Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Beberapa menit kemudian, mobil Vanno sudah sampai di halte dekat perempatan. Retta mengulurkan tangan kepada Vanno sebelum turun. Retta meraih tangan Vanno untuk di kecup.
Entah dapat dorongan dari mana Vanno menggenggam tangan Retta dan sedikit menariknya hingga wajahnya semakin dekat. Dia mendekatkan wajahnya kepada Retta. Cup. Vanno mencium kening Retta.
Blush, wajah Retta memerah. Dia sangat terkejut. Jantungnya terasa berhenti seketika, namun kemudian disusul denyutan yang sangat cepat hingga terasa sesak.
Vanno melepaskan kecupan dan pegangan tangannya. Retta segera membuang muka. Malu, batinnya.
Retta segera berpamitan dan segera keluar dari mobil. Bisa-bisa dia sesak napas jika berlama-lama berada disana.
Setelah Retta keluar dari mobil, Vanno merutuki dirinya sendiri. Dia memukul-mukulkan dahinya pada setir di hadapannya. Bisa-bisanya dia melakukan hal itu. Apa yang akan dipikirkan Retta tentangnya. Pikiran Vanno berkelebat kemana-mana. Pikirnya.
Menyadari dia masih di dekat sekolah Retta, Vanno segera menghidupkan mobil dan memacunya menuju sekolah.
*****
Sore hari, Retta sudah menunggu di halte seperti biasa. Lima belas menit sebelumnya, Retta sudah memberikan kabar kepada Vanno seperti permintaanya. Vanno memang meminta Retta memberitahunya jika sudah selesai bimbel.
Beberapa saat kemudian, sebuah tepukan ringan di pundak Retta mengagetkannya dari lamunan. "Belum pulang? Ayo, aku antar sekalian." katanya.
Retta menoleh, "Eh, mas Andre. Nggak usah mas, aku bisa pulang sendiri kok. Emangnya aku anak kecil apa." Jawab Retta sambil tersenyum manis.
Ya, laki-laki itu adalah Andre. Seorang teman, sahabat, dan kakak bagi Retta. Bukan Retta tidak tahu tentang perasaan Andre kepadanya, tapi Retta tidak bisa membalasnya.
Retta telah menganggap Andre sebagai kakaknya. Dia tidak bisa menerima perasaan Andre, meskipun berulang kali Andre mengungkapkan perasaannya.
Belum sempat Andre menjawab, sebuah motor berhenti di depan Retta. Seorang laki-laki dengan helm full face yang masih duduk di atas motornya, menyerahkan helm kepada Retta. Mengetahui suaminya sudah datang, Retta segera berdiri dan mengambil helm tersebut.
Setelah berpamitan kepada Andre, Retta segera naik ke atas motor Vanno. Begitu Retta sudah siap, Vanno segera menjalankan motornya.
Sementara itu, Andre masih mematung di tempatnya berdiri. Siapa dia? batinnya.
Vanno menjalankan motornya dengan kecepatan yang cukup cepat. Retta mengeratkan pegangannya pada pinggang Vanno. Hingga sampai rumah, Vanno dan Retta tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Begitu turun dari motor, Retta segera pergi menuju kamarnya. Dia sedikit bingung melihat Vanno hanya diam saja. Retta segera mengambil baju ganti dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka. Retta melihat Vanno tengah duduk di kursi belajarnya. Setelah berpikir sebentar, dia berjalan mendekati Vanno. "Ma-maaf tadi merepotkan Mas," katanya sambil menunduk. " Besok-besok biar aku pulang sendiri jika ada bimbel." Lanjutnya.
Vanno menoleh menatap Retta dengan wajah datar. "Kenapa?" tanyanya. "Mau pulang diantar cowok tadi?" lanjutnya.
Mendengar pertanyaan Vanno, Retta segera menggeleng dengan cepat. "Bu-bukan." Jawabnya.
"Kalau begitu aku akan tetap menjemputmu. Aku tidak suka bantahan" kata Vanno.
Sementara itu, Retta hanya bisa mengangguk. Dia semakin takut melihat tatapan mata Vanno. Ketika Retta hendak pergi keluar kamar, Vanno menghentikannya.
"Aku tidak suka melihatmu dekat dengan laki-laki manapun," katanya, "Aku tidak suka milikku diganggu orang lain" lanjutnya sambil melangkah menuju kamar mandi.
Deg.
Jantung Retta berdetak dengan kencang. Milikku. Entah mengapa kata-kata Vanno tersebut menggetarkan hatinya.
Retta berjalan keluar kamar sambil memegangi dadanya yang terasa seakan berlompatan.
\=\=\=\=\=
Masih mau lanjutkah?