"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Tangisan Dalam Doa
Iringan langkah kaki puluhan jamaah haji menapaki lingkaran Ka'bah dengan kalimat doa dan zikir dalam tawaf mereka. Rasa khusu ibadah hebat itu dari setiap insan yang mengharapkan ampunan, kebahagiaan dan kesuksesan untuk kehidupan mereka.
"Ya Allah kami datang padaMu untuk memenuhi panggilanMu. Berilah kami keberkahan dan ampunan serta RahmatMu yang meliputi langit dan bumi."
Begitulah harapan tamu-tamu Allah di hadapan Ka'bah di mana rumah Allah SWT yang sangat dirindukan umat Islam seluruh dunia. Hanya saja tidak semua hamba Allah yang mendapatkan kesempatan menjadi tamu istimewaNya.
Ditengah tawaf ada dua insan yang berdiri di hadapan Ka'bah sambil menengadahkan wajah mereka dengan tangan terangkat.
"Ya Allah. Ampunilah dosa-dosaku...! Ampunilah dosa kedua orangtuaku. Ya Allah hamba datang ke rumah ini untuk memohon kepadaMu. Nikahkan hamba dengan seorang pria luar biasa dari sisiMu...!" pinta Rani lalu membuka cadarnya sehingga kecantikannya dilirik oleh pria yang ada di sebelahnya yang juga khusu memanjatkan doa yang sama dengan Rani.
Namun desakan para jamaah haji di depan Ka'bah membuat Rani terdorong tubuhnya yang langsung ditangkap oleh Khalid yang asyik menikmati kecantikan bidadari yang mengunggah hatinya.
"Astagfirullah...!" seru Rani lalu mengangkat wajahnya melihat sosok tubuh kekar yang sempet melindunginya dari dorongan para jamaah haji dari berbagai negara tersebut.
"Sorry...!" ucap Rani setelah berdiri sempurna dengan jantung berdegup kencang.
"Masya Allah, tampan sekali cowok ini." Rani menutupi lagi cadarnya karena sadar Khalid menatapnya dengan intens.
"You are ok,?" tanya Khalid dan Rani mengangguk gugup.
"Yes, it's ok." Rani tidak membuang kesempatan untuk berdoa lagi karena tawafnya sudah selesai dan ia harus melanjutkan ibadah berikutnya yaitu sholat Sunnah tawaf dan dilanjutkan sya'i.
"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Langkah Rani yang begitu cepat hampir membuat Khalid kehilangan gadis bercadar itu. Beruntunglah matanya tidak lepas mengikuti punggung Rani yang sudah mencari tempat sholat menghadap Ka'bah tepat di belakang Maqom Ibrahim.
Sementara itu asisten pribadinya Khalid yang tadi berdiri disebelah Khalid ikut bingung melihat ulah bosnya.
"Tuan, kenapa anda berdiri dekat tempat sholat wanita?" bingung sang asisten.
"Aku mau sholat sunah tawaf dulu dan kamu tolong perhatikan gadis di samping kita yang sedang sholat itu. Jangan sampai kamu kehilangan dia." Khalid mengarahkan jarinya ke arah Rani yang sedang khusu menunaikan sholat.
"Emangnya dia siapa tuan?" tanya sang asisten belum paham.
"Bidadari ku. Awasi dia sampai aku selesai sholat, ok!" titah Khalid diiringi anggukan kepala sang asisten.
Berapa menit kemudian, Rani bersiap-siap untuk menuju tempat sa'i. Khalid terus mengikuti langkah gadis itu. Ia merasa heran dengan Rani yang berjalan sendiri tanpa didampingi siapapun.
"Apakah gadis itu berangkat haji sendiri tanpa didampingi mahram atau temannya? Kenapa dia berani sekali?" sesal Khalid. Ia juga ingin menunaikan ibadah haji tamattu nya lalu melakukan tahalul untuk membebaskan dirinya dari ikatan ihram.
Rani mencari tempat yang cukup aman menjauhi gerombolan para jamaah haji yang sedang sa'i. Dia tidak menyadari ada sosok tampan yang sedang mengawasinya sekaligus menjadi bodyguard nya. Setiap kali pundaknya yang hampir bersentuhan dengan jamaah lain membuat Khalid buru-buru berjalan disisi Rani yang belum menyadari keberadaannya Khalid.
