NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aneh

"Jangan bercanda kamu, Sha." Refan nampak tak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut Misha.

"Mas Refan gak percaya bisa lihat sendiri nih. Sumpah, aku mual sekarang ini."

Misha ingin memberikan ponsel tersebut kepada Refan.

"Eh, nanti aja Sha. Nanti kalau sudah di rumah. Oh iya, Sha, kamu sudah matikan data dan sebagainya kan? Biar dia gak bisa lacak ponsel ini. Ini bakal bantu kita buat jadi bukti, masalah kita akan semakin mudah selesainya nanti."

Misha mengangguk setuju.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.

Sementara Choki sedari tadi merasa bingung harus mencari alasan apa. Karena dia hanya bisa merebut dompetnya sendiri ketika kecopetan tadi.

"Aduh, gimana nanti kalau Daddy nanyain ponselnya. Apa aku bilang aja ya kalau ponselnya gak ketinggalan disini? Iya, begitu aja. Aku harus berpura-pura tidak tahu soal ponsel Daddy. Kalau tidak, aku gak bisa bermain lagi dengannya." Celetuk Choki yang merasa resah.

Bukan hanya Choki yang sedang kebingungan. Rian pun sedari pagi juga kebingungan karena ponselnya ketinggalan. Kini Rian mengacak-acak rambutnya karena kecerobohannya.

"Kenapa aku harus lupa segala sih? Gimana kalau tiba-tiba ada yang menghubungiku? Gimana kalau Choki membuka ponselku, lalu dia tahu kalau aku tak hanya dengannya. Astaga, bisa hilang ATM berjalanku."

Dalam hati Rian benar-benar tidak tenang.

Singkat cerita, Rian yang baru pulang dari Kantor langsung pergi ke Apartemen Choki.

"Choki, kamu dimana?" Teriak Rian masuk kedalam apartemen Choki.

"Aku disini, Dad. Mau masak. Ada apa? Apa Daddy masih kangen sama aku?" Jawab Choki yang sedang memasak di dapur.

"Ah, kamu tahu aja sih. Cuma, Daddy mau menanyakan sesuatu, apa disini ada ketinggalan ponsel Daddy? Masalahnya sedari tadi Daddy gak bawa ponsel."

"Ponsel?"

Choki nampak berpura-pura berfikir.

"Ah, enggak ada tuh, Dad. Sedari tadi aku gak menemukan apa-apa. Atau jangan-jangan ponsel Daddy terjatuh lagi."

Rian terdiam berfikir. "Apa iya ya? Haduh, kalau begitu, Daddy harus membeli ponsel baru." Ucapnya bersikap biasa saja didepan Choki, dia tidak mau sampai Choki merasa curiga.

'Kalau beneran hilang. Mati aku.' Batin Rian.

"Nanti Choki belikan, Dad. Tapi, bisa gak kita sekali lagi?"

"Tapi, Daddy mandi dulu ya? Gerah dan asem."

Choki tersenyum mengangguk.

Lalu Rian meninggalkan Choki di dapur.

Hahh,

Choki menghela nafas. Choki akhirnya bernafas lega.

Beberapa hari telah berlalu, hari ini Rian tidak masuk bekerja karena ini hari minggu, dia akan mengantar Tika kontrol ke spesialis dokter kandungan.

Saat ini mereka sudah berada di Klinik pribadi seorang dokter spesialis kandungan. Mereka duduk di kursi tunggu depan ruangan poli kandungan mengantri giliran nama Tika akan dipanggil.

Tak begitu banyak pasien, Tika termasuk mendapatkan antrian lebih awal.

Tika mengelus perutnya yang sedikit membuncit itu.

'Aku harap, kamu gak mirip seperti papamu ya. Mirip sama Mama aja. Biar nanti tak ada yang curiga.' Ucap Tika dalam hati.

Seorang perawat keluar dari ruangan dan memanggil nama Tika.

"Bunda Atika, tolong masuk ke ruangan."

Tika dan Rian gegas beranjak dari kursinya dan masuk kedalam ruangan poli.

Tika pun diperiksa tensi dan sebagainya oleh suster, lalu terakhir di USG oleh dokter kandungan.

"Janinnya sehat ya, Bun. Semuanya bagus. Sekarang usia kandungan Bunda masuk 22 minggu. Jenis kelamin laki-laki." Ucap Dokter.

'Gawat, apa Mas Rian tadi mendengar usia kandunganku? Semoga tidak.' Batin Tika sedikit khawatir.

"22 minggu itu berapa bulan ya, Dok?" Tanya Rian yang ternyata sedari tadi memperhatikan.

Seketika Tika merasa gugup. Khawatir Rian akan paham dan sadar.

"22 minggu itu 5 bulan lebih 2 minggu ya, Pak. Kandungan Bunda sudah masuk ke trimester 2. Nutrisi Bunda harus lebih diperhatikan ya, Pak. Dan ini resep vitamin untuk Bunda."

Rian menerima resep dari Dokter. Sedari tadi Rian hanya nampak manggut-manggut. Entah paham atau tidak. Sedang Tika sedari tadi meremas jari jemarinya karena was-was.

"Baiklah, kalau begitu terima kasih, Dok."

Mereka berdua keluar dari poli dan langsung menebus resep yang diberi oleh dokter ke Apotek klinik tersebut.

Setelah itu, mereka mampir membeli makanan.

*****

Hari ini Dewi benar-benar mengeluh karena badannya terasa remuk. Seolah-olah sendi akan copot dari engselnya. Dia merasa begitu lelah karena mengurus pekerjaan rumah.

Sedari tadi dia mengerkajan tugas rumah hanya seorang diri. Merasa lelah dan tak sanggup dia pun mendudukkan dirinya di sofa.

"Aduh, ini pinggang kenapa rasanya begini? Baru juga seminggu ini Misha pergi, eh badan sudah remuk begini. Mantu yang dibanggain malah gak pernah mau bantu-bantu." Keluhnya sambil mengelus pinggang yang terasa nyeri.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu.

"Permisi."

Dewi menengok kearah pintu lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Siapa?" Tanya Dewi ketika sampai di depan pintu.

"Paket, Bu. Untuk bapak Rian." Ucap tukang pos memberikan amplop berwarna cokelat kepada Dewi.

Dewi menerimanya. "Oh, iya terima kasih, Mas."

"Sama-sama, Bu."

Setelah tukang pos pergi, Dewi masuk dan mendudukkan tubuhnya kembali ke sofa.

"Ini bukannya hari minggu, kenapa tukang pos gak ikutan libur?" Celetuknya.

Dewi membaca amplot tersebut dan membelalakkan matanya.

"Surat undangan dari pengadilan agama?"

Tak lama terdengar suara deru mobil.

Tika dan Rian masuk ke dalam rumah tanpa mengucap salam ataupun embel-embel lainnya.

"Rian." Panggil Dewi.

Rian dan Tika pun langsung menengok kearah sumber suara.

"Loh, Mama disitu. Rian gak lihat tadi."

"Hm, itu gak penting karena yang lebih penting itu ini." Ucap Dewi ketika memperlihatkan amplop berwarna cokelat tadi.

Rian dan Tika saling pandang.

"Memangnya itu apa, Ma?" Tanya Rian sambil berjalan mendekati Dewi.

"Lihat aja sendiri."

Dewi memberikannya kepada Rian dan Rian pun menerimanya.

"Apa ini? Undangan dari pengadilan agama? Apa wanita bod0h itu sudah menggugatku? Tapi, tidak masalah, justru aku gak perlu keluar uang banyak." Ucap Rian.

"Kamu benar, Mas. Kamu gak perlu datang deh, Mas. Biar makin cepat kalian pisahnya."

"Kamu benar, sayang. Aku akan datang disaat mediasi saja. Setelah itu aku tidak akan datang."

Tika tersenyum mengangguk. Sedang Dewi malah nampak murung.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Dewi.

*****

Malam harinya, setelah acara makan malam, Tika dan Rian masuk kedalam kamar. Sedang Dewi ingin menonton televisi terlebih dahulu.

"Mas, jadi kapan kita akan menikah secara resmi?" Tanya Tika yang sedang memoles wajahnya.

"Sabar ya. Sebentar lagi."

"Tapi, jangan lama-lama ya. Aku udah gak sabar ingin jadi nyonya Rian yang sah."

Rian mengangguk berat.

"Kamu mau kemana? Kok agak menor begitu!" Tanya Rian heran.

"Oh, pengen aja, Mas. Lagian aku gak mau buat Mas Rian bosen sama aku, jadi aku harus selalu terlihat cantik didepan Mas Rian."

Sekali lagi Rian hanya mengangguk.

"Aku ke ruang kerja sebentar. Ada yang harus aku kerjakan."

"Jangan lama-lama ya, Mas."

Lagi-lagi Rian menjawabnya hanya dengan menganggukkan kepala saja.

Rian pun meninggalkan Tika di kamar.

Rian melewati Dewi yang sedang fokus dengan layar televisinya. Dan bukannya pergi ke ruang kerja, Rian pergi ke taman samping rumah.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!