NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Petunjuk

# Cover Story; Berkunjung Ke Rumah Mbak Tari.

Bu Windi membawa ketiga temannya naik kereta kuda, datang ke rumah Mbak Tari. Bu Windi menyapa Mbak Tari dengan eskpresi ceria.

Mbak Tari sedang menyiram bunga yang di gantung di akar rumah pohonnya. Dia terkejut dan tidak menyangka akan ada tamu yang datang kerumahnya.

Anak-anaknya sedang duduk di kursi bayi di teras rumah bermain bola berisi pasir.

##

Nusa sedang membongkar lemarinya. Dia mencari boneka elang yang di buatnya. Sepertinya dia lupa meletakkannya di mana.

Nusa memasukkan tangannya di bawah tempat tidur. Dia meraih-raih sesuatu yang kemungkinan ada di sana. Dia memegang sesuatu, lalu di menarik tangannya.

Dia mendapatkan uang koin. Mendapatkan kincir angin dari bambu. Mendapatkan buku; Petualangan Bambang. Mendapatkan rambut palsu. Mendapatkan topi jerami. Mendapatkan pedang bambu.

...****************...

Nusa berpindah mencari di ruang tengah. Dia mencari di lemari buku—tidak ada. Laci alat menjahit—tidak ada. Laci alat menganyam—tidak ada. Melihat benda-benda hiasan yang di gantung—tidak ada.

...****************...

Nusa berpindah ke kamar ibunya. Kamar ibunya terlihat berantakan. Pakaian luar dan pakaian dalam berserakan di mana-mana. Di tempat tidur, di lantai, diatas meja, di gantungan baju, bahkan kutang dan celana dalam berbagai model terikat dengan tali dan menggantung di langit-langit rumah. Sungguh fenomena seni abstrak.

Nusa mengabaikannya dan mencari di lemari pakaian—tidak ada. Laci meja—tidak ada. Angi berhembus dan menggerakkan pakaian dalam dan memancing perhatian Nusa.

"Ketemu!" seru Nusa. Nusa melihat bonekanya menggantung di antara pakaian dalam.

"Eh?"

Ketika Nusa akan mengambilnya, dia merasa ada yang aneh. Bonekanya seperti sedang terbang dan tenang, seperti bola besi yang tertarik magnet. Bonekanya seperti ingin terbang ke suatu tempat.

Nusa langsung keluar kamar dan pergi menemui Tara.

"Aduh, Rinson di bawa Ibu lagi." Nusa tidak memiliki tunggangan lagi selain Rinson.

Nusa akhirnya berlari menuju rumah Tara lewat jalan selatan.

...****************...

Tara sedang mengajarkan bagaimana cara merawat ayam pada dua pekerja barunya. Mengambil telur, memisahkan indukan yang siap bertelur, menjaga anak ayam yang baru menetas atau yang sedang berkembang, cara memilih ayam yang siap di jual, dan sebagainya.

"Tara!"

Nusa berlari dan melakukan drift di depan kandang Tara. Karena di tidak memakai sendal sebagai penambah gaya gesek, dia tergelincir dan terperosok masuk ke gudang peralatan.

Ketiga orang itu terkejut dengan kedatangan Nusa. Mereka juga heran dengan tingkah Nusa.

"Eeeee."

"Tara aku menemukan bonekanya terbang!" ungkap Nusa. Di kepalanya ember bambu.

"Boneka? Boneka apa maksudmu?" tanya Tara bingung.

"Boneka Elang! Yang kemarin aku janjikan akan ku berikan padamu! Dia bisa terbang!"

"Terus apa? Bukankah elang bisa terbang. Wajar kalau bonekamu bisa terbang." Tara malas menanggapi omongan Nusa yang tidak jelas.

Nusa cemberut karena temannya seperti tidak perduli. Dia memikirkan sesuatu untuk membujuk temannya. Akhirnya, dia teringat sesuatu dan terpikirkan sebuah ide.

"Bonekanya mencoba terbang! Dia terhimpit banyak kutang dan celana dalam! Dia mencoba melepaskan diri tapi tidak bisa! Kita harus menolongnya!" Nusa mengarang cerita fiksi agar temannya mau ikut dengannya.

"Sepertinya kawan kita butuh bantuan."

Tara sudah berada di atas kuda dan memakai rompi seperti pemadam. Dia membawa tangga lipat kecil di punggungnya. Auranya sangat berbeda. Terlihat seperti seseorang yang bisa di andalkan.

"Ayo, Nusa. Kita harus segera menolongnya."

