NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengakuan di Unit Apartemen

Garda punya unit apartemen yang dekat dengan kantor. Gedung apartemen itu berdiri di bilangan perumahan elit kawasan ibu kota. Dekat dengan pusat bisnis atau bangunan perkantoran yang menjulang. Kalau terlalu banyak pekerjaan dan cukup melelahkan, ia akan pulang ke sana alih-alih kembali ke rumah dan menemui Nata. Ketika ada rapat atau perjalanan bisnis super pagi, Garda memilih menginap di unit apartemen.

Sekarang ia membawa Bening ke sana. Unit Garda terletak di lantai teratas gedung, membutuhkan waktu cukup lama untuk naik ke sana. Begitu lift terbuka, mereka segera keluar. Unit miliknya hanya berdiri sendiri di lantai paling atas tempat tersebut.

“Kamu masuk duluan. Jangan sungkan dan anggap rumah sendiri,” ucap Garda setelah private lift langsung membawa mereka tiba di foyer unit.

Tanpa menjawab, Bening berjalan hati-hati memasuki tempat itu. Setelah Bening tak terlihat, Garda menghubungi sang sopir yang masih di basemen.

“Ya, Pak Garda?” Suara pria paruh baya terdengar.

“Rahasiakan kejadian hari ini dari Nata. Kalau sampai dia tau, kamu akan tau juga akibatnya,” jawab Garda.

“Baik, Pak.”

Garda segera memutus sambungan panggilan. Sebelum menemui Bening, ia mengganti sepatu dengan sandal tipis yang tersedia di rak foyer. Sepasang lagi dibawakannya untuk Bening.

Gadis itu masih menggigil, duduk di sofa bundar yang tersedia di ruang tengah unit. Melihat kedatangan Garda, Bening langsung terkesiap. Hendak berdiri, tetapi Garda dengan cepat menahan pundaknya agar tetap duduk saja.

“Ganti sepatu kamu. Ada kaus kaki di atas, nanti saya ambilkan. Sekarang pakai sandal dulu,” kata Garda yang berjongkok di depan Bening.

“Terima kasih,” tukas Bening yang terdengar serupa gumaman. Ia tak ragu melepas flat shoes dan mengganti dengan sandal kering pemberian Garda.

Pria itu bangkit, berjalan menaiki anak tangga melingkar menuju walk in closet. Sekembalinya, Garda membawa sepasang kaus kaki dan kotak obat. Ia menghampiri Bening yang masih duduk di sofa.

“Mau pakai sendiri atau saya pakaikan?” tanya Garda ketika menyodorkan sepasang kaus kaki.

“Nggak usah, aku bisa sendiri.”

“Setelah ini kamu mandi dan ganti baju. Tadi udah beli baju ganti, jadi pakai itu. Kamar mandinya ada di lantai utama dan lantai atas, kamu tinggal pilih saja. Begitu selesai mandi, kamu ke sini lagi. Sementara kamu mandi, saya akan menyiapkan makan malam,” jelas Garda.

“Terima kasih, Om.”

“Ning, kamu nggak bosen ya bilang makasih terus?” tanya Garda.

“Itu karena Om udah nolongin aku hari ini. Tapi saya beneran khawatir, Om. Tadi sopir Om … maksud aku, gimana kalau dia ngasih tau Nata? Aku nggak mau Nata mikir yang nggak-nggak.”

“Tenang aja, itu saya yang urus. Sekarang lebih baik kamu mandi dan ganti baju. Itu baju kamu basah, Bening. Pasti dingin. Dan lagi ….” Garda berdeham sesaat. “Kalau baju kamu basah begitu, agak transparan.”

Bening refleks menutupnya dengan menyilangkan kedua lengan di depan dada.

“Saya nggak lihat sejauh itu, kok. Makanya saya kasih kamu jas. Nah, sekarang lebih baik kamu ….”

“Iya, aku mandi dulu.” Bening menyela ucapannya. Buru-buru berdiri, lalu merampas paper bag berisi baju ganti yang sempat dibelikan oleh Garda, dan berlari menuju kamar mandi di lantai utama.

Melihat tingkah Bening, Garda terkekeh. Sudah lama dia tak merasakan perasaan aneh itu; terpesona oleh perempuan yang lebih muda 16 tahun dari dirinya. Hanya pada Bening Anindita perasaan itu kembali hadir.

Ia mulai memperhatikan Bening sejak hari itu; ketika Bening menjalani internship di Kaditya Living. Sejak itu Garda tahu, caranya memandang Bening sangat berbeda dari bagaimana dirinya memandang Nata.

“Semoga ada makanan di kulkas. Menyiapkan makanan? Yang benar aja, saya kan nggak bisa masak,” gumam Garda mengolok dirinya sendiri.

Cukup lama ia bergelut di dapur untuk membuat spaghetti. Tentu saja dengan resep hasil searching di internet. Kalau berhadapan dengan bisnis, Garda cukup percaya diri. Namun, dengan bumbu masakan? Dengan dapur? Dia akan angkat tangan.

Selang beberapa menit, terdengar langkah kaki mendekat. Garda menoleh ke belakang, menemukan Bening terlihat jauh lebih segar. Bajunya sudah diganti dengan kaus putih dan celana kain panjang. Tangan gadis itu sibuk mengeringkan rambut dengan handuk.

“Om masak apa?” tanya Bening saat mengintip ke arah kitchen set.

“Spaghetti, tapi saya bingung cara masaknya.”

Kekeh pelan Bening terdengar. “Aku aja yang masak kalau gitu. Om keluar aja dari dapur.”

“Ikut saya dulu!” perintah Garda saat keluar dari dapur dan berjalan menuju sofa tengah.

Sepasang kaki Bening mendekat, lalu tanpa ragu menjatuhkan tubuh ke sofa. Garda meraih kotak obat, mengeluarkan beberapa obat oles dari sana. Ia meraih pergelangan tangan Bening, melihat jejak-jejak kebiruan hampir di sepanjang lengannya.

“Laporkan mereka ke polisi, saya bisa bantu kamu,” kata Garda.

“Nggak usah, Om. Aku—”

“Jangan diam saja, Bening. Mereka sudah keterlaluan.” Garda memandangi lekat wajah Bening dari jarak yang tak terlalu jauh. Matanya kemudian membelalak tatkala melihat bibir Bening. “Apa itu karena saya?”

“A-apa?” Bening gelagapan. “B-bukan.”

Garda mengamatinya lagi, membuat Bening makin gugup. “Kita obati tangan kamu dulu. Baru obati bibir kamu, Ning.”

“Iya, aku bisa sendiri,” ujar Bening seraya menggigit bibir karena gugup.

“Jangan digigit,” Garda berkomentar saat sepasang matanya fokus pada bibir Bening. “Maaf, saya udah bikin bibir kamu terluka. Saya benar-benar minta maaf atas kejadian itu, Bening. Itu karena saya nggak bisa menahan perasaan saya.”

“P-perasaan …?”

Garda mengangguk. “Sepertinya saya menyukai kamu, Bening.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!