NovelToon NovelToon
Sigma Love Story : The Boy

Sigma Love Story : The Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Preman
Popularitas:57.9k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Axel Rio terjebak bertahun-tahun dalam kesalahan masa lalunya. Ia terlibat dalam penghilangan nyawa sekeluarga. Fatal! Mau-maunya dia diajak bertindak kriminal atas iming-iming uang.
Karena merasa bersalah akhirnya ia membesarkan anak perempuan si korban, yang ia akui sebagai 'adiknya', bernama Hani. Tapi bayangan akan wajah si ibu Hani terus menghantuinya. Sampai beranjak dewasa ia menghindari wanita yang kira-kira mirip dengan ibu Hani. Semakin Hani dewasa, semakin mirip dengan ibunya, semakin besar rasa bersalah Axel.
Axel merasa sakit hati saat Hani dilamar oleh pria mapan yang lebih bertanggung jawab daripada dirinya. Tapi ia harus move on.
Namun sial sekali... Axel bertemu dengan seorang wanita, bernama Himawari. Hima bahkan lebih mirip dengan ibu Hani, yang mana ternyata adalah kakak perempuannya. Hima sengaja datang menemui Axel untuk menuntut balas kematian kakaknya. Di lain pihak, Axel malah merasakan gejolak berbeda saat melihat Hima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Her Sister

“Axel Rio…” sapa Ivander saat melihatku.

“Salam kenal, panggil aja gue Jackson.” Kataku. Entah kenapa aku kurang suka nama Axel Rio itu.

“Jangan dong, nyokap lo susah payah kasih nama yang meaningfull, masa gue manggil lo ‘anaknya Pak Jack’?!”katanya.

Aku pun tertegun.

Ah… benar.

Itu betul sekali.

Nama Axel dalam Alkitab berarti Pembawa Perdamaian. Apakah karena ibuku tahu kalau ia dan bapak sering bertengkar makanya dia berharap padaku sebagai pembawa perdamaian bagi mereka? Keberadaanku sebagai pemersatu mereka?

Aku memakai nama Jackson sebagai samaran. Dan sosok Jackson adalah Preman jalanan yang berlagak kuat namun dalam hatinya rapuh. Sementara aku yang saat jadi seorang Axel Rio, memiliki kondisi yang lebih kuat, terobsesif namun lebih santai.

Dan untuk orang-orang yang sudah tahu sosok sebenarnya aku, seharusnya aku merasa terhormat mereka memanggilku dengan nama asli, itu berarti mereka menghormati orang tuaku.

“Benar juga ya… Pak Ivan Dermawan.” Desisku. Di retasan pertama, memang aku mencari info mengenai para algojo. Di sana sudah termasuk Devon, Zaki, dan lainnya. Tidak ada nama Artemis, Baron, Griffin, atau pun Ivander di data para karyawan. Namun, nama ini, nama Ivander ini nama yang menurutku keren. Dan di sana tertulis Manajer Penanganan Aset Khusus ada 4 orang. Yaitu Raden Arya Ranggasadono, Ari Temmy Ismawan, Grey Finandar, dan Ivan Dermawan.

Ivan Dermawan.

IvanDer.

Jadi kalau nama-nama di sana dirangkai dan disingkat. Jadilah Artemis, Griffin dan Ivander. Jadi kusimpulkan yang bernama Baron ini adalah Raden Arya.

Dari situlah aku mengetahui mereka. Sekilas mungkin orang tidak ngeh dengan rangkaian kata-kata berupa nama di sana. Mereka hanya mengenali mereka dengan nama samarannya.

“Gue udah denger sebagian besar laporan dari Devon dan Artemis mengenai elo, Xel. Dan gue baru saja mempelajari mengenai laporan kepolisian mengenai kasus yang terjadi dari kedua belah pihak. Lo mau denger yang mana dulu?”

aku mengernyit.

merasa aneh.

mereka menawarkan informasi padaku?

Begitu saja?

Rasanya tidak mungkin, pasti akan ada harga yang kubayar.

“Apa kesepakatannya?” tanyaku langsung tanpa basa-basi.

“Khihihihihi,” Ivander terkikik menanggapiku. Aku sama sekali tidak tersenyum. Aku capek bermain-main.