Nusa bergegas naik ke atas kuda.

"Pakai sabuk pengaman. Kita akan drifting menggunakan Mustang."

Tara menarik tali kendali kuda dan kuda mengangkat kaki depannya.

"Hiiiihihihi."

Mereka melaju menuju rumah Nusa.

Tuan Muna dan Tuan Beto hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua saudara itu.

...****************...

"Musik drift berbunyi."

Tara memacu kudanya. Mereka sampai di perempatan jalan tengah dan selatan. Tara akan berbelok ke kiri.

Dia menarik tali kendali bagian kanan dan kuda menukik kekanan. Tara melanjutkan menarik tali kendali kiri dan kuda langsung melakukan drift. Tara kembali menarik tali kendali kanan untuk bermanuver. Kepulan debu berterbangan karena tapal kuda yang bergesekan dengan jalan.

Ekor kuda hampir saja mengenai pagar dengan jarak yang sangat tipis.

Nusa berpegangan erat pada tangga kecil. Mulutnya menganga ketika pantat kuda hampir menyentuh pagar.

Tara menunjukkan ekspresi sangat tenang. Dia merasa sudah memegang kendali situasi penuh. Dia merasa kalau dia adalah seorang tokoh utama dalam cerita ini.

Kuda berhasil melakukan drift dan kembali ke posisi berpacu.

Tara juga melakukan drift ketika akan memasuki pekarangan rumah Nusa. Tara memberhentikan kudanya dan mereka bergegas turun.

...****************...

Nusa membuka pintu kamar ibunya dan Tara ikut di belakang membawa tangga.

Tar melihat pemandangan di depannya sangat eksotis. Di masih menunjukkan wajah tenang. Padahal dalam hatinya dia berteriak bahagia.

"Uuwwooooohhhh!"

"Di sana, Tuan Damkar. Dia membutuhkan pertolongan," ucap Nusa menunjuk ke boneka burungnya.

Tara memandang ke atas dan menyaksikan boneka burung yang berusaha terbang, tapi terhalang kutang dan celana dalam.

"Ayo, segera kita selamatkan."

Tara merenggangkan tangga lipatnya dan memposisikannya di bawah boneka, mencari posisi yang tepat.

Nusa memegang tangga dan Tara segera naik ke atas. Tara mengambil gunting di sakunya dan bersiap menggunting tali boneka.

Tara melihat boneka itu seperti ingin terbang ke suatu tempat. Tara menyadari sesuatu.

Dia berusaha menggunting tali boneka. Keringat mengalir deras di wajahnya.

"Slip." Tara berhasil menggunting sebuah tali.

Sesuatu jatuh kelantai. Nusa melihat itu adalah celana dalam berwarna hitam yang bercorak bunga anggrek.

"Kau memotong tali yang salah, Tara!" ucap Nusa memberitahu temannya.

"Aku sedang berusaha menyingkirkan penghalangnya dulu," balas Tara.

"Slip." Tara kembali menggunting benang dan kutang hitam bercorak bunga anggrek terjatuh.

"Dua lagi," ucap Tara seakan merasa sangat kesulitan.

"Slip."

"Slip."

Tara kembali memotong dua benang. Kutang dan celana dalam berwarna merah bermotif bunga mawar terjatuh ke lantai.

"Oke! Ini dia!"

Tara mengambil ancang-ancang dan melesatkan capitan gunting. Tara memotong tali yang mengikat boneka dan akhirnya boneka bisa terbang.

"Yesss!" seru Nusa.

"Yeeeaahhhh!"

Tara merentangkan kedua tangannya, berselebrasi seakan merayakan keberhasilan. Bukan berhasil membebaskan boneka, melainkan berhasil mendapatkan dua set pakaian dalam.

Boneka terbang menuju arah Utara.

Nusa melepas pegangannya dan segera berlari keluar. Nusa tidak sengaja menyenggol tangga dan membuatnya bergoyang.

Tar kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

"Aduhhh. Isss, kampret si Nusa."

Tara mengelus pinggangnya dan merasa memegang sesuatu. Dia melihat tangan kanannya memegang satu set pakaian dalam berwarna hijau bercorak daun.

"Tidak sia-sia aku terjatuh. Reflek tanganku memang bagus." Tara tersenyum bahagia.

Nusa berhenti di depan rumah. Dia mencari-cari boneka miliknya.

"Haa, itu dia!" seru Nusa menemukan bonekanya sedang terbang.

"Tara! Ayo cepat! Kita kejar bonekanya!" teriak Nusa menyuruh temannya segera bergegas.

