CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERDEBAR
Setengah jam kemudian...
Menit demi menit berlalu. Belasan, puluhan, sampai tiga puluh menit terlewati. Saras masih berada di depan meja kerjanya. Browsing sana-sini karena bete menunggu. Pada akhirnya rasa kantuk pun mulai menerjangnya. Ia terlihat lelah tapi masih diminta menunggu. Sedang yang memintanya menunggu baru saja keluar dari ruangannya. Ialah Hyung Kimra yang berjalan mendekati Saras malam ini. Saras pun cepat-cepat menutup semua web yang dibukanya.
"Saras." Hyung memanggil.
"Ya, Pak?" Saras pun segera berdiri menyambutnya.
"Duduk saja." Hyung meminta Saras tetap duduk.
Saras mengangguk, kembali duduk di kursi. Hyung pun tersenyum kepada wanita itu seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Tapi tak lama, Hyung segera mendorong kursi Saras hingga mentok ke meja kerja. Sontak Saras gelagapan karenanya.
Mari kita mulai permainannya, Saras.
Hyung pun berdiri di belakang Saras. Ia melebarkan kedua tangannya ke sisi meja. Sehingga Saras seperti terkunci olehnya. Saras tidak bisa bergerak sama sekali. Ia pun tidak mungkin berteriak di malam ini. Tidak ada siapapun di kantor selain dirinya dan Hyung seorang. Karena yang lainnya sudah pulang.
"Kau sudah makan?"
Hyung pun bertanya dengan jarak yang dekat. Ia menatap Saras dari samping. Sontak Saras gemetaran sendiri. Hyung begitu agresif kali ini.
"Su-sudah, Pak." Saras pun terbata menjawabnya.
"Tidak mengajak ku?" tanya Hyung lagi.
Saras bingung harus menjawab apa. Sedang Hyung membungkukkan badannya seperti ingin memeluk dan mencium Saras saat ini. Wajah Hyung pun mendekati bahu Saras yang terbalut blus putih. Sontak Saras merinding. Ia harap-harap cemas dengan nasibnya ini.
"Sa-sa-saya pikir Bapak sudah makan." Bibir Saras pun gemetar menjawabnya.
Hyung menoleh, menatap Saras dengan tangan yang memegang mouse komputer. Jarak keduanya sangat dekat dan bahkan dekat sekali. Saras pun tidak bisa lari. Ia terkunci.
"Kau tidak ada niat untuk menanyakannya padaku?" tanya Hyung lagi sambil memerhatikan wajah Saras yang lelah.
Saras diam, kaku, dan tak bergerak. Ia khawatir sedikit pergerakan saja bisa membuat bibir mereka bertemu. Ia tetap menghadapkan pandangannya ke depan, menatap layar komputer. Tetapi tetap saja hatinya itu tidak bisa dibohongi. Jantungnya berdebar kencang tak menentu. Hyung berhasil membuat Saras nervous malam ini.
"Maaf, Pak. Lain kali saya akan menanyakannya." Saras pun berkata seperti itu.
Hyung tersenyum menyeringai. Ia kemudian membuka sebuah situs belanja online. Ia mengetik sesuatu sebagai kata kuncinya. Lalu ia pun menekan tombol enter di sana. Hingga akhirnya terlihatlah berbagai macam bentuk lingeri yang dijual di sana.
"Menurutmu mana yang bagus?" Ia pun menanyakan pendapat Saras.
"Ap-apa?!"
Saat itu juga Saras tak percaya dengan pertanyaan Hyung. Hyung pun menoleh ke arah Saras seraya tersenyum. Ia meminta Saras memilihkannya. Sontak Saras pun menelan ludahnya.
Jangan bilang kau tidak tahu apa ini, Saras. Aku sudah tidak sabar ingin melihatmu memakainya. Dan mari lihat apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Kau harus membayar semuanya.
Hyung ingin melampiaskan kekesalannya pada Saras. Ia ingin Saras membayar semua rasa kecewanya. Hyung gemas kepada wanita yang pernah menyewa jasanya. Ia juga tidak terima dibuang begitu saja. Sedang Saras sendiri tak tahu harus berbuat apa. Ia merasa tak berdaya. Malam ini pun menjadi saksi kekhawatirannya.
"Ak-aku ... aku tidak tahu, Pak." Dan akhirnya Saras menjawab seperti itu.
