Caroline adalah seorang pegawai kantor biasa. Dia bekerja seperti orang biasa dan berpenampilan sangat biasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dia sebenarnya adalah boss mafia di dunia bawah.
Suatu hari saat Carolin pergi melakukan perjalanan bisnis, tanpa diduga dia diserang oleh salah satu musuhnya dan mati karena helikopter yang jatuh lalu meledak.
Saat Carolin terbangun, dia menemukan dirinya berada ditubuh orang lain. Melihat kecermin dan memegang wajahnya dengan bingung, “Siapa?”
Akankah Caroline mampu bertahan didunia yang tidak dia ketahui ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Pusat Perbelanjaan
Saat ini mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan. Caroline sangat bersemangat sekali. Bahkan dikehidupan sebelumnya dia hanya sibuk melakukan bisnis, menjatuhkan orang jahat dan membantu orang lain. Meskipun dia menikmatinya tetapi dia tidak sempat melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.
Aland melihat kakaknya, entah kenapa kakaknya terlihat seperti anak kecil walaupun tidak terlihat karena ditutupi dengan ekspresinya yang dingin.
“Baiklah kita akan kemana dulu?” tanya Caroline dengan senyum diwajahnya.
Aland sedikit terpana dan tidak menjawab pertanyaan Caroline.
Melihat Aland hanya diam, dia sedikit kesal. “Apa kau tidak tahu juga? Kau bilang kau tahu jalan.” Caroline berjalan duluan meninggalkan Aland.
Aland sadar kembali. “Tunggu aku akan mengantarmu!” Aland berlari mengejar Caroline.
Caroline melihat banyak penjual dipinggir jalan. “Kakak … kita bisa makan makanan di restoran yang terkenal disini,” ucap Aland ragu. Dia belum pernah makan makanan dipinggir jalan karena Edelyn tidak menyukai makanan pinggir jalan baginya itu tidak hygienis.
“Kenapa harus direstoran?” tanya Caroline.
“Itu tidak kalah dengan makanan di istana kita,” jawab Aland.
“Kalau tidak kalah dengan yang ada di istana mengapa tidak makan di istana saja?”
“Sudahlah … lupakan kalau kau tidak mau memakannya maka aku saja yang makan.” Caroline pergi kesalah satu makanan pinggir jalan yang menarik perhatiannya.
“Kakak!” Aland tidak berdaya dan terus mengikuti Caroline.
“Tuan berapa harga ini?” tanya Caroline.
“hanya 1 koin perak,” jawab pedagang.
“Berikan aku dua,” ucap Caroline.
“Baiklah.” Pedagang itu langsung membuat apa yang dipesan Caroline.
Caroline melihat pedagang itu dengan terampil memanggang roti isi daging. Dia tidak sabar mencobanya, apakah sama dengan dunia modern?
“Apa kakak yakin memesan dua? Ini sangat besar.” Tanya Aland. Dia tidak yakin kakaknya bisa memakannya.
Caroline hanya melirik Aland dan tidak menjawabnya.
“Ini dia.” Pedagang itu memberi dua roti panggang isi daging yang besar kepada Caroline.
Caroline mengambilnya dan memberi dua koin emas. “Ini sangat banyak?” pedagang itu terkejut.
“Ambillah.” Caroline pergi dari sana.
“Terimakasih banyak!” teriak pedagang itu.
Caroline berjalan menuju air mancur yang ada ditengah pusat perbelanjaan.
“Mau kemana?” tanya Aland.
“Hei apa kau menjual bunga?” Caroline bertanya kepada anak kecil dengan bunga ditangannya.
“Ya … aku menjual hanya seharga dua perunggu,” jawab anak kecil itu dengan wajah memerah. Ini pertama kali dia melihat wanita yang sangat cantik.
Caroline tersenyum. “Berikan aku semua bunga itu.”
“Apa?” anak kecil itu tidak menyangka kalau kakak cantik didepanya akan membeli semua bunganya.
“Aku akan membeli semua bungamu.” Ucap Caroline.
“Semuanya jadi 10 perunggu,” ucap Anak kecil itu sambil melihat jari tangannya.
Caroline mengeluarkan sepuluh perunggu dan memberikan koin itu kepada anak itu.
“Terimakasih!” anak itu sangat senang.
