NovelToon NovelToon
Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18: Operasi Senyap dan Pasukan Bayangan

Ruang Rapat Pabrik Pak Gunawan.

Pukul 10.15 WIB.

Pak Gunawan masih bersujud di lantai, menangis histeris. Ia meracau tidak jelas karena panik memikirkan nasib anaknya.

"Tolong... anak saya... mereka bilang kalau saya gagal, anak saya..."

Rian menatap pria tua itu tanpa ekspresi. Waktu adalah nyawa. Jika Rian bertanya dengan cara biasa, Pak Gunawan yang sedang panik akan menjawab berbelit-belit. Rian butuh lokasi akurat. Sekarang.

"Sistem," batin Rian. "Beli Serum Kejujuran."

[Transaksi Berhasil.]

[Poin Dominasi: 500 -> 0]

[Item Diterima: Vial Cairan Bening (3 tetes).]

Sebuah botol kaca kecil muncul di telapak tangan Rian. Rian mengambil segelas air mineral yang masih utuh di meja, meneteskan cairan itu ke dalamnya. Tidak berbau, tidak berwarna.

"Pak Teguh, pegang dia," perintah Rian.

Pak Teguh dengan sigap menahan bahu Pak Gunawan. Rian berjongkok, menyodorkan gelas itu.

"Minum ini, Pak. Ini obat penenang. Bapak harus tenang biar bisa kasih tahu saya di mana anak Bapak," bujuk Rian dengan nada yang dibuat lembut.

Pak Gunawan yang sedang kacau menurut saja. Ia meneguk air itu sampai habis.

Tiga puluh detik kemudian.

Tangisan Pak Gunawan berhenti mendadak. Matanya yang merah kini menatap kosong ke depan. Pupil matanya melebar. Tubuhnya rileks, seolah jiwanya sedang melayang.

Maya yang melihat perubahan drastis itu menutup mulutnya, ngeri. "Pak Rian... itu Bapak kasih apa?"

"Kunci jawaban," jawab Rian singkat.

Rian menatap mata kosong Pak Gunawan. "Pak Gunawan, dengarkan saya. Di mana anak Bapak disekap? Siapa yang bawa dia? Jawab dengan detail."

Pak Gunawan membuka mulutnya. Suaranya datar seperti robot, tanpa emosi, namun sangat jelas.

"Anak saya, Budi, dibawa tiga jam lalu. Lokasinya di Gudang Logistik Tua Blok C-4, lima kilometer dari sini. Pelakunya empat orang. Mereka bawa mobil van hitam plat B 1998 RFQ. Mereka bayaran dari Pak Haryo, Manajer Operasional Rasa Nusantara Group."

Rian menoleh ke Pak Teguh. "Blok C-4. Bapak tahu tempatnya?"

Pak Teguh mengangguk tegas. "Tahu, Bos. Itu area sepi bekas pabrik tekstil. Sarang penyamun."

"Hubungi Trio Marinir sekarang. Suruh mereka merapat ke lokasi. Kita serbu."

Pak Teguh menyeringai lebar. Seringai serigala yang akhirnya diizinkan berburu. "Siap, Bos. Sandi operasi: Senyap."

Gudang Logistik Tua Blok C-4.

Pukul 11.00 WIB.

Sebuah mobil Alphard hitam berhenti jauh di balik semak-semak ilalang, sekitar 500 meter dari gudang target.

Rian duduk di kursi belakang, memantau lewat layar iPad. Maya di sampingnya, tampak tegang namun mencoba tetap profesional mencatat kronologi untuk barang bukti hukum nanti.

"Bos, tim sudah di posisi," suara Pak Teguh terdengar jernih dari earpiece Rian. "Visual terkonfirmasi. Empat target di pintu depan dan dalam. Anak sandera ada di pojok, diikat."

Di luar sana, Pak Teguh tidak sendirian.

Tiga orang pria tegap dengan jaket ojek online pudar sedang tiarap di rumput. Mereka adalah Trio Marinir: Eko, Dwi, dan Tri (nama samaran taktis). Meski sehari-hari jadi tukang ojek, cara mereka memegang linggis dan kunci inggris (karena belum ada senjata api) menunjukkan disiplin militer yang belum luntur.

"Ingat," suara Rian dingin melalui komunikasi radio. "Prioritas utama: Selamatkan anak itu tanpa lecet. Prioritas kedua: Jangan bunuh musuh, tapi bikin mereka lumpuh total. Kita butuh saksi hidup."

"Siap laksanakan," jawab Pak Teguh.

"Mulai."

Di layar iPad, Rian melihat aksi itu seperti menonton film action secara live.

Pak Teguh berjalan santai ke arah gerbang gudang, berpura-pura menjadi satpam nyasar.

"Woy! Siapa lo?!" bentak penjaga di depan pintu.

"Numpang tanya, Bang. Alamat Jalan Buntu di mana ya?" tanya Pak Teguh sambil garuk-garuk kepala, semakin mendekat.

"Pergi lo tua bangka! Jangan di si—"

Belum selesai preman itu bicara, tangan Pak Teguh bergerak secepat kilat.

Crak! (Pukulan ke tenggorokan).

Preman itu tumbang tanpa suara, megap-megap mencari udara.