"Tidak tahu? Tapi waktu itu aku melihat celana rendamu." Dia mengingatkan Saras pada sesuatu.
Di-dia?!
Sontak Saras terkejut. Ia menoleh cepat ke arah Hyung. Saat itu juga ujung hidung mereka hampir bersentuhan. Jarak keduanya begitu dekat, hampir sesenti pun tak ada. Hingga akhirnya Saras menyadari jika Hyung adalah Vi.
"Vi? Kau???" Saras pun bertanya-tanya dengan rasa penasaran yang begitu besar.
Hyung tersenyum penuh kemenangan. "Saras, aku datang ingin meminta pertanggungjawabanmu," kata Hyung yang membuat Saras tersentak hebat.
"Vi???!!!" Saras pun seolah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Cepat pilih lingeri mana yang kau suka," kata Hyung. Ia memaksa Saras memilihnya. Membuat pikiran Saras ke mana-mana.
Saras menelan ludahnya. Ia tahu jika telah terjebak ke dalam perangkap Hyung. Ia pun tidak bisa lari lagi. Saras harus mempertanggungjawabkan semuanya. Seperti apa yang Hyung inginkan. Tidak bisa tidak.
Pukul delapan malam waktu ibu kota dan sekitarnya...
Waktu terus berlalu. Dan kini Hyung bersama mantan penyewa jasanya itu sedang mampir ke rumah makan lele terbang sebentar. Di mana sebelumnya Saras yang mengenalkan. Dan ternyata Hyung ketagihan dengan cita rasa masakannya.
"Pesan dua untuk dibawa pulang," pinta Hyung kepada pelayan rumah makan.
Saras sendiri memerhatikan Hyung tanpa henti. Hyung akhirnya mengakui siapa ia sebenarnya. Saras pun terkejut dan tak percaya. Tapi Hyung tahu suatu saat penyamarannya akan terbongkar juga. Karena itu Hyung membiarkan Saras mengetahuinya. Agar Saras tidak terlalu khawatir dengan pria yang berada di dekatnya. Karena nyatanya seorang pria yang telah dikenalnya.
Telepon? Pasti dari toko online.
Tiba-tiba saja ponsel Hyung bergetar. Ia pun meminta Saras mengambilkan. "Saras, tolong ambilkan ponselku."
"Apa?!" Saras pun terkejut seketika.
"Di saku celana. Cepat! Aku sedang makan!" Hyung memerintah Saras.
"Ba-baik."
Sambil mengunyah makanan, Hyung membiarkan Saras merogoh saku celananya. Tapi Hyung tidak ingin melewatkan momen ini. Ia kemudian berkata lagi.
"Jangan salah sentuh, Saras. Nanti gajimu kupotong setengah."
Ia pun mengancam Saras. Lagi-lagi ingin mengerjai Saras dengan kekuasaannya. Saras pun hanya terdiam di sampingnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal hatinya sangat kesal kepada Hyung karena sudah bertindak semaunya.
"Ini, Pak."
Saras pun memberikan ponsel itu kepada Hyung. Tapi telepon terburu mati. Hyung pun tidak jadi mengangkat teleponnya. Tapi tak berapa lama kemudian, telepon kembali berdering. Hyung pun meminta Saras untuk mengangkatkannya.
"Angkatkan telepon untukku," pinta Hyung lagi.
Saras pun mengangkatkan telepon itu lalu mendekatkan ke telinga Hyung. Hyung pun segera menjawab suara seseorang dari seberang.
"Kirimkan ke rumah makan lele terbang. Aku sedang berada di sini. Di meja dua belas." Ia berkata seperti itu lalu tak lama sambungan telepon pun terputus.
"Merepotkan saja."
Hyung pun menyudahi makannya. Segera pergi mencuci tangan di wastafel rumah makan. Sedang Saras meneguk habis jus yang dipesannya. Ia merasa haus sekali. Tak lama seorang kurir pun datang ke meja Saras. Bersamaan dengan Hyung yang telah selesai mencuci tangannya. Transaksi pembelian lingeri pun dilakukan Hyung.
Beberapa menit kemudian...
Hyung telah menerima pesanannya lalu kembali duduk. "Kita pulang sekarang. Ada yang ingin kau beli?" tanyanya kepada Saras.
"Em ...." Saras pun berpikir cepat mengenai pertanyaan Hyung. Ia takut salah langkah.
Kaget ya karena dia tamvan 😁