“Ambillah ini.” Caroline memberikan roti isi daging kepada anak itu. Saat dia turun dari kereta dia melihat anak itu menatap pedagan roti isi dengan mata lapar.
“!!!!” anak kecil itu tidak menyangka dia akan mendapatkan makanan.
“Aku tidak bisa menerimanya ini bunga ini tidak lebih dari sepuluh perunggu,” ucap anak itu.
Caroline tersenyum lebar dan mengusap kepala anak itu, anak yang baik.
“Ambilah.” Caroline menarik tangan anak itu dan memberikan bungkusan roti isi daging kedalam pelukannya.
Anak itu mengambilnya dan melihat ada koin emas yang ada didalam bungkusan itu. Dia melihat Caroline dengan mata terkejut.
Caroline hanya tersenyum dan meletakkan jari telunjuk dimulutnya. “Ssssst …”
“Terimakasih banyak.” Anak itu menundukkan kepalanya berterimakasih kedapa Caroline.
Caroline sengaja memberikan koin emas secara tersembunyi. Karena dia tahu dunia bawah itu seperti apa. Melihat anak itu berlari dengan bahagia , Caroline tersenyum dan memberikan bunga yang dibelinya kepada Aland.
Aland menyerahkan bunga itu kepada pengawal pribadinya.
“Kenapa kau memberikan anak itu koin emas?” Aland bingung dengan tindakan Caroline.
Caroline duduk dipinggir air mancur dan memakan roti isi daging itu dengan lahap. Ini sangat enak.
“Hei jawab aku!” ucap Aland.
Caroline menarik nafas. “Kau akan menjadi Raja dimasa depan … kau adalah raja semua rakyat bukan hanya bangsawan kalangan atas kau juga harus memperhatikan kalangan bawah.”
“Lihatlah anak tadi … menurutmu kenapa aku menyembunyikan koin emas itu?” tanya Caroline.
“Agar koin itu tidak di rampas?” jawab Aland.
“Yah semacam itu.”
“Lalu apa kau harus memberi semua rakyat kalangan bawah koin emas?” Aland tidak mengerti dengan pikiran Caroline.
“Itu sudah hukum alam yang terkuat yang akan menang, mereka miskin karena mereka tidak kuat-“
Sebelum Aland selesai bicara dia merasakan aura yang sangat menakutkan.
“Sepertinya kau masih harus banyak belajar.”
“tentu saja yang terkuat akan menang, tetapi kita harus memberikan solusi sebagai pemimpin agar rakyat kita sejahtera.” Caroline berusaha menenangkan dirinya, hampir saja dia melepaskan kekuatannya.
“Jika kita sudah memberi solusi tetapi tidak dilaksanakan oleh mereka maka itu kesalahan mereka sendiri menjadi miskin,” ucap caroline.
“Kau harus sering – sering turun kelapangan untuk memeriksa wilayahmu,” ucap Caroline.
Aland hanya diam mendengar perkataan Caroline. Ayahnya tidak pernah mengajarkan hal ini.
“Aku akan mengajarkanmu untuk menjadi raja yang baik dan bagaimana menilai orang yang pantas berdiri disebelahmu,” ucap Caroline. Setidaknya sebelum dia menikah.
“Agar kau tidak mudah dibodohi orang lain,” lanjut Caroline. Dia merasa kalau adiknya bodoh.
“Apa?!” teriak Aland. Apa dia bodoh?!
“Aku sudah selesai makan … ayo kita ke toko pakaian.” Caroline berdiri dan berjalan meninggalkan Aland.
“Apa kau mengatakan aku bodoh?” tanya Aland dengan kesal.
“Sepertinya kau juga tuli,” ucap Caroline.
“Apa kau bilang?!”
“Bisakah kau berhenti berteriak?” Caroline menutup telinganya dengan tangannya.
Diperbatasan kerajaan Eldoria dan kerajaan Argentum.
“Duke!”
“Sepertinya pedang mereka telah ditambah dengan mana yang cukup kuat.” Teriak salah satu ksatria.
“Siapkan rencana lain, kumpulkan semua ksatria,” ucap Duke.
Dia sudah dua tahun berperang diperbatasan ini. Dia tidak bisa mengalahkan kerajaan ini karena mana lawan sangat banyak dan terlalu kuat. Darimana mereka mendapatkannya? Terakhir yang dia tahu Ratu sebelumnya yang merupakan master pedang memiliki mana seperti ini. Apa mungkin? Duke mengerutkan kening. “Itu tidak mungkin,” gumamnya.
