NovelToon NovelToon
Stalking The Soul

Stalking The Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Bad Boy
Popularitas:619
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.

Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.

"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."

"Lo ngomong sama gue? "

"Iya Aleesha."

"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.

"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."

Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Puisi

Guru baru saja masuk beberapa menit yang lalu, ia mulai mengabsen daftar hadir siswa. Setelah selesai guru itu memegang tumpukan kertas.

"Minggu kemarin kalian telah selesai membuat puisi, hari ini untuk mendapatkan nilai yang sempurna kalian harus membacakan puisi yang kalian baca dengan intonasi yang jelas dan benar."

"Di pilih secara acak Bu? "

"Ibu pilih sesuai kertas yang paling atas, baik ibu mulai ya."

Satu persatu murid membacakan puisinya. Ada yang membaca malu-malu karena rata-rata para gadis disini membuat puisi tentang Grey dan Ethan. Bahkan diantara mereka ada yang menatap Grey dan Ethan secara terang-terangan.

"Geli banget mereka malu-malu kambing kayak gitu," Aleesha merasa merinding.

Sheryn terkekeh."Jangan ngomong gitu siapa tahu puisi lo lebih bikin merinding."

"Gak mungkin."

Sekarang giliran Lucas membacakan puisinya."Kau hadir, tak selalu terlihat, tapi kurasa dalam detak tak pernah luput. Langit tak perlu tahu tentang rinduku, karena matamu sudah menjelaskan segalanya. Di tiap senyummu, aku temukan rumah,

tempat segala luka belajar sembuh perlahan."

Lucas membacakan puisi itu dengan menatap penuh cinta Sheryn. Aleesha melihat ke arah Sheryn ternyata gadis itu juga tersipu malu bahkan rona merah terlihat di pipinya. Aleesha merinding melihat itu.

"Sheryn biasa aja muka lo merinding tahu," Aleesha bergidik ngeri.

"Halah lo irikan gak dibacain puisi kayak gue," ucap Sheryn membanggakan diri. Aleesha hanya memutar bola matanya malas.

Setelah Lucas selesai kini giliran Grey,  satu kelas mendadak hening. Mereka heran kenapa Grey yang biasanya suka bolos, tiba-tiba saja di pelajaran bahasa Indonesia ini hadir. Apalagi ia akan membacakan sebuah puisi. Semua murid penasaran dengan isi puisi tersebut.

Grey menatap semua orang, lalu tatapannya tertuju kepada Grace yang tersenyum."Bersamamu, waktu terasa jinak. Hari-hari biasa menjelma keajaiban kecil. Seketika dunia berhenti menggigit, saat genggammu merangkul erat hatiku."

Semua murid terdiam mendengar puisi yang dibacakan oleh Grey. Grey membacakan puisi itu tanpa nada bahkan wajah pemuda itu datar. Saat membacakan puisi ia terdengar sangat kaku. Suara tawa mengalihkan pandangannya semua orang.

"Hahaha serius lo baca puisi dengan wajah datar dan kaku, lo lagi baca puisi atau baca berita, ngakak banget," Aleesha terus tertawa, menurutnya ini sangat lucu.

Sheryn yang melihat tingkah temannya segera mencubit tangan Aleesha."Sher, sakit tahu."

"Sadar Aleesha lo lagi diliatin semua orang, liat wajah Grey dia kayak mau bunuh lo sekarang juga," bisik Sheryn dengan senyum paksa menghiasi wajahnya. Bisa-bisanya sahabatnya ini melakukan hal seperti ini.

Aleesha mengedarkan pandangannya semua mata emang tertuju kepadanya. Ia bisa merasakan perasaan merinding berasal dari tatapan Grey. Aleesha menatap Grey dan benar saja tatapan membunuh bisa Aleesha rasakan dari mata Grey. Aleesha meneguk ludahnya dengan susah payah. Kalau begini kematiannya mungkin akan terjadi lebih cepat.

Bodoh banget lo, Aleesha. Kenapa lo malah tertawa, fiks sih hidup gue sebentar lagi

"Maaf Bu saya ganggu, maaf juga semua, maaaf Grey," Aleesha menundukkan kepalanya, setelah mengucapkan itu Aleesha mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Grey.

"Silahkan Grey lanjutkan membaca puisinya," ujar guru tersebut.

