Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Rahasia Clara
Beberapa pasang mata menyaksikan bagaimana Clara yang sedang dalam keadaan pingsan dibopong oleh ajudan Gery. Gery memelototi mereka yang memandang aneh padanya, ia tahu pasti karyawannya itu mengira Gery telah melakukan hal yang tidak-tidak pada wanita itu.
Mau tak mau, Gery mengurusi Clara yang jatuh pingsan ke rumah sakit. Meski Gery ogah-ogahan mengurusi wanita tidak dikenal itu, namun ia cukup khawatir karena ada indikasi berbahaya saat ia pingsan di ruangan Gery.
"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" tanya Gery ingin tahu tentang apa yang terjadi pada wanita tersebut setelah menunggu cukup lama. Walt mengusap dagunya dan mengatakan dengan nada rendah.
"Nona Clara mengidap endometriosis, Tuan."
"Apa itu? Jelaskan secara sederhana."
"Penyakit itu berhubungan dengan gangguan kesuburan yang disimpulkan oleh dokter bahwa nona Clara akan sulit hamil. Bahkan lebih parahnya akan mengalami kemandulan jika tidak diobati," jelas Walt. Gery menaikkan alisnya. Ia tak habis pikir bagaimana dirinya sudah masuk ke dalam urusan pribadi seorang wanita cantik bernama Clara tersebut.
"Ibu Nona Clara sudah meninggal. Ayahnya berada di provinsi lain yang jauh dari sini. Karena nona Clara hidup sebatang kara, dokter menyampaikan ini padaku selaku wali sementaranya."
"Apa nona itu sudah sadar?"
"Belum. Sepertinya dia butuh istirahat yang cukup."
"Siapa lagi yang tahu tentang ini?"
"Hanya aku, Tuan."
"Jangan beritahu hal ini ke siapa pun. Mulai dari temannya, pacarnya, bahkan nona Clara jangan sampai tahu tentang hal ini. Simpan rahasia ini supaya mental nona itu tetap baik-baik saja. Karena jika membahas tentang kesehatan rahim kepada wanita pasti akan membuatnya sedih setelah mengetahui semua ini. Mengerti?"
"Baik, Tuan. Mengerti." Setelah berbicara panjang lebar, Gery merenggangkan punggungnya yang terasa lelah. Ia menarik napas panjang.
"Ini pertama kalinya aku harus menunggu karyawanku sadar dari pingsannya," keluh Gery.
"Anda bisa kembali lagi ke kantor jika tidak ingin. Biar aku saja yang mengurusnya," kata Walt peka terhadap suasana hati bosnya.
"Nggak bisa. Ada beberapa orang di kantor melihat wanita itu keluar dari ruanganku dalam keadaan pingsan. Kira-kira, akan ada rumor apalagi yang akan tersebar setelah ini? Kamu masih ingat kan, tujuan wanita itu datang ke ruanganku karena apa?" ujar Gery tampak tidak terima atas kenyataan yang ada.
"Apa yang ingin Anda lakukan setelah ini?"
"Pecat dia setelah meminta maaf padaku." kata Gery tanpa berpikir panjang. Walt mengangguk mengerti dan mencatatnya. Walt sudah hafal betul bagaimana cara Gery menyingkirkan seseorang.
**
Di sisi lain, Clara mulai sadarkan diri. Ia menemukan cahaya lampu ruangan yang terpasang di atas langit-langit kamar bernuansa putih itu. Clara mengerjap-ngerjapkan mata, lalu melihat ke sekelilingnya. Tidak ada orang satu pun yang menunggunya.
Clara melirik tangan kirinya, ada infus yang menancap dan masuk ke dalam tubuhnya. Kepala Clara yang tadi pusing jauh lebih baik. Namun tubuhnya terasa lemah.
Tak lama kemudian, seorang perawat datang mengantarkan makanan. Wajah cerahnya membuat Clara lega karena akhirnya ada manusia juga yang menengoknya.
"Selamat sore Nona, apakah masih pusing?"
"Sedikit, suster. Saya di mana ya? Dan saya kenapa?"
"Anda ada di rumah sakit Pelita. Anda tadi pingsan karena hormon Anda yang sedang datang bulan. Selebihnya, dokter akan menjelaskan saat berkunjung," kata perawat. Clara mengangguk mengerti. Karena tak bisa melakukan apa-apa, Clara menyantap makanan yang disediakan oleh sang perawat.
Ketika Clara perlahan menyantap makan malamnya itu, terdengar bunyi langkah kaki mendekat ke kamarnya. Clara mulai waspada, siapa yang datang? Clara tidak punya siapa-siapa. Dia sudah hidup tenang tanpa kejaran Cole selama 2 tahun ini.
Dua orang yang membuat jantung Clara berdebar itu menampakkan diri mereka. Wajah mereka penuh dengan kekhawatiran.
"Clara, apa kamu baik-baik saja?" sapa Barra dengan mata berbinar.