Saat ini Caroline dan Aland sudah tiba di toko pakaian khusus bangsawan.
“Hmm… terlihat cukup bagus,” ucap Caroline.
“Tentu saja … toko ini yang terpopuler dikalangan bangsawan,” jawab Aland dengn bangga. Tidak sia – sia dia mengikuti Edelyn.
Caroline memasuki toko dan disambut dengan banyak gaun yang indah dan cantik. Caroline sangat bersemangat dan ingin segera mencoba memilih design baju.
“Maaf untuk saat ini kami tidak menerima pembeli dulu,” ucap seorang pelayan toko.
“Apa?” Caroline bingung. Apa mereka tidak butuh uang?
Aland mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
“Saat ini ada pelanggan khusus dari istana kerajaan.”
Caroline bisa menebak siapa pelanggan itu.
“Kakak?” panggil seorang wanita.
“K-kakak?” pelayan itu bingung. Apa ini tuan putri yang tidak dianggap itu?
“Apa kamu ingin memesan baju?” tanya Edelyn.
“Menurutmu untuk apa aku datang kesini?” tanya Caroline dengan wajah datar.
Edelyn kesal melihat ekspresinya yang tidak berubah sama sekali. “Hari ini aku menyewa toko ini,” ucap Edelyn.
“Kalian bersaudara … kenapa tidak melihat bersama?” tanya Aland. saat ini Edelyn tidak tahu kalau yang bersama Caroline adalah putra mahkota.
“Siapa kau? Orang rendahan sepertimu jangan ikut campur,” ucap Edelyn dengan tatapan meremehkan.
Aland tidak menyangka Edelyn akan mengatakan ini. Edelyn yang dia tahu sangat baik dan pengertian terhadap Caroline walaupun Aland sendiri sering mengeluh tentang Caroline.
Edelyn melihat baju Caroline dari atas sampai bawah. “Sebaiknya kakak mencari toko lain saja … baju mewah seperti ini tidak cocok untukmu,” ucap Edelyn memandang baju Caroline yang usang baginya.
Caroline melihat baju yang dia pakai. Yah … ini baju sudah sangat lama sekali.
“Maaf sebelumnya tetapi kami hanya menerima bangsawan yang mampu membayar aju di toko kami,” ucap pelayan toko. Hanya putri buangan, tidak ada manfaatnya untuk mereka.
“Beraninya kau-“
“Baiklah … kalau begitu silahkan nikmati waktumu.” Caroline pergi begitu saja. Dia malas ingin berdebat dengan orang yang IQ nya rendah.
“Hei!” teriak Aland. Aland tidak menduga kalau Caroline pergi begitu saja, dia segera mengikuti Caroline. Sebelum pergi dia menatap pelayan toko itu dengan tatapan tajam. Pelayan itu merinding seketika.
“Kenapa kau membiarkan mereka merendahkanmu?!” teriak Aland kesal.
Caroline hanya diam dan terus berjalan.
“Kakak!” teriak Aland lagi.
Caroline berhenti dan berbalik. “Lalu kau ingin aku melakukan apa? menampar wajah kakak kesayanganmu?” tanya Caroline.
“Itu … “ Aland tidak menjawab.
“Lagi pula tidak ada yang akan percaya kepadaku … akhirnya aku akan dibawa kepenjara bawah tanah lagi karena telah melukai kakak kesayanganmu dan memaksaku untu meminta maaf bahkan jika itu bukan kesalahanku,” ucap Caroline.
“Itu berbeda-“
“Apa kau yakin aku telah melukai Edelyn waktu itu?”
Alad tidak bisa menjawab. Dia tidak memiliki bukti kalau Caroline mendorong Edelyn kedalam danau. Dia hanya mendengar Edelyn menangis berteriak minta tolong dan memarahi Caroline tanpa mendengarkan penjelasannya. Dia masih ingat tatapan sedih Caroline saat itu.
Aland menggertakkan gigi, tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Caroline melihat Aland diam. Dia tidak ambil pusing dan pergi mencari toko pakaian lain.
Akhir dari Bab 6.
semangat ya duke dan duches