“Yaaah,” de sah Ivander, “Karena lo adalah teman baik Contessa, jadi info ini gratis. Se-ha-rus-nya.”

kenapa dia memisah-misahkan bunyi kata ‘seharusnya’ seakan memberikan penekanan kalau ia memberikan harga secara sepihak tanpa siapapun tahu?

“Kayaknya para algojo ini takut banget ya sama Tessa.” aku mencoba membuat hatinya panas dengan menyindirnya, aku ingin tahu orang seperti apa si Ivander ini.

“Boleh dibilang masing-masing dari kami memiliki hutang budi padanya. Sementara lo, kayaknya dari ceritanya, lo itu sudah banyak bantuin Tessa di masa lalu.” kata Ivander.

Dia benar.

Yang mereka tidak tahu, aku membantu Tessa dalam hal keuangan karena aku merasa ‘beban’ menyimpan harta sebanyak itu. Paling tidak jika aku ditangkap dan diminta menunjukan harta yang kusimpan, jumlahnya tidak terlalu banyak agar hukumanku agak ringan.

Lumayan susah loh menjual emas seberat 100 gram, mana bisa aku menjualnya ke pegadaian? Bisa langsung ditangkap aku. Jalan satu-satunya ya jual ke toko emas yang tidak mempermasalahkan identitas sellernya. Itu pun mereka tidak ready uangnya saat itu juga, aku harus menunggu beberapa saat agar mereka bisa menjualnya dulu dan dapat tunai barulah aku dibayar. itupun tidak penuh karena mereka tahu aku pasti orang yang bermasalah karena menjual logam emas itu ke mereka alih-alih ke Antam-nya langsung atau ke penjual resminya. Apalagi logaman itu memiliki nomor serinya sendiri.

Anyway, kesimpulannya, mereka membantuku karena aku banyak membantu istri Boss mereka. Memang ini berkah dari menjadi ‘orang baik’ ya. Diluar kenyataan kalau aku bisa dibilang memanfaatkan Tessa juga.

“Walau pun gue bisa menebak lo membantu Tessa pasti dengan pamrih, kan? Ya tapi itu di luar urusan gue sih.” kata Ivander lagi.

Astaga! orang ini feelingnya tajam sekali. Aku sampai deg-degan saat dia mengucapkan hal itu. Karena sekali lagi, dia benar.

Ivander dan Baron adalah orang yang harus ku waspadai.

Ah! Tapi tetap yang utama adalah Artemis.

Entah kenapa, kurasa dia masih mengincarku. Dia seperti sedang menyusun rencana untuk menyiksaku habis-habisan di dalam samsak tinju , terlihat bara yang obsesif di kilatan matanya saat ia melihatku.

“Apa yang lo mau, Ivander?” tanyaku tanpa buang banyak waktu.

“Flash Disk. Dari salah satu mantan pejabat di BUMN XX. Ada keterlibatan Jack Rio di kasus yang sedang mereka alami. Flash Disk itu isinya adalah data mengenai-”

“STOP!” aku mengangkat tanganku menghentikan kalimat Ivander. “Gue nggak mau tahu ada apa di dalam Flashdisk itu.  Tapi gue tahu yang mana barangnya.”

“Bijak sekali Bray.” kekeh Ivander, “...karena semakin banyak yang lo tahu…”

“Semakin terancam hidup gue.” sambungku.

“Ya.” Ivander mengangguk. “Tapi… flashdisk itu nggak boleh sampai ke tangan bapak. Atau gue bisa dipecat dari Praba Grup. Bisa dibilang itu kesalahan gue di masa lalu.”

“Oke.” sahutku.

Aku tak ingin tahu Ivander terlibat masalah apa.

Bisa-bisa hidupku jadi semakin sulit.

Aku memeriksa ip address dan pelacakan otomatis melalui GPS di laptop Lily. Tampaknya Ivander telah membuat suatu pencegahan agar percakapan ini tidak bisa direcord pihak lain.

“Informasi apa yang perlu gue tahu?” tanyaku berikutnya

Ivander terlihat berpikir sejenak, aku tak tahu apa yang ia sedang rancang. Yang aku bisa tebak, ‘rancangannya’ pasti jelas tidak baik dan didesain dengan rapi, tanpa jejak.

“Mereka menyembunyikan hal ini agar lo masih bisa mereka tahan untuk tidak melarikan diri. Selanjutnya terserah elo sih. Tapi kalo lo beneran kabur setelah denger ini dari gue, gue beneran bakalan mengerahkan seluruh pasukan untuk ngejar lo dan langsung gue bunuh di tempat. Ngerti ya Bray?!” Ivander mengancamku lebih dulu.

