Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengulang Kisah
"Ya udah iya," sahut Gio. Padahal belum tentu dia akan tahan tak tergoda. Dia yakin Kinanti pun tak akan tahan, jika merasakan kenikmatan kembali. Setelah sekian lama memendamnya.
Gio mulai merayu istrinya dengan sentuhan lembut yang membuat Kinanti terhanyut. Bahkan Kinanti tak marah, saat tangan Gio membuka kancing kebaya yang Kinanti kenakan. Dia berhasil membukanya satu persatu. Dia juga membuka pengait bra yang Kinanti kenakan.
"Gio ...," Kinanti tak melanjutkan ucapannya. Dia justru mende*sah karena tangan Gio sudah memainkan kedua bukit kembarnya. Gio juga menyusu seperti seorang bayi yang kelaparan.
Tidak sampai situ saja, Gio juga berhasil membuka kain yang Kinanti kenakan. Hingga kini hanya menyisakan kain segitiga penutup area sensitifnya. Gio tersenyum, karena Kinanti akhirnya luluh dan terbawa dengan permainannya.
"Maafkan aku Sayang, karena dulu telah menyakiti hati kamu. Aku mohon, izinkan aku untuk mencintai kamu dan memperbaiki semuanya," ungkap Gio dengan perasaan yang tulus.
Meskipun dia sudah menginginkannya, dia tetap menunggu persetujuan Kinanti. Dia ingin melakukannya dengan cinta, bukan karena sebuah napsu ataupun paksaan. Pelukan hangat Gio begitu menggetarkan hati Kinanti, membuat dirinya tak mampu menolaknya.
"Tenang saja, aku tak akan menyakitimu," ucap Gio dan Kinanti menganggukkan kepalanya.
Gio mulai mencium bibir istrinya lagi dengan penuh kelembutan. Gio memperlakukan Kinanti dengan sangat lembut, tak seperti pertama kali mereka melakukannya. Kinanti kini mengalungkan tangannya di leher suaminya. Ciuman mereka begitu bergairah. Suara kecapan sangat terdengar, sebagai musik indah mengiringi permainan bibir mereka.
Setelah puas mencumbu istrinya, Gio mulai memberikan rangsangan di leher istrinya. Perlahan lidahnya turun, dan kini bermain di bukit kembar istrinya. Menyesapnya dan mere*masnya, membuat Kinanti mende*sah. Matanya sudah terlihat merem melek, merasa nikmat yang tak dia rasakan saat pertama kali Gio merenggut kehormatannya.
Kinanti pun ikut memainkan milik suaminya yang sudah berdiri tegak. Membuat Gio pun ikut mende*sah. Tubuh istrinya, menjadi candu untuknya. Wangi harum tubuh Kinanti begitu memabukkan. Membuat libido Gio meninggi.
Gio menghentikan aktivitas menyusunya. Gio mulai menurunkan kain segitiga yang Kinanti kenakan. Dia begitu terpesona dengan keindahan milik istrinya. Gio mulai membuka kedua pangkal paha istrinya. Wajahnya kini berada di depan pintu milik istrinya, dan siap memberikan kepuasan untuk sang istri.
"Kamu ngapain? Aaaahhh ...," ucapan Kinanti terhenti dan justru mende*sah saat lidah suaminya bermain di area sensitif miliknya. Membuat tubuh Kinanti bergelinjang, berdesir hebat.
"Nikmati sayang, aku ingin membahagiakan kamu," ucap Gio dengan suara yang sudah terdengar berat. Jari tangan Gio pun ikut bermain-main di area sensitif istrinya.
Kinanti sudah mendapatkan pelepasan pertama, membuat miliknya terasa basah. Membuat Gio menjadi begitu semangat.
"Aku mulai ya, Sayang. Aku akan melakukannya secara perlahan," ucap Gio dan Kinanti hanya menganggukkan kepalanya, dia sudah tak mampu berkata-kata lagi.
Kinanti tampak meringis ketakutan, saat melihat anaconda suaminya yang begitu besar dan berdiri tegak.
"Kamu yakin? Itu cukup?" tanya Kinanti membuat Gio tersenyum.
"Tentu saja sayang, dan dia akan memberikan kepuasan untuk kamu. Nikmati sayang, aku akan melakukan secara perlahan," Gio sengaja mengalihkan rasa takut yang dirasakan sang istri saat ini. Perlahan Gio mulai mengarahkan miliknya, dan membenamkannya.
"Aahhhh," desah keduanya, saat anaconda milik Gio berhasil bertemu sangkarnya.
Kinanti tampak meringis, karena milik Gio telah mengobrak-abrik miliknya, rasanya begitu penuh di dalam.