Itu adalah sinyal.

Dari arah samping, Eko dan Dwi melompat masuk lewat jendela pecah.

Tri mendobrak pintu belakang.

Suara teriakan, hantaman benda tumpul, dan bunyi tulang patah terdengar samar. Tidak ada tembakan. Marinir tidak butuh pistol untuk menghadapi preman bayaran.

Dua menit.

Hanya butuh dua menit sampai suara Pak Teguh terdengar lagi di radio.

"Area sterill. Target aman. Empat musuh dilumpuhkan (patah kaki dan tangan). Sandera sedikit syok tapi fisik utuh."

Rian menghela napas panjang. Punggungnya yang tadi tegang kini bersandar ke jok mobil.

"Kerja bagus, Tim. Bawa anak itu ke mobil. Biar Maya yang tenangkan."

15 Menit Kemudian.

Di dalam gudang yang pengap.

Empat preman penculik itu kini terikat tali plastik (cable ties) dengan posisi berlutut. Wajah mereka babak belur. Kaki mereka ditekuk paksa di sudut yang tidak wajar.

Rian masuk ke gudang itu dengan langkah tenang. Sepatu loafers mahalnya mengetuk lantai beton yang kotor. Pak Teguh berdiri di belakangnya seperti malaikat maut.

Rian berhenti di depan pemimpin penculik yang wajahnya penuh darah.

"Siapa nama lo?" tanya Rian.

"Cuih!" Preman itu meludah ke sepatu Rian. "Gue nggak bakal ngomong! Bos gue bakal habisin lo!"

Rian menatap ludah di sepatunya. Ia tidak marah. Ia justru tersenyum.

Ia mengeluarkan HP-nya, memutar rekaman suara Pak Gunawan tadi (yang sudah diedit bagian serumnya).

"...Pelakunya empat orang... Mereka bayaran dari Pak Haryo, Manajer Operasional Rasa Nusantara Group..."

Wajah preman itu berubah pucat. Rahasianya sudah bocor duluan.

"Gue udah tahu siapa bos lo. Haryo, kan?" kata Rian santai.

Rian berjongkok, menatap mata preman itu.

"Dengerin gue baik-baik. Sampaikan pesan ini ke Pak Haryo, atau siapapun yang ada di atasnya."

Mata Rian berkilat. Aura Poin Dominasi yang tadi ia dapatkan seolah memancar keluar, membuat preman itu gemetar ketakutan.

"Bilang sama mereka: Kalian baru saja membangunkan naga yang sedang tidur. Mulai hari ini, setiap rupiah yang kalian keluarkan untuk nyakitin gue, akan gue balas dengan kerugian satu triliun."

Rian berdiri, lalu menoleh ke Pak Teguh.

"Pak, bungkus mereka. Serahkan ke polisi dengan bukti rekaman CCTV gudang ini. Pastikan pasal penculikan anak. Minimal 15 tahun penjara."

"Siap, Bos!"

Rian berjalan keluar gudang. Di luar, Pak Gunawan sedang memeluk anaknya sambil menangis meraung-raung. Melihat Rian keluar, Pak Gunawan langsung melepaskan pelukannya dan bersujud di kaki Rian.

"Pak Rian... Pak Rian... Terima kasih... Nyawa saya milik Bapak... Pabrik ini milik Bapak... Semuanya milik Bapak..."

[TING!]

[Loyalitas Target (Gunawan): MAX (Budak Utang Budi)]

[Aset Pabrik "Gunawan Mesindo" kini berada di bawah kendali penuh Host secara de facto.]

[Misi Rahasia Terbuka: The Corporate War]

[Musuh: Rasa Nusantara Group]

[Tujuan: Rebut pangsa pasar mereka dan hancurkan dominasi pasar monopoli mereka.]

Rian membantu Pak Gunawan berdiri.

"Bangun, Pak. Kita harus kerja. Mesin saya harus jadi minggu ini. Karena minggu depan, kita akan mulai perang dagang."

Maya menatap Rian dari samping mobil.

Hari ini dia melihat sisi lain bosnya.

Rian bukan cuma orang baik. Dia orang yang berbahaya. Dan anehnya, itu membuat Maya merasa aman bekerja padanya.

1
Purbalingga Jos
jangan kelamaan thor
Sukma Firmansyah: adohhhh, kopinya mana kopinyaaaa
biar author semangat wkwkwkkww
total 1 replies
Paulina al-fathir
wiiihh ceritamu memang the best lah 👏👏👏🤩🤩👍👍
Purbalingga Jos
jangan kelamaan dong
Sukma Firmansyah: baik diusahakan
total 1 replies
Paulina al-fathir
bagus banget ceritanya 😍😍smpi deg2an bacanya.mantap 👍💪
Denn King
gasss thorrr
Purbalingga Jos
lanjuuut donk
Travel Diaryska
mantull
Travel Diaryska
ini ceritanya bagus banget, tolong dilanjutin sampe tamat ya thorr🙏✨
Sukma Firmansyah: terimakasih atas support nya, jangan lupa like dan vote
agar author tetap semangat
total 1 replies
DREAMS
ini dilanjutkan atau sampai sini aja?
Sukma Firmansyah: baik
dibantu like/upvote
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!