‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Menyesal Telah Pergi
...•••Selamat Membaca•••...
Maureen terus-terusan meronta ketika tubuhnya dijamah oleh Zack dan Dave. Dia bahkan berteriak di balik kain yang menyumpal mulutnya. Gema dan Rio hanya tertawa melihat kelakuan kedua temannya, Zack ingin sekali membuka seluruh pakaian Maureen tapi dilarang oleh Rio karena mereka ingin menikmati Maureen di villa nanti.
Dave terus meraba paha hingga pangkal paha Maureen, karena wanita itu hanya mengenakan piyama tipis, jadi Dave semakin leluasa meraba tubuhnya.
Zack sendiri meraba bagian tubuh depan Maureen, dia menjilati leher Maureen dengan penuh nafsu dan meninggalkan jejak di sana. Maureen sangat jijik dengan semua itu, dia hanya ingin disentuh oleh Leo saja.
Maureen merasa kalau ini adalah karma atas ucapannya pada Leo, dia bilang akan menjadi pelacur untuk mengganti kerugian Leo tapi hanya dengan sentuhan mereka saja, Maureen sudah merasa sangat hina.
“Tuan Leo, tolong akuuu.” Maureen terus menjerit dalam hatinya, perjalanan ini sungguh membuat dirinya semakin merana.
“Sudah-sudah, pindahkan saja dia ke depan lagi, kita bisa menikmati dia di villa, kalian bersabarlah,” kata Rio, Maureen merasa aman untuk sementara waktu.
Gema kembali memindahkan Maureen ke bangku depan dalam kondisi masih terikat tali. Dia hanya bisa menangis menatap jendela, berharap mobil ini rusak atau apa, jadi dia bisa kabur dan meminta bantuan.
Hingga pagi menjelang, mereka akhirnya sampai di villa milik Rio. Villa itu sangat besar dan megah, suasana di sana juga sangat asri, tidak ada rumah penduduk atau siapapun di sana kecuali mereka berlima saja.
Jalan menuju ke villa itu juga sangat sepi, tak ada kendaraan yang berlalu lalang di sana, Gema menarik Maureen lalu memapah Maureen untuk masuk ke dalam villa.
“Nah sayang, kita akan bersenang-senang di sini, kita akan memberikan kepuasan yang tidak bisa diberikan oleh Tuan Leo mu itu.” Maureen sangat benci melihat seringai jahat dari Gema, dia terus berdoa agar ada seseorang yang akan menyelamatkan dirinya.
Maureen dimasukkan ke dalam kamar dan ikatannya dilepas, dia kembali meronta dan berteriak, berharap ada yang mendengar suaranya tapi percuma, tak ada siapapun kecuali mereka saja.
“Diam jalang, kau pikir ini di mana hah? Tidak ada yang akan menolongmu,” geram Gema.
“Kau bajingan Gema, lepaskan aku, dasar banci sialan, memang kau pikir dirimu ini hebat dengan menjebakku seperti ini?” Gema menampar pipi kiri Maureen dengan kuat.
“Persetan dengan ucapanmu, dalam seminggu ini, aku dan teman-temanku akan menikmati tubuhmu ini, jadi bersiaplah karena kami ingin layanan yang maksimal.” Gema mendorong tubuh Maureen lalu keluar dan mengunci kamar itu.
Kamar yang ditempati Maureen sangat pengap, tak ada jendela atau ventilasi yang besar untuk dia kabur, di sana hanya ada satu ranjang yang muat untuk satu orang serta satu kamar mandi.
Maureen mendengar derap sepatu seseorang melangkah ke arah kamarnya, dia menatap pintu hingga terbuka dan menampakkan sosok Rio yang menurut Maureen cukup tampan dari yang lain.
Rio mendekati Maureen sambil tersenyum, tangan kanannya membawa paper bag dan memberikannya pada Maureen.
“Pakai ini saat pesta nanti malam, aku ingin kau tampil sempurna karena di villa ini kita akan berpesta secara bebas.” Maureen tak bergeming, bahkan dia tidak menyentuh paper bag yang diberikan oleh Rio tadi padanya.
Rio memperhatikan Maureen, dia sama seperti yang lain, begitu tergoda dengan kemolekan tubuh Maureen serta kecantikan wajah Maureen yang sempurna dalam pandangannya.
Rio mendekati seakan ingin menerkamnya, Maureen beringsut menjauhi Rio tapi mau ke mana? Ruangan itu cukup kecil untuk dia bisa kabur.
“Dari semalam aku menahannya Maureen, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, aku yang akan lebih dulu memakaimu, sayang.” Maureen mulai takut, dia tidak ingin diperkosa oleh Rio saat ini, Maureen melihat pintu kamar tidak dikunci dan sedikit terbuka saat Rio masuk tadi.
Maureen berpura-pura menerima Rio, hingga pria itu lengah, Maureen akan kabur dari sana.
Rio menggagahi tubuh Maureen, dia menidurkan Maureen dengan lembut lalu mendekatkan wajahnya. Rio mencium bibir itu dengan rakus, lidahnya menelusup masuk ke dalam mulut Maureen menjilati apa yang ada di dalam mulut mungil itu.
Rio semakin memperdalam ciuman dan lumatannya, setelah puas dengan ciuman di bibir, Rio melancarkan aksinya di leher jenjang Maureen, meninggalkan bekas di leher putih itu sembari tangannya terus meraba tubuh Maureen dengan liar.
Maureen merasa ini kesempatan bagus, dia mengangkat lututnya sehingga membuat adik kecil Rio tersakiti.