"Sayang, milik kamu masih sempit banget," ungkap Gio.
Gio terlihat begitu menikmatinya, dia memompanya secara perlahan. Tangannya pun tak tinggal diam, mere*mas bukit kembar istrinya. Semakin lama, Gio semakin mempercepat permainannya. Terlebih dia hampir mencapai *******, dia juga merasakan milik Kinanti yang begitu menggigit miliknya.
"Sayang, aku boleh 'kan keluarkan di dalam?" tanya Gio dan Kinanti menganggukkan kepalanya.
Gio langsung mempercepat permainannya, karena dia sudah mau mendapatkan pelepasan. Kinanti pun merasakan yang berbeda, hingga akhirnya mereka berdua mengerang. Gio berhasil menumpahkan benihnya kembali di rahim Kinanti. Dia tak menggunakan pengaman, padahal Kinanti sudah bilang belum siap memiliki seorang anak kembali. Dia ingin fokus dengan kembar. Namun, Gio tak rela, jika harus melepas anacondanya dari sangkarnya.
"Terima kasih Sayang. Aku mencintai kamu," ucap Gio sambil memberikan kecupan di kening istrinya. Akhirnya, Gio berhasil mengulang kisah kembali. Saat pertama kali dia merenggut kehormatan Kinanti, dan bahkan kali ini rasanya lebih nikmat.
Gio tersenyum kala melihat sang istri terkulai lemas tak berdaya, dan tubuhnya dalam keadaan polos karena ulahnya. Gio turun dan mengambil tisu basah, ingin membersihkan milik istrinya.
"Hei, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Kinanti. Kinanti langsung menutupi area sensitifnya dengan tangannya. Dia merasa malu.
"Terlambat Sayang, aku sudah melihatnya lebih dulu, dan bahkan aku sudah merasakan kenikmatannya. Aku sudah kecanduan, dan ingin selalu menyentuhnya," goda Gio membuat wajah Kinanti memerah, menahan perasaan malu.
Akhirnya Kinanti pasrah, saat sang suami membersihkan area sensitifnya.
"Aaahhh," de*sah Kinanti. Bukan hanya memberikan, suaminya justru sambil bermain-main di area sensitifnya.
"Kenapa? Enak?" tanya Gio sambil terus menaik turunkan jarinya, dan Kinanti mengangguk dengan malu-malu.
"Apa yang kamu lakukan? Aku masih merasa lelah," protes Kinanti saat tubuh suaminya kini berada di atas tubuhnya, dan menggesek-gesekkan miliknya di depan pintunya.
"Tenang saja sayang, aku hanya seperti ini saja. Sebentar saja," ucap Gio.
Benar saja, bukan hanya seperti itu saja, Gio langsung mencumbu istrinya kembali. Gio berguling, dan menarik tubuh istrinya. Kini mereka berganti posisi, Kinanti 'lah yang berada di atas tubuhnya.
"Sekali lagi Sayang, setelah ini kita istirahat. Please," rayu Gio dengan penuh mengiba.
Gio tampak kecewa, karena Kinanti justru turun. Dia mengira Kinanti tak mau menuruti keinginannya. Namun, dia salah. Di luar dugaannya, Kinanti justru memasukkan anacondanya ke dalam mulutnya, dan mengulumnya.
"Sayang, Ah ... ah," Gio tak melanjutkan ucapannya, dan dia justru malah mende*sah keenakan.
"Nakal ya kamu! Tapi aku suka, enak sayang," ucap Gio dengan suara yang terdengar berat.
Dia begitu menikmati, istrinya mampu membuat dia terbang melayang ke langit ketujuh. Matanya terlihat merem melek, merasakan sentuhan lembut lidah dan bibir istrinya.
"Sayang, ayo masukkan sekarang! Aku menginginkannya," pinta Gio.
Kinanti menghentikannya, dan langsung naik ke atas tubuh Gio dan mengarahkan milik suaminya dan membenamkannya.
"Ah, Sayang," ratau Gio.
Kinanti mulai meliuk-liuk pinggulnya, dan juga naik turun. Tangan Gio kini mere*mas bukit kembar milik istrinya yang masih terasa kencang. Semakin lama, Kinanti semakin mempercepatnya. Hingga akhirnya, mereka mendapatkan pelepasan kembali. Kinanti ambruk di atas tubuh suaminya. Napasnya terengah-engah. Jantungnya berpacu lebih cepat.
"Sini, Sayang," pinta Gio. Gio meminta Kinanti membaringkan tubuhnya di sampingnya. Kemudian dia menggenggam tangan istrinya.
"Aku mencintaimu, dan aku ingin menua bersamamu, membesarkan anak-anak kita bersama," ungkap Gio sambil menciumi tangan istrinya.