Dan aku pun gentar.

Aku ini manusia biasa.

Pemuda yang tidak dilatih untuk menjadi tentara.

Tentu saja aku takut diancam akan dibunuh.

Dan aku tahu, Ivander dan teman-temannya ini pasti bisa memburuku dengan cepat. Aku tak bisa terus-terusan kabur seperti saat berhadapan dengan Artemis.

Apalagi saat aku berurusan dengan Ahli IT seperti Ivander. Dia bisa membunuh hanya dengan jemari di atas keyboard, bahkan tak perlu menggunakan kekerasan.

“Ngerti.” jawabku singkat.

“Pertama, Anak buah lo, Asep. Sudah meninggal.”

Aku pun menarik nafas panjang.

Pandanganku langsung berkunang-kunang.

Walau pun aku tahu sejak dulu kalau suatu saat Asep akan mati konyol, dia jenis anak yang tak bisa kukendalikan. AKu pun capek kalau harus merayunya untuk ini-itu. Saat Anton masih bisa kutolong dengan membuatnya sakit agar masuk rehab sehingga bisa terhindar dari penjaranya Artemis, Ical dan Asep malah menggebu-gebu sok jago ingin mendekati para Algojo.

Mereka berdua sengaja menyerang karena saking pedenya bisa mengalahkan semuanya.

Aku tahu suatu saat... Yah...

Tapi ternyata, setelah mendengarnya langsung dari Ivander, aku rasanya tak kuat.

Dadaku terasa panas.

“Hm.” aku hanya bisa bergumam begini sambil menunduk.

Ivander tidak menjeda kalimatku. dia tampaknya menungguku mengatur emosiku.

Aku hanya…

Menunduk dan menangis.

Mengingat masa kecil mereka.

Anak-anak nakal yang pekerja keras, tapi sangat menyukai kekerasan.

yang membuatku harus selalu melatih kemampuan bela diriku, karena saat aku kalah, aku habis.

“Kenapa…” ah, tak sanggup rasanya aku bicara.

Aku malu kalau ketahuan terisak karena kematian seorang berandal… berandal yang kulatih untuk jadi kriminal.

Aku juga ikut andil dalam kematiannya.

"Asep dan Ical mencoba kabur, dengan mengacak-acak ruang Big Boss. Mereka mencuri kotak keramat Bapak, melukai beberapa orang. Agar Ical bisa kabur, Asep menghadang Artemis."

"Bodoh...? Atau, jenius?" gumamku, aku mendengar suaraku bergetar. Kondisi Asep pasti sudah tak berbentuk saat dikuburkan.

"Menurut gue sih jenius." Ivander menyeringai. "Semua terjadi saat kami sedang dinas keluar kota. Mendengar tahanan lepas, Artemis langsung pulang pakai heli, dan mencegat Asep. Lo juga tahu, saat Artemis sendirian… yaaah…”

“Tidak ada yang bisa mencegahnya.” sambungku.

“Ya. Artemis harus selalu ditemani. Karena kalau sendirian, dia akan nge-gas terus. Rem-nya adalah salah satu dari kami bertiga. Fatalnya saat itu… Contessa ada di kantor.”

“Contessa tidak cerita apa-apa…”

“Dia tidak tahu kalau lo dan duo pesakitan itu saling kenal.” Kata Ivander. Aku masih menunduk karena air mataku tidak berhenti mengalir. Ivander melanjutkan kalimatnya, “Dia bahkan nggak tahu lo siapa. Kita usahakan… jangan sampai Tessa tahu.”

Aku pun mengangguk. “Apa yang mereka curi?”

“Benda nggak penting. Tapi menurut kami, mereka sengaja berbuat onar agar salah satu dari mereka bisa keluar dari gedung… dan Ical berhasil kabur. Berkeliaran di luar sana. Dan tujuannya adalah balas dendam.”

“Balas dendam ke siapa kira-kira? Ke gue? Ke Hani?”

“Ke elo berdua tentunya. Tapi dia tahu kalau Hani dalam lindungan Devon, makanya Devon memutuskan untuk segera menikahi Hani. Untuk memaksimalkan semuanya, sehingga Hani bisa berada dalam lingkup perusahaan. Sementara kalau elo… kira-kira dengan cara apa yang bisa membuat lo bertekuk lutut?”