“Fuck you Maureen!!” jerit Rio sambil memegang aset berharganya, Maureen langsung berlari keluar dari kamar itu dan beruntungnya tidak ada siapa-siapa saat ini. Maureen berlari turun ke lantai bawah mencari perlindungan, dia harus bebas dari mereka berempat sebelum dirinya dinodai.
Seakan keberuntungan berpihak padanya, Maureen berhasil keluar dari villa, dia menatap area sekitar, tidak ada perumahan sama sekali, sepanjang mata memandang, yang terlihat hanya jalanan dan hutan di kiri kanan.
“Tempat apa ini? Aku harus pergi sejauh mungkin, aku tidak mau disentuh mereka.” Maureen terus berlari, beruntungnya karena saat ini suasana masih pagi jadi jalanan terlihat biasa saja, kalau malam, mungkin akan mengerikan.
Maureen melihat ada mobil dari arah berlawanan menuju ke villa, dia meminta bantuan pada pengendara mobil dan betapa kaget dia saat melihat Zack yang mengendarai mobil, dia dengan cepat menghindari mobil itu dan berlari ke arah hutan agar Zack tidak mengejarnya.
“Wanita jalang itu malah kabur.” Tak lama, Gema dan Dave datang dengan mobil mencari Maureen.
“Dia lari ke hutan, mungkin belum jauh,” ujar Zack sambil menunjuk ke mana Maureen pergi.
Gema dan Dave turun dari mobil lalu mengejar Maureen, mereka memasuki hutan itu dan melihat Maureen berlari semakin jauh ke dalam hutan.
Zack yang baru sampai di villa tadi langsung menjemput para wanita yang sudah mereka pesan untuk berpesta malam ini di villa, itulah kenapa dia bertemu dengan Maureen.
“Siapa dia Zack?” tanya Livi, salah satu wanita bayaran mereka.
“Tawanan si Gema, yang akan ikut pesta dengan kita.”
“Cantik juga dia,” puji Livi.
“Itulah makanya kami ingin dia ikut bersama kita, lebih baik kita ke villa dulu, urusan Maureen, biar Gema dan Dave yang mengurusnya.” Zack melajukan mobil menuju villa.
Gema berhasil menangkap Maureen, dia memukul kepala Maureen dengan kayu lalu menampar kuat wanita itu hingga wajahnya babak belur.
“Bikin susah saja kau sialan, malam ini akan aku pastikan kalau kau menderita Maureen.” Gema menyeret Maureen dengan kasar sedangkan Dave mengikuti mereka berdua dari belakang.
Baru saja sampai di villa, Rio mengambil alih Maureen dari Gema, dia membawa Maureen ke kamar tadi lalu memukul Maureen menggunakan tongkat besi.
“Saakiiittt.” Jeritan Maureen sama sekali tidak dipedulikan oleh Rio, dia sakit hati karena Maureen malah mencuranginya tadi.
“Pelacur sialan, beraninya kau menyakitiku cuih.” Rio meludahi wajah Maureen lalu menekan wajah itu dengan lututnya, rahang Maureen terasa amat sakit saat ini.
Rio menariknya agar berdiri dan meninju dengan kuat perut Maureen.
Bugh!! Bugh!! Bugh!!
Maureen mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya, darah segar keluar dari mulut Maureen saat ini, dia berlutut dan merasakan tangan Rio menjambak rambutnya.
“Melihat kondisimu saat ini, aku tidak berminat lagi menyentuhmu jalang cuih.” Kembali Rio meludahi wajah Maureen yang saat ini babak belur dan penuh darah.
Rio meninggalkan kamar itu, membiarkan wanita tersebut meringkuk kesakitan lalu menguncinya agar Maureen tidak kabur lagi. Maureen terus menangis menahan sakit di sekujur tubuhnya, dia sangat menderita, bayangan Leo kembali berputar di pelupuk matanya.
Walaupun seorang psikopat, Leo tidak pernah sekejam ini padanya, ketika dia menangis dan kesakitan, Leo pasti akan memeluk dan mengobati dirinya.
Uhuk! Uhuk!
Maureen terbatuk, dia mengeluarkan banyak darah dari mulutnya saat ini.
“Tuan maafkan aku, aku ingin pulang tuan, tolong akuuu, aku takut tuaannn hiks hiks,” lirih Maureen, dia menangis pilu, dia sangat berharap kalau Leo akan datang membantunya.
Karena rasa sakit luar biasa yang dia tahan saat ini, Maureen berharap dia pingsan, setidaknya rasa sakit itu hilang sejenak. Tapi entah kenapa, tubuhnya masih saja bertahan menanggung semua ini.
Setelah satu jam meringkuk menahan sakit, Maureen berjalan menuju kamar mandi, dia membersihkan darah yang ada di tubuhnya. Di dalam kamar mandi itu hanya ada sikat gigi, odol, sabun mandi dan shampo.
Maureen membersihkan tubuhnya lalu keluar mengenakan handuk bersih yang memang ada di kamar itu, dia melihat ada paper bag baru di atas kasur, mungkin itu diberikan oleh salah seorang dari mereka untuk Maureen.
Maureen membukanya dan melihat ada pakaian ganti dan juga dalaman, dia segera mengenakan pakaian itu dan kembali duduk di atas kasur. Pikirannya kembali melayang pada Leo, sedang apa pria itu sekarang dan apakah dia berniat mencari Maureen atau tidak? Maureen benar-benar menyesal sudah meminta untuk lepas dari Leo, andai saja dia tetap patuh, mungkin saat ini dia sedang bersantai di rumah sambil menunggu Leo pulang dari kantor.
...•••BERSAMBUNG•••...
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/