Hingga akhirnya Rani berhenti sesaat untuk mengambil air zam-zam untuk ia minum. Saat penjaga tempat air zam-zam menawarkan bantuannya Rani menolak dan ingin mengambil minumannya sendiri. Namun gadis cantik itu tetap memberikan sedekahnya pada dua orang petugas di tempat itu.
Perilaku baik Rani tidak terlepas dari tatapan Khalid. Ia menoleh melihat asistennya yang ikut mengawasi gerak-gerik Rani dengan pandangan bingung.
"Syam. Tolong selidiki identitas gadis itu secara lengkap...!" titah Khalid.
"Baik tuan. Apakah kita akan mengikuti gadis itu pulang ke hotelnya?" tanya Syam.
"Iya."
"Kenapa tuan tidak langsung berkenalan saja dengannya. Dengan begitu tuan akan langsung tahu siapa dia."
"Tidak. Aku harus memastikan sesuatu tentang gadis itu. Setelah itu aku akan mendekatinya sampai dengan proses ibadah haji ini selesai. Bukankah kita tidak boleh melanggar rukun haji sampai proses ibadah haji ini selesai?" jawab Khalid yang tetap menjaga dirinya dari larangan selama melakukan ibadah haji.
"Benar juga tuan, aku lupa akan hal sepenting itu. Walaupun aku tahu mudah bagi tuan untuk membayar dam tapi urusan ketakwaan kita lebih penting saat ini. yang lain bisa diatur dikemudian hari. Aku akan melakukan apapun yang membahagiakan tuan," ucap sang asisten bijak.
"Terimakasih. Lakukan secepatnya dan jangan sampai kita kehilangan jejaknya," ucap Khalid dengan matanya tidak terlepas mengawasi punggung gadis anggun yang sudah mencuri hatinya.
Setelah proses sa'i selesai, rani mengambil gunting di dalam tasnya dan meminta seorang ibu yang ada di tempat itu untuk menggunting sedikit rambutnya sebagai tahalul yang menandakan ia sudah bisa lepas ihram.
Khalid mendengar percakapan Rani yang bisa berbicara bahasa arab. Hatinya menghangat karena dengan begitu mudah baginya berkomunikasi dengan gadis cantik itu. Bukan hanya itu saja yang membuat Khalid meleleh dengan sosok cantik di depannya itu, prilaku baik Rani yang tahu cara berterimakasih pada ibu itu dengan mencium tangan ibu dari negara Irak itu penuh takzim.
"Masya Allah, benar-benar kecantikan gadis itu sangat sempurna. Aku harus bisa memilikinya bagaimanapun caranya," celetuk Khalid lirih.
Saking larutnya membayangkan sosok Rani yang ingin ia miliki itu membuat ia kehilangan gadis cantik itu hingga membuatnya panik.
"Astagfirullah. Ya Allah ke mana gadis itu pergi?" Khalid menghampiri ibu yang tadi menggunting rambut Rani dan menanyakan ke mana gadisnya pergi.
"Nyonya, apakah anda melihat istriku barusan?" tanya Khalid membuat sang ibu itu bingung karena Rani tadi bilang padanya kalau dia masih gadis.
"Istrimu? Yang mana tuan? Yang tadi bersamaku barusan adalah seorang gadis yang belum memiliki suami. Aku tidak tahu istrimu yang mana," ketus nyonya itu membuat Khalid menepuk jidatnya dan menjelaskan hal yang sebenarnya pada nyonya di depannya.
"Dia bilang padaku dia tinggal di hotel yang ada jam tower itu. Arahnya ke sana tadi, tuan," ucap sang nyonya itu sambil menunjukkan jarinya di tengah kerumunan orang-orang yang berada di hadapan mereka.
Khalid mengikuti arah yang dimaksud oleh sang nyonya itu. Langkahnya begitu cepat untuk bisa menyusul wanita impian nya itu. Jantungnya berdegup kencang karena ia begitu takut kehilangan sosok Rani.
"Ya Allah di mana dia...?" batin Khalid memeriksa semua gadis yang bercadar di depannya yang ternyata bukan Rani.
"Apakah mereka akan bertemu lagi...?"