Tara mengantongi ketiga pakaian dalam yang di dapatnya dan segera menyusul Nusa. [Sepertinya akan terjadi chaos lagi]

Nusa sudah berada di atas kuda, bersiap untuk pergi. Sepertinya dia kali ini yang akan melakukan drifting. Mustang berada di tangan majikan nya.

Tara segera melompat ke atas kuda.

Nusa menarik tali kendali dan kuda segera melaju kencang. Nusa melakukan drifting di depan rumahnya.

...****************...

Mereka sampai di ladang jagung.

"Hiyaah. Hiyaah."

Nusa memacu kudanya dengan cepat. Boneka miliknya terbang cukup cepat.

"Tara! Bersiap melompat!"

"Oke!"

Tara mengambil posisi jongkok.

"Sudah dekat!"

"Sedikit lagi!"

"Sedikit lagi ... haoouup." Tara melompat dan berhasil menangkap boneka.

"Yeeeaahhhh," seru Tara.

"Wuuhuu," seru Nusa.

Nusa menurunkan laju kudanya dan berbalik menuju Tara.

"Kita mendapatkannya!" Tara mengangkat boneka elang seperti mendapatkan penghargaan.

"Keja bagus, Tara!"

Mereka sangat senang karena berhasil mendapatkan bonekanya. Mereka bersorak merayakan keberhasilan mereka.

"Oke. Tunggu dulu."

Tara ingin memastikan sesuatu. Dia memegang tali boneka dan membiarkan boneka melayang. Boneka itu seakan menunjukkan arah ke suatu tempat.

"Sepertinya, boneka ini tau di mana lokasi Barni!" ucap Tara sumringah.

"Benarkah? Ayo kita segera mengikuti arah boneka itu!" ajak Nusa.

"Iya. Kita akhirnya mendapatkan petunjuk. Ayo kita ke sana."

"Tara? Nusa? Apa yang sedang kalian lakukan?".

"Hmmm?"

...****************...

Kapal Tigris berhasil berlabuh di dataran es.

"Aku tidak menyangka kita akan sampai dalam waktu enam jam. Itu berkatmu kita bisa berlayar dengan cepat," ucap Maximus merasa perjalanan mereka sangat cepat. Dia menurunkan jangkar dengan belalainya.

"Kita harus membawa hadiah ketika kembali nanti. Tidak mungkin iparku memberi bantuan dengan gratis," jelas Galdomes bahwa tidak ada yang gratis.

"Kita pikir hadiah nanti. Prioritas kita adalah yang di depan sana," ucap Tigris.

"Baru datang kau sudah berpikir untuk kembali. Memangnya kau bisa bertahan di sini?" sanggah Savas.

"Kau meremehkan ku, hah?" ucap Galdo geram mendengar ejekan Savas.

"Sudah. Ayo turun. Ada yang menyambut kedatangan kita," ucap Tigris.

Mereka turun dari kapal. Galdo berubah menjadi ayam cemani dan bertengger di atas Maxim.

Bares menatap mereka dengan tajam dan beringas. Dia tidak menyambut baik kedatangan kelompok Tigris. Dia menodongkan tombak es miliknya.

"Kenapa kalian kesini? Apa kalian ingin menyatakan perang antara Benua Tropes dan Benua Tropis?" tanya Bares geram. Dia menunjuk kebenciannya seperti punya dendam.

"Kau yang ingin menyatakan perang. Turunkan senjatamu," perintah Galdo dengan tegas. Dia merasa tidak terima di todong senjata.

"Beri tahu aku dulu tujuan kalian, baru aku turunkan senjataku," balas Bares.

"Aku tidak memberikan pilihan. Aku memberi perintah."

Galdo mengeluarkan Aura hitam miliknya dan di tujukan kepada Bares.

Bares merasa sesak dengan Aura yang di pancarkan Galdo. Dia memegang dadanya karena susah bernafas. Dia bertekuk lutut dan tertunduk. Tiba-tiba tubuhnya menyatu dengan mantel beruangnya dan tubuhnya berubah menjadi beruang kutub.

"Roooaaarrr."

Bares mengaum, ingin melawan tekanan dari Galdo, tapi dia masih belum bisa mengimbangi.

"Hooo. Melawan, ye. Usaha yang bagus, bocah." Galdo mempertahan Auranya.

"Cukup." Tigris mengeluarkan sedikit Auranya dan membuat Galdo berhenti.

Galdo membuat wajah masam karena Auranya tidak sebanding dengan milik Tigris.