“Lo… nanya gue?” tanyaku menyindirnya. Mana mungkin aku bilang padanya mengenai kelemahanku?

“Ya, gue nggak terlalu kenal lo, Bray. Gue juga nggak kenal Ical dan Asep. Lo yang tahu mereka, sejak kecil. Bagaimana mereka tumbuh, Lo yang membentuk kepribadian mereka, kemampuan mereka, intuisi mereka. Semua lo yang ajarin. Makanya gue tanya lo.”

“Apa saja yang Asep dan Ical sudah ketahui?”

“Ini dia… ada dokumen di atas meja Bapak, sudah dengan noda darah Ical dan Asep. Tampaknya mereka sempat membacanya. Gue takut… mereka akan melemahkan mental lo menggunakan dokumen itu.”

“Dokumen apa? Atau… dokumen Siapa?”

Ivander pun menarik nafas panjang lalu mengirimkanku sebuah email.

“Buka emailnya bray.” pintanya.

Aku membuka email itu dengan mata masih buram karena tertutup bulir air mata.

Namun berikutnya, aku langsung menghapus air di mataku.

Jantungku rasanya berdetak sangat cepat.

dan seketika… aku pun merinding dan gemetar.

Foto di depanku… seperti tidak nyata, namun aku tahu ini realita.

Itulah yang membuat darahku seperti berhenti mengalir.

“Gue rasa lo belum tahu mengenai ini.” kata Ivander. “Kenalin, Axel… ini Himawari sasaki. Adik Kandung Hana Sasaki. Dengan kata lain, Tantenya Hani. Mirip banget kan sama Ibunya Hani? Hehe.”

Astaga…

Bagaimana mungkin bisa semirip ini?!

1
Safin Algasiah
bagus, suka bahasa penulisannya
🔥🔥🔥
laaahh baru maubaca pov nya author udah keburu habis 😅😅
S𝟎➜ѵїёяяа
ya jelas lebih cantik
kau kan liat Hana Sasaki pas ada luka g0r0k di lehernya... himawari keadaan baik baik saja...
jelas beda lah Jakson
mbog ma
hahahahaaaa
agustd
ubur ubur ikan lele ,sabar ...sabar ...nunggu kak angspoer bikin lontong ama ketupat jangan lupa opornya .....walo gak sabar nunggu devon ama jakson duel tetep saurbya pake lele/Grin//Grin/
Paramitha Tikva
Kurang madam
Me mbaca
yuuhuuuu bakal seru nih Devon vs kucing Bengal
D_wiwied
lah belum duel aja sdh babak belur duluan gimana kalo lawan si Devon pa ga semakin hancur lebur kamu xel.. /Facepalm/ tp ga asik ah kalo ga ada perlawanan sengit walaupun ga imbang kt si axel.. tp gpp, inget David jg bisa menang kan lawan goliath dan inginku jg axel yg menang meski hrs berdarah-darah dulu
Ocha Zain
karya yang selalu memukau dan selalu ditunggu-tunggu.. madam memang luar biasa 😍😍
𝐙⃝🦜尺o
jangan kalah Jack biar tetep bisa ketemu Hani dan gak diremehkan Devon terus
Wiwit Duank
aaahh...kenapa di cut sih Madam.pasti seru² nya ini Devon vs Jacson 😁 semangat Madam semangattt 💪
Atie Bundanya Afifa
maaf lahir batin semua pembaca setia dan khusus kaka othoorrr..
mksih sdh rajin update teruuusss...
🙃😉
minal aidzin walfaidzin 🙏🏻🙏🏻

terima kasih up nya Thor séhat selalu 🙏🏻🙏🏻🥰
🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️
lanjut madam,,,
Nyenk Fateem
udah mudik belom madam? nastar udah jadi nih?! 🥳
Romi Tama
seruuuu
Romi Tama
teman sahurrr❤️❤️❤️❤️ thank u up nya kak..
AyAyAyli
thank u kak sayang up nya🤩🤩🤩🤩🤩
Ummi Yatusholiha
brownies brondong manis kaahh 🤭🤭
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
knp ya .... klo baca novel madam yuh...
yg tadinya mood bacanya berterbangan entah kmn ....eeehh tetiba semangat lagi

nuhun madaaaam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!