Namun dengan tatapan yang menyeramkan, Grey berjalan menuju bangkunya tidak menuruti ucapan guru tersebut. Guru itu hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap muridnya ini.

"Baik kita lanjutkan saja."

Saat ini giliran Ethan yang akan membacakan puisinya. Semua mata tertuju kepadanya. Cahaya matahari yang melewati jendela menyinari rambut pirang Ethan. Kini pemuda itu terlihat sangat tampan. Tatapan pemuda itu tertuju kepada Grace yang terlihat senang dengan senyuman yang tidak luntur.

Ethan mulai membacakan puisinya."Kau bukan hanya seseorang, kau adalah alasan. Untuk terus percaya, untuk terus berjalan, meski jalan tak selalu terang. Terima kasih, karena memilih tinggal, di hatiku yang tak selalu sempurna."

Puisi yang dibacakan Ethan menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Ethan membaca puisi itu dengan penuh penghayatan, jangan lupakan senyuman yang menghiasi wajahnya semakin membuat para siswi disini senang.

"Bagus Ethan puisi yang kamu bacakan sampai membuat orang yang mendengarnya tersentuh," puji guru itu. Semua murid bertepuk tangan terutama perempuan mereka bertepuk tangan dengan sangat keras, mereka begitu heboh. Ethan berjalan menuju bangkunya tapi sebelum itu, ia melewati meja Grace dan tatapan mereka saling bertemu untuk beberapa detik sebelum Ethan memutuskan pandangannya. Tanpa sadar tatapan Ethan bertemu dengan Grey mereka saling menatap tajam dengan aura permusuhan.

"Grace sekarang giliran kamu."

"Baik Bu."

Grace berjalan menuju ke depan kelas dengan senyum yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Semua murid terlihat senang ketika Grace akan membacakan puisinya. Grace pun mulai membacakan puisinya."Jika cinta adalah perjalanan, maka kau adalah arah yang kutuju, kompas dalam dadaku, dan alasan mengapa aku terus melangkah."

Grace terus membacakan puisinya sampai selesai. Setelah selesai semua murid bertepuk tangan karena bagus bahkan Ethan dan Grey pun bertepuk tangan. Grace terlihat senang, ia kembali duduk di mejanya dengan tersenyum manis.

"Aleesha."

"Iya Bu." Aleesha berjalan menuju ke depan kelas. Berbeda dengan Grace, semua murid menatapnya sinis, benci dan tidak suka. Aleesha menatap semua murid heran kenapa mereka menatapnya seperti itu. Yang tersenyum ketika ia berdiri disini hanya Sheryn.

Aleesha menghembuskan nafasnya panjang. Ia pun mulai membaca puisinya."Ada hangat dalam senyummu, yang membuat malam tak lagi dingin. Dan suaramu seperti melodi yang menenangkan riuh di kepalaku. Aku mencintaimu, bukan karena kau sempurna, tapi karena bersamamu, segala kekuranganku tak terasa sebagai beban. Aku mencintaimu Ethan. Aku akan selalu berada disisimu Ethan-"

Setelah dua kali ada kata Ethan, Aleesha berhenti membaca. Ia baru sadar bahwa puisi ini ditujukan untuk Ethan. Aleesha melihat semua orang semakin menatapnya benci dan tidak suka.

"Masih aja ngejar-ngejar Ethan."

"Iya gak tahu malu banget padahal udah sering dibentak sama Ethan."

"Cewek kayak gitu emang gak punya malu sih."

"Kasian Grace yang baik hati harus di bully nenek lampir kayak dia."

"Keliatan banget kecintaannya."

"Liat dia gak pakai make up terus seragamnya rapi, pasti dia ingin terlihat seperti Grace."

"Jelaslah dia kan pengen dilirik Ethan, jadi dia meniru penampilan Grace."

"Dasar peniru."

Bisik-bisik itu terdengar cukup jelas. Aleesha mengepalkan tangannya, ia merasa tidak terima di perlakukan seperti ini. Tatapannya bertemu dengan tatapan Grey yang masih menatapnya tajam dengan tersenyum miring. Lalu tatapannya tertuju kepada Ethan yang tersenyum meremehkan bahkan terlihat merendahkan.

Gue akan ingat terus tatapan lo berdua yang ngerendahin gue

"Aleesha kamu boleh duduk," ucap guru itu tidak ingin ada masalah.

"Baik Bu."

1
ika agustina
bagus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!