NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Menculik Marsha

Joey terkejut dengan sikap dingin yang tiba-tiba ditunjukkan Marsha.

"Kamu kenapa, Sya? Marah? Maaf ya, mungkin sikap aku ke kamu sering banget bikin jengkel," cetus Joseph dengan tatapan sendu.

Marsha menggeleng pelan. "Hanya takut ada Mas Gio. Dia akan marah nanti."

Mendengarnya, membuat mata Joseph mengedar ke sekitar jalanan. Ia berharap menemukan seseorang yang ia kenal. Sopir pribadi Giorgio, misalnya. Tetapi sayangnya nihil.

"Kupikir, kamu sudah memastikan tidak akan ada yang mengikuti," cela Joseph dengan brarti kecewa.

Marsha menghela napas panjang.

"Aku mengajak bertemu, karena ada hal serius yang ingin kubicarakan." Marsha berbicara dengan mata berkaca-kaca.

"Katakan, Sya."

"Anggap saja, semua yang pernah kuungkapkan dulu itu tidak pernah terjadi. Mari kita akhiri sebelum hubungan ini menghancurkan kita berdua," tandas Marsha.

Bulir bening lolos sudah dari pelupuk matanya, melewati pipi mulus seputih pualam.

Joseph sangat sedih dengan pengakuan itu. Tetapi ia pandai mencairkan suasana.

"Ummm, ya. Tentu. Aku berusaha, Sya. Tapi tolong kamu ingat ini, jika kamu butuh aku. Aku pastikan, akan selalu ada buat kamu. Jangan ragu, kapanpun waktunya ... aku siap!"

Marsha mengangguk setuju. Kemudian ia beranjak berdiri sambil meraih paper bag berwarna merah, hadiah yang diberikan Joseph untuknya.

"Aku akan antar, tidak perlu takut. Aku yang akan mempertanggung jawabkannya," cetus Joseph.

Sorot mata pemuda itu terlihat sangat menyedihkan. Sebelumnya, ia belum pernah sepatah ini.

"Sebaiknya tidak perlu, aku sudah memesan taksi, permisi!" pamit Marsha.

"Umm, Sya. Tunggu," cegah Joseph.

Seakan ia tak rela melihat Marsha pergi begitu cepat dari pandangannya. Membuat perempuan cantik itu tercekat, menahan langkahnya.

"Steven, sering menanyakan kamu

Bisakah kamu menemuinya sekali?" Joseph beranjak bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Marsha.

"Kita tinggal di atap yang sama, jadi aku akan mengusahakan," terang Marsha.

Kemudian ia melanjutkan langkahnya. Dan mulai mempercepat langkahnya setelah melihat sebuah mobil menunggunya di bahu jalan.

***

Siang ini cuaca sangat panas. Sebelum pulang ke rumah keluarga Abraham, Marsha menyempatkan diri untuk datang ke salah satu toko buku terbesar di kotanya.

Bukan tanpa alasan, ia ingin melihat seberapa pesat bukunya dipasarkan.

'Masih Best Seller,' batinnya, tersenyum senang.

Barulah kemudian ia memutuskan benar-benar pulang.

Setelah sekitar setengah jam berkendara, akhirnya ia sampai juga di rumah mertuanya. Rumah megah dan mewah, yang masih diisi oleh keluarga lengkap. Tuan Abraham dan istrinya, serta ketiga putra-putrinya.

Kakinya mulai melambat saat mulai mendekati ambang pintu. Tepat di depan pintu, sempat ada keraguan saat akan memutar knop.

Tetapi menyadari Joseph ada di lantai dasar sedang berbicara dengan suara keras, disengaja sepertinya, membuat gadis itu memutuskan langsung membuka pintu kamarnya.

CEKLEK!

Pintu terbuka perlahan, suaranya sempat berderit. Tetapi bukan itu yang mengejutkan Marsha. Tetapi keberadaan suaminya.

Giorgio sedang duduk menunggu dan kini menatapnya tajam sambil menyilangkan kaki.

"Mas Gio. Kapan pulang?" tanya Marsha dan buru-buru menutup pintu kamarnya.

"Aku sejak pagi di sini, Sya. Coba kamu cek ponsel kamu!" seru Giorgio.

Meski sedang kesal, pria itu tetap bersikap tenang. Dan benar katanya, ada puluhan panggilan telepon tam terjawab, dan beberapa pesan singkat yang telah dikirimkan untuknya.

Marsha memejamkan matanya sejenak, laku mendekati suaminya.

"Maaf, ya. Aku dari toko buku tadi," katanya.

"Yakin ke toko buku?" Giorgio mengernyitkan dahi menatap istrinya dari jarak dekat.

Jantung Marsha kembali berdebar hebat, setiap kali ia tahu Giorgio marah kepadanya.