"Barra, Vey?" Clara tak kalah terkejutnya dengan kehadiran Barra dan Vey. Hatinya mendadak terharu karena Clara memiliki teman baru yang solid dan peduli padanya.
"Clara, kenapa kamu bisa berakhir di sini? Kamu sakit apa?" tanya Vey sambil memeluk Clara, menunjukkan rasa simpatinya.
"Aku nggak tahu. Yang kuingat, aku mau keluar dari ruangan Tuan Rochstein. Dan tiba-tiba, aku udah di sini," jelas Clara.
"Apa kamu kena semprot dari Tuan Rochstein karena menuntut ganti rugi? Apa Tuan Rochstein membentakmu, sampai-sampai kamu..." tanya Barra yang langsung datang mencecar pertanyaan kepada Clara.
Clara hampir tersedak karena kaget dengan perilaku Barra. "Tuan Rochstein sama sekali nggak membentakku, kok! Beliau mau tanggung jawab. Dan aku sudah terima kompensasi darinya. Lumayan banget bisa buat biaya hidup sampai akhir bulan," ujar Clara bangga.
"Kompensasi? Maksudmu, uang?" tanya Vey memastikan.
"Emm, ya. Bisa dibilang begitu," kata Clara.
"Astaga, Clara. Kenapa kamu terima uangnya? Aduh, gimana ya bilangnya?"
"Kenapa sih? Emang ada yang salah sama perilakuku?"
"Tuan Rochstein itu bukan orang yang ramah dan baik hati seperti yang kamu kira. Dia itu... Cukup dingin dan tak segan-segan memecat karyawan yang membuatnya sebal."
Ketika mereka bergosip tentang CEO Spark, kemunculan Walt membuat ketiga orang ini bungkam secara mendadak. Sayangnya, Walt tampak tidak peduli dengan obrolan para karyawan Spark ini.
"Halo, nona Clara. Maaf menganggu waktunya sebentar, aku yang membantumu kemari atas perintah Tuan Gery. Karenatidak ada keluarga yang menjengukmu, jadi dokter menyampaikan alasan kenapa kamu pingsan kepadaku," jelas Walt penuh dengan ketenangan. Sementara Clara saling balas menatap Barra dan Vey bergantian, seolah takut ada sesuatu yang diminta Gery kepada mereka.
"Nona Clara hanya kecapekan dan kurang darah. Jadi nona Clara harus dirawat selama 1 hari di sini, selain itu juga karena efek di awal-awal menstruasi," kata walt kemudian.
"Terima kasih, Tuan Walt. Sudah membantu saya,"
"Tak masalah. Saya pamit pulang dulu. Semua biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh perusahaan. Semoga lekas sembuh, nona."
Setelah Walt pergi, ketiga orang ini langsung mengungkapkan keheranan mereka. "Patut dicurigai sih ini," kata Vey.
"Memangnya Tuan Rochstein sekejam itu? Buktinya, dia ini baik padaku," ujar Clara tampak tak percaya akan cerita Barra dan Vey barusan.
"Tapi ini adalah momen yang langka, Clara. Tidak biasanya Tuan Rochstein memperlakukan karyawannya seperti ini. Ini benar-benar... Aneh."
“Ingat tadi siang waktu kamu minta pertanggungjawaban padanya? Vey sudah berusaha mencegahmu tadi. Tapi kamu sangat yakin dan tegas menuntut Tuan Rochstein. Sekarang, karyawan lain mulai bergosip tentang kamu dan Tuan Rochstein. Dan aku tahu kamu ada di sini karena salah satu dari rekan kita melihat kamu digotong oleh ajudan Tuan Rochstein," kata Barra khawatir.
Seketika Clara tampak terbebani karena menjadi bahan gosip di kala ini. Namun, Clara tidak pernah bermaksud mencari perhatian.
“Tapi, dia adalah pelaku yang melecehkanku. Aku sangat yakin. Aku bukan bermaksud mencari perhatian.” Clara masih saja bersikeras menuduh bosnya adalah pelaku yang membuatnya ketakutan di supermarket beberapa malam yang lalu.
"Sebaiknya kamu simpan saja uangnya. Jangan kamu pakai. Kita nggak pernah tahu suasana hati CEO kita kayak gimana ke depannya. Bisa jadi uangnya diminta kembali,” saran Barra.
"Ah, masa sampai segitu?"
"Itu masih mending. Kalo tiba-tiba kamu malah dipecat, gimana?" kata Vey menakut-nakuti Clara. Sontak wanita itu meremas selimut rumah sakit dengan penuh ketakutan. Kini, Clara mulai tersadar jika perilakunya tadi merupakan hal yang berbahaya.
Namun, di sisi lain Clara juga meminta keadilan. Dia tidak bisa membiarkan pria itu lepas tanggung jawab begitu saja. Seketika, Clara kembali ragu akan keadaannya sekarang. Apakah benar Gery adalah pria yang selama ini sedang ia cari?