Bares kembali ke wujud aslinya, yaitu makhluk humanoid berkulit biru. Dia tertelungkup karena kelelahan.

"Kami hanya ingin bertemu dengan 'Raja' mu. Antar kami kesana," perintah Tigris dengan nada dingin.

Bares merasakan dominasi yang kuat dari suara itu.

"Sepertinya tidak perlu. Karena akan ada yang menjemput kita. Aku tadi melihat seseorang mengendarai kereta salju menuju ke kota," ungkap Galdo.

"Oke. Kita tunggu saja," ucap Tigris menentukan pilihan.

"Tigres, datanglah kesini kalau kau merasakan ku," gumam Tigris. Aura tak kasat mata keluar dari Tigris dan melayang ke udara.

"Heh, kau akhirnya di sini, ya." Seorang makluk berkulit biru–menggunakan mantel harimau putih–di dalam sebuah goa–merasakan aura milik Tigris.

...****************...

"Langit. Kalau malam, hitam. Kalau siang, biru. Kalu sore, oren. Kenapa? Apa langit juga rasis?"

Supa sedang memandangi langit. Dia bertanya-tanya kenapa warna langit bisa berubah setiap waktu.

"Nih." Yudha mengulurkan sebuah buku Astronomi.

Mereka sedang bersantai di pinggir pantai, menikmati senja, sambil minum kelapa muda. Matahari tidak terlihat karena mereka berada di pantai bagian Utara pulau. Suasana terasa damai dan tenang.

"Baca kalau mau tau kenapa langit berubah warna," ucap Yudha yang bersandar di kursi pantai.

"Kau simpan saja," ucap Supa menolak buku dari Yudha.

"Ya sudah." Yudha kembali menyimpan bukunya.

Tian berjalan menghampiri mereka.

"Bagaimana pencarian kalian?" tanya Tian.

"Belum ada kemajuan," sahut Yudha.

"Kita lanjut besok. Sudah capek soalnya," sambung Supa.

"Ya sudah." Tian mengambil kelapa muda lalu meminumnya.

"Hei! Itu punyaku! Di sana punyamu!" Supa sedikit marah dan berusaha meraih kelapa yang di minum Tian.

"Kau minum saja punyaku," ucap Tian melanjutkan minumnya.

"Punyamu ada mint nya. Aku tidak suka," ucap Supa kesal.

"Nih." Tian memberikan kembali kelapanya.

"Weee, sudah habis. Teganya kau."

"Maaf. Aku kelewatan."

...****************...

Tian dan kedua temannya sedang berada di sebuah angkringan. Mereka duduk di salah satu meja yang di sediakan angkringan. Mereka bersantai sambil bermain "Lempar dadu, cari warna", di temani minuman hangat dan kacang rebus.

"Hei! Kau curang!" ucap Supa karena merasa di curangi. Dia belum mencabut warna yang benar satupun. Sedangkan Tian dan Yudha sudah dapat banyak.

"Bagaimana kami curang? Ini permainan tebak-tebakan," ucap Yudha sambil nyinyir.

"Kalian tidak memasukkan pion di lubang yang sama setelah mencabutnya. Kalian seperti tukang jajan yang pindah-pindah lubang," ucap Supa kesal.

"Dukk." Tian memukul kepala belakang Supa, membuat Supa tertunduk.

"Kau kalau ngomong jangan asal ceplos," ucap Tian geregetan.

"Itu namanya trik. Makannya, diingat kalau kami memasukkan pion kembali. Ini permainan mengingat," sambung Yudha.

"Ahh, gak adil permainannya! Kita ganti permainan saja!" Supa terlihat sangat kesal karena dari tadi selalu kalah dan tidak kebagian makan kacang. Mereka membuat peraturan yang menang boleh makan kacang.

"Kamu yang tidak jago malah salahin permainan nya. Dasar pemikiran dangkal," ejek Yudha.

"Tuan, ini uangnya." Seorang pemuda membeli minuman hangat dan beberapa kue. Dia membungkus makananya untuk di bawa pulang.

"Sampai jumpa." Pemuda itu pergi meninggalkan angkringan.

Mereka bertiga memperhatikan kepergian pemuda itu.

"Itu orangnya," ucap Supa.

"Biar aku yang mengikutinya," ucap Yudha mengajukan diri.

"Kenapa kamu? Kan aku yang menemukan dia," ucap Supa tidak setuju bagiannya di ambil.

"Udah, kau sini aja. Bukannya bawa informasi malah bawa kepala nanti kau," cegah Tian.

Yudha pergi mengikuti pemuda itu dan Supa mengomel pada Tian.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!