🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25. Dikurung
Nira berpegangan erat karena Arka mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Arka, pelankan mobilnya. Aku,, aku takut." kata Nira tapi tak dihiraukan oleh Arka sama sekali. Pria itu membisu sambil menatap tajam ke depan.
Sekilas Nira menatap Arka yang dikuasai oleh amarah. Mungkin memang dia pantas mendapatkannya karena tak becus menjaga Geo.
Setelah lima belas menit, mobil Arka sampai di sebuah bangunan elite.
"Hei, lepaskan!" ucap Nira yang merasa pergelangan tangannya sakit karena ditarik paksa oleh Arka keluar dari mobil. Dan saat ini mereka berada di sebuah apartemen mewah. Tak perduli pada beberapa pasang mata yang melihat mereka.
"Pak,, Pak. Tolong saya!" Nira berbicara menggunakan isyarat pada satpam di sana. Tapi satpam itu memilih untuk tak ikut campur, karena dia tahu siapa laki-laki yang bersama Nira.
"Kamu mau membawaku kemana?" tanya Nira sambil berlari kecil mengikuti langkah Arka yang lebar.
"Diam!" bentak Arka, sambil terus menyeret Nira memasuki lift.
Ting..!
Pintu lift terbuka, dan Arka kembali menarik tangan Nira dengan kasar. Arka berhenti sambil mengeluarkan card unlocking miliknya. Setelah pintu terbuka, Arka mendorong masuk Nira ke dalamnya.
"Kau diam di sini! Renungkan kesalahanmu! Aku tidak akan mengeluarkanmu sebelum Geo ditemukan! Awas saja kalau sampai terjadi apa-apa pada Geo." ancam Arka lalu menutup pintu itu dengan keras.
"Apa-apaan ini? Maksudnya aku dihukum dan dikurung di sini? Seperti anak kecil saja!" gerutu Nira sambil berjalan mendekati pintu.
"Ahh, sial!" umpat Nira saat tak bisa membuka pintu itu.
Dia lalu berjalan dan merebahkan tubuhnya di atas sofa yang sangat empuk sambil menatap langit-langit ruangan itu.
"Haaahh...! Apa Arka itu bodoh? Mana ada orang yang dikurung di tempat semewah ini? Aku malah betah berlama-lama di sini." ujarnya, lalu perlahan-lahan kedua matanya tertutup dan Nira pun tertidur lelap karena kelelahan.
Di kediaman Arka,
Sore pun berganti malam. Arka melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Geo masih belum ditemukan dan membuatnya menjadi kacau. Dia takut terjadi apa-apa pada putranya.
Untunglah mamanya tidak ada di Indonesia. Bisa-bisa terkena serangan jantung kalau tahu Geo hilang, mengingat mama Sovi sangat menyayanginya.
"Apa sudah ada kabar lagi dari anak buahmu?" tanya Arka pada Rey, kesabarannya seakan sudah habis karena sampai semalam ini mereka belum menemukan putranya.
"Kenapa anak buahmu payah sekali, Rey? Menemukan seorang anak kecil saja tidak bisa?" tanya Arka sambil memijit kepalanya yang terasa berat. Bagaimana tidak? Memecahkan masalah besar dan rumit atau untuk menyingkirkan seseorang, itu hal yang sangat mudah dilakukan oleh anak buah Rey. Tapi ini, menemukan anak kecil saja tidak becus.
"Kita coba tunggu sebentar lagi, Tuan. Semoga mereka segera menemukan Geo." jawab Rey dengan kepala tertunduk. Untuk saat ini dia tak berani menatap mata tuannya yang sedang penuh amarah.
Arka bersandar di sofa dengan mata terpejam. Kepalanya sangat berat dan terasa ingin pecah karena tak juga menemukan titik terang. Walau pun dia sering mengabaikan Geo, tapi ada rasa takut saat Geo hilang. Apalagi dengan kedatangan Livia, dia tak mau Livia mengambil Geo dari tangannya. Arka tak mau Geo menjadi alat nantinya bagi Livia untuk memerasnya lagi.
"Tuan, sebaiknya Anda makan dulu. Kesehatan Anda juga harus dijaga." kata pak Rahmat saat tahu kalau tuannya belum makan sama sekali.
Arka yang duduk di sofa mengangkat kepalanya, menatap tajam pak Rahmat.
"Bagaimana aku bisa makan kalau Geo saja masih hilang?" tanya Arka dengan suara beratnya. Dia sudah kehabisan kata-kata untuk memarahi pak Rahmat, salah satu orang yang menyebabkan Geo hilang. Bahkan suaranya juga hampir habis karena begitu lamanya tadi dia memarahi pak Rahmat.
"Maaf, Tuan." ucap pak Rahmat yang sudah berapa kalinya ia ucapkan pada tuan Arka.
Arka tak menjawab, hanya mengibaskan tangannya agar pak Rahmat pergi dari hadapannya.
Belum sampai sepuluh langkah, pak Rahmat mendengar suara gaduh di belakang. Bahkan salah seorang pelayan berlari ke arahnya.
"Pak Rahmat, ada hantu di gudang belakang." jelas pelayan itu dengan dengan suara pelan. Terlihat wajahnya yang ketakutan.
"Hantu apa?" tanya pak Rahmat bingung dan agak tak percaya. "Mana ada di rumah semewah ini ada hantu?"
"I,,, itu, tadi saya lewat di samping gudang, ada suara seperti bersin-bersin dan batuk-batuk. Bukannya di gudang tidak ada orang? Apalagi semalam ini?" jawab pelayan itu.
Arka yang mendengarnya hanya menoleh sekilas melihat pak Rahmat dan pelayan yang sedang berbincang.
"Ada apa lagi? Cepat kau urus Pak Rahmat!" perintah Arka.
Melihat ekspresi tuan Arka, pak Rahmat mengajak pelayan itu ke belakang, sebelum tuan Arka tambah naik pitam.
"Nah,, Pak Rahmat dengar sendiri kan?" tanya pelayan itu setelah mengajak pak Rahmat ke samping gudang dan samar-samar mendengar suara batuk dari dalam.
Pak Rahmat semakin mendekat untuk memastikannya. Dia segera masuk ke dalam gudang karena pintunya tidak dikunci. Setelah menyalakan lampu, pak Rahmat mendekat ke sumber suara. Betapa terkejutnya dengan apa yang dilihatnya.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia