Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 — Dibawa ke Sekte Naga Hitam
Panggilan Shen Ryuko yang mengandung Qi Naga bergema hingga ke kedalaman formasi pegunungan Sekte Naga Hitam. Itu adalah raungan langka, sinyal bahwa pewaris utama sedang menghadapi masalah yang tidak bisa ia selesaikan dengan pedangnya sendiri.
Tidak sampai setengah jam kemudian, sesosok bayangan tua muncul di ambang pintu Paviliun Utara.
Elder Mo Qiang, Tetua tertinggi Sekte, berjalan masuk tanpa suara. Pria tua itu mengenakan jubah abu-abu polos, tubuhnya kurus kering, tetapi matanya—mata yang telah melihat pergantian dinasti dan kejatuhan sekte—bersinar seperti bintang yang sangat jauh.
Ia memasuki ruangan yang dingin itu dan seketika aura spiritualnya bergidik. Kamar itu dipenuhi oleh lapisan Qi Naga Hitam yang tebal, namun di intinya, ada aroma lain yang kuat, dingin seperti Qi Bulan, dan menggebu seperti hasrat yang tidak terkontrol.
Di atas ranjang, ia melihat pemandangan yang mustahil: Shen Ryuko, si Naga Es, sedang mendekap erat seorang gadis muda yang hampir telanjang, yang tubuhnya hanya ditutupi sebagian oleh robekan jubah sutra hitam.
“Ryuko.” Suara Elder Mo rendah dan bergetar, mencerminkan keterkejutannya yang mendalam. “Apa yang kau bawa ke dalam Sekte Naga Hitam?”
Ryuko mendongak. Ekspresinya jarang sekali menunjukkan emosi, tetapi kali ini, ada campuran kekesalan, kelelahan, dan posesif yang mengerikan di mata emasnya. Ia tidak melepaskan pelukannya pada Lian Yue; ia hanya menyandarkan dagunya ke puncak kepala gadis itu, seolah-olah Lian Yue adalah harta yang rapuh dan berharga.
“Masalah,” jawab Ryuko datar. “Dan takdir.”
Elder Mo berjalan mendekat. Setiap langkahnya penuh perhitungan. Ia berhenti di tepi ranjang, dan matanya langsung tertuju pada Lian Yue. Gadis itu terlelap, tetapi Qi perak yang keluar dari kulitnya begitu kuat hingga Elder Mo merasa aura Rubah Ekor Perak itu sedang menyambutnya.
Lalu, pandangannya beralih ke tangan kanan Ryuko, tempat Naga dan Rubah kini berbagi Tanda Ikatan yang bersinar lembut, dengan titik Bulan Sabit di tengahnya.
Elder Mo menarik napas panjang, mata lamanya memejam. “Warisan Purnama,” bisiknya, suaranya dipenuhi rasa takjub dan ketakutan. “Aku tidak menyangka akan melihatnya di era ini. Dan kau… kau adalah pasangan roh yang ditakdirkan.”
Ryuko memaksakan giginya. “Aku tidak pernah meminta takdir apa pun.”
“Takdir tidak pernah meminta izinmu, Naga kecil,” balas Elder Mo. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Lian Yue, dan sentuhan lembut Qi Spiritualnya mencoba membaca meridian gadis itu.
Saat Qi Elder Mo menyentuh Lian Yue, Rubah Ekor Perak itu langsung bereaksi. Lian Yue bergerak gelisah dalam pelukan Ryuko, mengeratkan cengkeramannya, dan memancarkan gelombang Yin yang liar ke arah Elder Mo—sebuah peringatan.
Ryuko langsung mengencangkan pelukannya. “Jangan sentuh dia,” desisnya. Nada suaranya kini mengandung ancaman primal yang sama sekali tidak ia tunjukkan pada musuh-musuhnya di luar Sekte.
Elder Mo mengernyit, tetapi ia menarik kembali Qi-nya. “Lihat? Bahkan di alam bawah sadarnya, ia menolak orang lain. Ia terikat padamu, Ryuko. Spirit Beast-nya yang menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh menyentuhnya.”
“Jelaskan Warisan Purnama,” potong Ryuko, tidak peduli dengan implikasi posesifnya.
“Warisan Purnama adalah kutukan dan berkah. Kekuatan Qi Bulan yang memicu Spirit Beast-nya bangkit sebelum waktunya. Kekuatan ini bisa membuat Sekte Naga Hitam menguasai Qingya, tetapi hanya jika Qi Yin-nya stabil. Dan Qi Yin-nya hanya akan stabil jika…” Elder Mo melirik Ryuko, senyum tipis di bibirnya. “Jika ia menerima fusi Qi Yang dari pasangan sejati.”
Ryuko merasa tenggorokannya tercekat. Ia kini bukan hanya seorang pelindung, tetapi sebuah kebutuhan fisik dan spiritual bagi Lian Yue.
Di luar paviliun, desas-desus menyebar cepat. Murid-murid lain, termasuk Gu Wei dan Shen Zhaoling (kakak tiri Ryuko), berkumpul di halaman.
Shen Zhaoling, yang selalu iri pada kekuatan dan posisi Ryuko, berdiri tegak, matanya penuh cemburu dan kecurigaan saat melihat penjaga yang disuruh Ryuko berdiri tegar di pintu.
“Gadis apa yang dibawa Ryuko hingga ia harus mengunci dirinya di Paviliun Utara?” tanya Zhaoling, suaranya dingin, tetapi mengandung hasrat untuk mencari kelemahan Ryuko.
Gu Wei, si murid senior, menelan ludah. “Kakak Zhaoling, kami tidak tahu. Tapi… ia berkata gadis itu adalah ‘pasangan takdir Sekte Naga Hitam.’ Gadis itu memiliki Spirit Beast Rubah Ekor Perak yang bangkit liar.”
Zhaoling tertawa pahit. “Pasangan takdir? Ryuko? Dia lebih cocok dipasangkan dengan Pedang Pengejaran Kematian daripada seorang gadis. Dia pasti menemukan tungku Qi yang sempurna, tapi ia terlalu bodoh untuk mengakuinya.”
Di tengah intrik murid-murid ini, Lian Yue perlahan mulai sadar.
Lian Yue membuka matanya. Ia merasakan sakit samar di punggungnya, tetapi rasa sakit itu dengan cepat diredam oleh kehangatan yang mendominasi.
Ia butuh beberapa saat untuk menyadari posisinya. Ia berada di kamar yang asing, gelap, dan besar. Dan ia sedang dipeluk.
Ia mendongak. Sosok Shen Ryuko yang dingin, dengan otot-otot keras dan garis rahang yang tajam, kini menyandar di belakangnya, wajahnya tertutup di rambutnya. Ia masih memeluknya erat-erat, seolah-olah Ryuko dan dirinya adalah satu kesatuan.
Jantung Lian Yue langsung berdebar. Rasa malu, rasa takut, dan yang paling mengerikan—rasa puas naluriah—membanjiri dirinya.
Ia mencoba bergerak, mencoba menjauh.
Ngiing!
Sekali lagi, Rubah Ekor Perak menolak. Begitu ia bergerak, Qi Yin yang tadinya tenang langsung memberontak, menyebabkan sedikit pusing dan sensasi panas yang tidak menyenangkan. Tubuhnya menuntut kontak.
Lian Yue terpaksa berhenti. Ia melirik Elder Mo yang berdiri di samping ranjang.
“Kau sudah sadar, Gadis Rubah,” sapa Elder Mo dengan nada penuh makna.
Lian Yue langsung panik. Ini bukan rumahnya. Ini Sekte Naga Hitam, tempat yang terkenal akan kekejaman dan ambisi spiritualnya. Ia teringat akan ucapan para pemburu: “Menjadikannya alat ritual.”
“Aku… aku bukan alat ritual,” Lian Yue berbisik, suaranya gemetar. “Tolong… jangan sentuh aku.”
Ryuko, yang merasakan perubahan emosi Lian Yue, membuka matanya. Mata emasnya yang tajam kini bertemu dengan mata hijau ketakutan Lian Yue.
“Kau tidak akan disentuh oleh siapa pun,” kata Ryuko, suaranya rendah dan penuh janji. Ia tidak peduli jika itu terdengar posesif di depan Elder Mo. “Kau sudah aman di sini.”
“Aman? Atau terpenjara?” tantang Lian Yue, mencoba mengumpulkan keberaniannya. Ia adalah Rubah Ekor Perak. Ia tidak boleh terlihat lemah. “Aku harus pergi. Ayahku…”
Saat ia menyebut ayahnya, Shen Ryuko merasakan sedikit gejolak Qi di dada Lian Yue. Ia tahu ini menyakitkan.
“Ayahmu sudah berada di tangan Sekte Naga Hitam, Lian Yue,” potong Elder Mo, menyadari bahwa emosi adalah kunci untuk mengendalikan Warisan Purnama. “Namun, dia berada dalam kondisi yang buruk. Qi-nya terkuras. Kau harus stabil di sini untuk memberinya kekuatan.”
Lian Yue terdiam. Ayahnya terluka?
“Lalu… mengapa aku harus… begini?” Lian Yue menoleh, menatap Ryuko, merasakan kehangatan yang memabukkan dan memalukan. “Mengapa dia harus memelukku?”
Ryuko tidak menjawab. Elder Mo yang mengambil alih.
