya tidak main-main.

Serangan pertama tidak menembus, tapi membuat monster itu terguncang, melenguh keras dengan suara seperti gemuruh petir.

Rynz hanya berdiri sedikit jauh di belakang.

Ia menyaksikan semuanya dengan mata terbuka lebar—tubuh siap bergerak jika keadaan memburuk, tapi dia tahu batasannya.

Ranahnya masih di tahap Advance.

Di sistem dunia ini, itu setara dengan level 10 hingga 19.

Sementara Hunter berarti level 20 hingga 29, sebuah lompatan besar dalam kekuatan dan kendali aura spiritual.

Jika ia terjun sekarang tanpa rencana… ia hanya akan jadi beban.

Namun Rynz tidak tinggal diam.

Ia memerhatikan setiap gerakan, setiap teriakan monster itu, setiap percikan dari benturan pedang dan tombak ke sisik keras itu.

"Gerakannya lambat tapi berat. Nafasnya keluar lewat sisi leher.

Tanduknya mengarah ke depan. Sisik paling lemah di bagian bawah leher dan sendi kaki."

Ia menghafal, menganalisis, mencatat dalam kepala.

Karena ia tahu, waktunya belum sekarang… tapi akan tiba.

---

Long Rhinarth mengamuk—mengerang keras dan mulai menyerang balik.

Batu-batu besar terlempar saat makhluk itu menyeruduk.

Chen Mo menghindar tipis, keringat mulai membasahi pelipisnya.

Zhou Lan mulai mundur beberapa langkah, tombaknya bergetar karena benturan kuat tadi.

Rynz mengepalkan tangan kirinya, perban di lengannya berkedut pelan…

Api hitam itu… perlahan merespon.

"Jika saatnya tiba… aku akan ikut menggoyahkan gunung ini."

Saat Long Rhinarth mulai mengamuk dan bergerak liar, Rynz yang melihat celah di sisi bawah leher makhluk itu, refleks mengangkat tangan kirinya.

Tattoo api hitam di lengannya mulai menyala pelan, membentuk pusaran kecil energi di sekitar telapak tangan.

Ia berniat memanfaatkan momen itu—membakar bagian bawah leher yang tampak lebih lunak.

Bukan untuk membunuh… tapi melumpuhkan.

Namun tepat sebelum api itu benar-benar menyembur keluar—

"SIALAN!! HENTIKAN!!"

teriak Chen Mo, matanya membelalak.

"APA KAU MAU MEMBAKAR BAHAN SEBAGUS INI?!"

Seruan itu menggema, bahkan membuat Zhou Lan menoleh cepat ke arah Rynz, wajahnya menegang.

Api hitam itu berhenti di ujung telapak tangan, berputar-putar dengan pelan namun jelas terasa berbahaya.

Udara di sekitarnya mulai bergetar, dan bahkan batu di sekitar kaki Rynz mulai menghitam perlahan.

Rynz membeku.

Matanya masih menatap ke arah Long Rhinarth—tapi suara Chen Mo tadi membuatnya sadar.

"Benar… jika kusentuh monster itu dengan api ini, tubuhnya bisa musnah."

"Sisiknya… tanduknya… bahkan inti corenya… bisa lenyap tak tersisa."

Ia mengepalkan tangannya perlahan.

Api hitam pun padam, menyisakan hawa panas yang surut seperti napas ditahan.

"Maaf," ucap Rynz dengan nada datar namun menunduk sedikit.

"Aku terlalu terbawa suasana."

Chen Mo menggeram kecil, lalu kembali fokus ke pertarungan.

Zhou Lan pun menambahkan, "Kalau memang harus membunuhnya, kita gunakan cara biasa. Biar tubuhnya tetap utuh."

Rynz mengangguk pelan.

Ia mulai mengerti… kekuatannya bukan untuk segala hal.

Dan terkadang, kekuatan besar justru harus ditahan agar sesuatu yang lebih berharga bisa tetap bertahan.

Benturan logam dan suara erangan Long Rhinarth kembali menggema keras di lereng Gunung Batu Arwah.

Setelah api hitam Rynz dipadamkan, Chen Mo kembali mengambil posisi di sisi kiri monster itu. Ia melompat ke batu besar, menjejaknya, lalu menerjang turun dengan dua pedang menyilang seperti gunting.