Marsha hanya diam. Tak berani menjawab. Mungkin ia sudah tahu kalau Giorgio pasti memiliki banyak orang yang bisa ia suruh menjadi mata-mata kapanpun ia mau.

"Ganti baju, atau langsung pergi sekarang?" tanya Gio, suaranya terdengar berat dan memberi kesan menakutkan.

"Ke mana?" tanya Marsha, setelah menatap dua koper besar sudah dipersiapkan.

"Ikut saja, nanti kamu akan tahu sendiri."

Marsha masih lelah setelah nyaris seharian berada di luar. Tetapi ia harus pergi lagi walaupun belum sempat beristirahat.

Di bawah, mereka melewati beberapa asisten keluarga dan juga Joseph yang ternyata sedang makan sendirian.

"Ke mana, Ko?" tanyanya.

Sebenarnya selama ini, pertanyaan itu biasa. Tetapi setelah ada Marsha semua berubah. Ada rasa tak suka ketika Joseph selalu ingin tahu segala hal tentangnya. Giorgio menatap tajam.

"Aku rasa, terkadang beberapa hal kamu tidak perlu tahu!"

Ada rasa sesak di dada Joey. Ia belum pernah bertengkar selama ini dengan kaka keduanya. Biasanya mereka akrab membahas banyak hal. Penampilan, olahraga, dan juga bisnis mereka.

Giorgio yang memang memiliki postur tubuh dan wajah bak modelpun kerap memberikan bantuan promosi tanpa diminta.

Namun, kini kedekatan mereka berubah menjadi persaingan. Meskipun begitu, bagi Joseph, kakaknya itu tak lebih sekedar akting.

"Aku meragukanmu akan memiliki anak, Ko. Kasihan Marsha kalau hatinya cuma dipermainkan," bisik Joseph ketika berpapasan.

Semua itu benar-benar membuat, rahang Giorgio mengeras. Ia marah, kedua giginya terdengar beradu.

Kendatipun begitu, ia memilih tidak membalas apa yang dikatakan adiknya.

Giorgio langsung berteriak memanggil seseorang.

"Bi, tolong bantu bawa kedua kopernya. Masukkan ke bagasi mobilku!" perintah Giorgio.

Suaranya terdengar menggelegar memenuhi ruangan. Seolah menunjukkan kemarahan akibat ulah Joseph kepadanya.

Dua orang asisten perempuan langsung berlari dan segera membawa dua koper itu menuju mobil Giorgio berada.

Sesampainya di halaman, Joseph mengikuti mereka dan memperhatikan dari jauh. Seorang sopir pribadi yang biasa membawa mobil Giorgio segera berlari mendekat.

Namun, sikap Giorgio benar-benar mengejutkan semua orang.

"Aku akan mengemudi sendiri. Aku hanya akan pergi bersama istriku beberapa hari. Katakan saja pada Mama dan Papa, akh butuh waktu berdua. Maka jangan ganggu!" desisnya.

Sopirnya hanya mengangguk, meskipun sebenarnya ada rasa gelisah yang tergambar di wajah lelaki tua itu. Bagaimana tidak? Selama ini Giorgio belum pernah mengemudikan mobilnya sendirian.

Marsha tersentak, ketika Giorgio memintanya duduk di sebelah kursi kemudi. Ia kaku, bagai patung dengan tatapan ke depan. Tanpa ada secuil kalimatpun yang keluar dari bibir mungilnya.

Menit setelahnya, mobil sport yang dikendarai Giorgio melesat cepat. Membuat Joseph panik dan berteriak memanggil namanya.

"Ko Gio, hentikan Ko! Bahaya!"

Namun, Giorgio yang sedang emosi tidak mendengarkannya. Menyadari sedang diteriaki Marsha langsung panik.

"Mas—"

Kalimatnya terhenti, ia memilih menutup matanya, mengabaikan jantungnya yang terpacu cepat.

Tak lama berselang, ia menghentikan mobilnya di bahu jalan.

Tangannya bergerak cepat membuka telapak tangan Marsha yang sejak tadi menutupi wajahnya.

"Sya, lihat aku. Apakah kamu masih meragukan aku? Tatap aku, siapa aku bagimu! Apakah kamu menganggapku sama seperti cara pandang semua orang?"

Marsha menggeleng cepat, ia langsung memeluknya sambil sesenggukan.

"Jangan membuatku takut lagi, aku mau lakukan apapun. Tapi jangan begini," pintanya dengan suara serak khas orang menenangis.

"Aku sedang menculikmu, sekarang. Itu sebabnya aku tidak mengajak sopir atau siapapun. Apa kamu takut padaku, Sya?" tanyanya lagi.

Seolah ingin memastikan jika perempuan yang baru dinikahinya itu hanya memikirkan tentangnya.

Bersambung....

1
Samantha
Seru
Samantha
Huuuaaaa Lintang bikin ketagihan baca. update-nya jangan pelit dong ya
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!