“Itu adalah efek dari Ikatan Qi yang terjadi di hutan. Ryuko tidak bisa melepaskanmu. Spirit Beast-mu terlalu liar, Gadis Rubah. Qi Yin-mu meluap, dan jika ia tidak menyalurkan Qi Yang-nya, kau akan mati, atau Spirit Beast-mu akan menghancurkan meridianmu sendiri. Faktanya,” Elder Mo menunjuk ke dada Ryuko. “Dia juga akan menderita jika kau tidak stabil. Ikatan itu sudah mengikatnya sebagai pasangan Yang-mu.”
Lian Yue merasakan gelombang keputusasaan. Jadi, keintiman ini bukan kemewahan, melainkan kebutuhan hidup? Ia dan Ryuko terikat dalam takdir yang memaksakan kontak fisik, dan jika Ryuko melepaskannya, ia akan mati?
Ia menoleh lagi, menatap mata emas Ryuko. Tatapan Ryuko tidak lembut, tetapi itu adalah tatapan seorang predator yang melindungi miliknya.
“Kau tidak perlu takut,” bisik Ryuko, merasakan setiap ketakutan Lian Yue mengalir melalui Ikatan Qi mereka. “Aku menyelamatkanmu. Aku akan melindungimu. Tapi sebagai gantinya, kau harus patuh dan tetap di dekatku. Kau milik Sekte Naga Hitam sekarang.”
Kata-kata ‘milikku’ itu terasa seperti segel dingin yang menempel di jiwa Lian Yue. Ia terperangkap.
Tiba-tiba, Elder Mo menggeser posisi. Ia meraih sebuah buku kuno dari jubahnya.
“Aku akan pergi. Tapi dengarkan baik-baik, Ryuko.” Elder Mo memberikan buku itu. “Ini adalah Kitab Ritual Ikatan Tubuh Kuno. Kau telah melalui langkah ‘Fusi Qi Spontan.’ Jika kalian ingin Warisan Purnama ini menjadi kekuatan besar alih-alih kutukan, kalian harus menyelesaikan Ritual Ikatan Tubuh di usia 18 tahun. Sebelum itu, kalian harus berlatih pengendalian Qi Yin dan Yang bersama-sama.”
Lian Yue merinding. Ritual Ikatan Tubuh. Ia tahu artinya—penyatuan intim yang akan menyempurnakan Spirit Beast.
“Aku akan mengontrolnya,” jawab Ryuko dingin, meraih Kitab Kuno itu.
“Tidak, Ryuko. Kau salah,” koreksi Elder Mo. “Kontrolmu akan segera runtuh. Aku merasakan hasrat primal dalam Qi-mu. Kau akan membakar gadis ini. Dia membutuhkan latihan fusi yang terkontrol. Latihan yang dekat secara fisik, yang akan mempertajam pengendalian, bukan nafsu.”
Elder Mo berbalik, meninggalkan kamar itu dengan satu kalimat terakhir yang menusuk.
“Ingat, Naga kecil. Gadis ini akan menjadi kekuatanmu, atau kejatuhanmu. Sekarang, kau adalah satu-satunya sumber Yang yang ia miliki. Pilihlah dengan bijak. Jangan biarkan instingmu mengklaimnya sebelum waktunya.”
Pintu batu Paviliun Utara menutup dengan bunyi berdentum, meninggalkan Lian Yue dan Shen Ryuko dalam keheningan yang tebal dan mematikan.
Lian Yue kini sadar sepenuhnya, memeluk tubuh Ryuko erat-erat. Ia merasakan detak jantung Ryuko yang kuat dan teratur, dan aroma khas Naga yang menenangkan. Ia benci ketergantungan ini.
Ia mengangkat tangannya, menyentuh Tanda Ikatan di tangan Ryuko. Itu terasa panas.
“Ini… takdir apa?” bisik Lian Yue, air mata kembali menggenang.
Ryuko menoleh, menatap Lian Yue dengan tatapan yang kini bercampur antara kepedihan karena takdir dan posesif yang tak tertahankan.
“Takdir yang tidak akan pernah kulepaskan,” jawab Ryuko. “Kau aman. Tapi kau milikku. Dan kau akan tetap di sini, di pelukanku, sampai Qi-mu stabil, atau sampai kita menyelesaikan apa yang ditakdirkan oleh ritual itu.”
Lian Yue menutup matanya, menyerah pada kehangatan. Ia ketakutan, tetapi ia tahu ia tidak punya pilihan. Ia telah diburu oleh seluruh Qingya, dan kini, ia dilindungi oleh Predator yang paling berbahaya—yang juga merupakan satu-satunya sumber kehidupannya. Babak baru penyiksaan yang intens baru saja dimulai.