“Tebasan Silang Ganda!”

Kedua pedangnya menyapu keras ke arah sisi leher Long Rhinarth, menarget sisik-sisik tua yang tampak sedikit retak.

CLANGG!!

Benturan logam itu menghasilkan percikan besar, dan salah satu sisik akhirnya terlepas, menancap ke tanah. Chen Mo mendarat mundur, bahunya bergetar akibat pantulan kekuatan.

"Satu sisik—cukup untuk buat tameng kecil," ucapnya sambil menyeringai.

Namun Long Rhinarth tidak tinggal diam.

Makhluk itu mengibaskan tubuhnya ke samping—ekornya yang dipenuhi duri batu menyapu dari kanan ke kiri!

Chen Mo terpaksa mengayunkan kedua pedangnya untuk menahan sapuan itu, tubuhnya terseret beberapa langkah, darah menetes dari bibirnya.

Di sisi lain, Zhou Lan memutar tombaknya. Aura spiritual mengalir dari ujung tombak hingga ke pangkalnya.

Tubuhnya bergerak seperti bayangan, menari cepat mengitari kaki belakang Long Rhinarth.

“Tusukan Empat Mata Angin!”

Tombaknya menghujam empat titik pada sendi kaki belakang monster itu dalam waktu sepersekian detik—tepat di sela-sela sisik!

RAAAGGHHHH!!

Long Rhinarth meraung kesakitan, lutut belakangnya tertekuk.

Tubuh raksasa itu sedikit goyah, menciptakan celah yang nyaris tidak terlihat.

"Rynz!" Zhou Lan berteriak. "Kalau kau punya jurus serangan jarak dekat, serang bagian leher sekarang! Tapi jangan bakar!"

Rynz mengangguk.

Ia berlari ke depan, mengayunkan palunya ke sisi tanah, lalu menggunakan kekuatan lompatan untuk naik ke udara.

"Kuharap ini cukup!"

Palu berat di tangannya membara samar—bukan oleh api hitam, melainkan aura tekanan tempa, hasil dari pengalaman puluhan jam menempa logam tanpa henti.

"Getaran Penempa Pertama!"

Palu itu menghantam sisi leher Long Rhinarth, tepat di dekat luka yang dibuat Chen Mo sebelumnya.

Blaaammm!!

Suara dentuman terdengar seperti gong raksasa dipukul.

Monster itu limbung—dan akhirnya jatuh terduduk!

Zhou Lan langsung melompat ke atas kepala monster itu, menancapkan tombaknya ke titik vital antara kedua mata—bukan untuk membunuh, tapi untuk mengancam.

Chen Mo menyusul, berdiri di sisi kiri dengan pedangnya terangkat.

Long Rhinarth mendengus keras, tapi tak lagi bergerak.

Monster itu menyerah.

Pertempuran usai.

Dan mereka bertiga berdiri di atas tubuh seekor penjaga kuno.

1
yayat
tambah kuat lg
yayat
mulai pembantaian ni kayanya
yayat
ok ni latihn dari nol belajar mengenl kekuatan diri dulu lanjut thor
yayat
sejauh ini alurnya ok tp mc nya lambat pertumbuhnnya tp ok lah
‌🇳‌‌🇴‌‌🇻‌‌
sebelum kalian baca novel ini , biar gw kasih tau , ngk ada yang spesial dari cerita ini , tidak ada over power , intinya novel ini cuman gitu gitu aja plus MC bodoh dan naif bukan koplak atau lucu. kek QI MC minus 500 maka dari itu jangan berharap pada novel ini .
Aryanti endah
Luar biasa
Aisyah Suyuti
menarik
Chaidir Palmer1608
ngapa nga dibunuh musih2nya tanggung amat, dah punya api hitam sakti kok masih takut aja nga pantes jadi mc jagoan dah jadi tukang tempa aja nga usah ikut tempur bikin malu
Penyair Kegelapan: kwkwkw,bang kalo jadi MC Over Power dia gak koplak.
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
jangan menyalahkan orang lain diri lo sendiri yg main main nga punya pikiran serius anjing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!