Tama adalah seorang kurir pengantar barang yang melihat kejadian mengerikan di depan matanya, pada malam itu iya menyaksikan pembunuh*n yang dilakukan pria bertopeng
Detektif Lee ditugaskan saat itu menyelidiki kasus pembunuh*n berantai tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Rumah masalalu
Dari kecil Tama sering dipukul oleh ayahnya, ayah yang sudah lama tidak ia temui akhirnya muncul kembali di kehidupannya.
Pagi pun datang, Yoona perlahan membuka matanya, membiarkan cahaya yang masuk melalui netranya, ia tidak mendapati Tama berada di sampingnya. Ia pun seketika beranjak dari ranjang kemudian mengikat rambut dengan seutas tali.
''Sayang?' Yoona pun memanggil manggil Tama di dalam rumah.
''Aku disini," Tama pun bersegera keluar dari kamar mandi, "perutku terasa sakit, memangnya ada apa?" tanya Tama
Yoona pun meraba kening Tama, memastikan panasnya sudah turun "sukurlah panasmu sudah turun, aku khawatir melihat mu semalam."
Tama meraba keningnya, ia tidak ingat kejadian yang menimpanya semalam.
"Apa kita akan kembali hari ini?" tanya Tama. Yoona mengangguk sambil melipat selimutnya.
Rencananya mereka akan kembali di sore hari, ketika selesai menyiapkan semua perlengkapannya.
**
**
Sementara Junggi masih berada diruangan interogasi, melipat kedua kakinya lalu menopang kepala dengan tangannya kebelakang sambil bersiul.
"tidak ada bukti apapun mengarah kepadanya detektif, kita harus melepaskannya." ucap detektif Baek.
sementara itu Detektif Ryu mengepalkan tangan meninju dinding di sampingnya. Detektif Lee masih mengamati Junggi di balik kaca, lalu masuk ke ruangan interogasi. Junggi menjulurkan tangannya yang masih di borgol kepada detektif Lee lalu detektif Lee membuka borgol dari tangan Junggi.
Junggi meregangkan tubuhnya berbisik ke telingan detektif Lee, "menyusahkan saja" ia pun berjalan keluar dari ruangan interogasi dengan senyuman di samping bibirnya. Detektif Ryu menatap tajam ke arah Junggi seperti kilat yang menyambar.
Detektif baek mengajak detektif Lee dan Ryu makan siang di luar, mereka pun pergi bersama ke sebuah rumah makan yang tidak jauh dari kantornya.
Mereka sepertinya tidak berselera untuk makan, tapi mencoba menghabiskan makanannya hanya untuk menambah energi, sementara itu detektif Lee hanya termenung, memutar sumpit dengan kedua jarinya.
"Kita Pasti akan mendapatkannya kembali." ucap detektif Ryu.
Telepon detektif Lee pun bergetar, panggilan dari Hangjun,
*ddrrtt*
"bicaralah" ucap detektif lee
"aku bersama orang yang kau cari detektif"
detektif Lee seketika berdiri dengan mata yang melebar,
"kirim alamatmu sekarang" detektif Lee bergegas ke arah parkiran mengambil mobilnya,
ia pun segera menyusul Hangjun.
Sementara itu detektif Ryu menatap kepergian Detektif Lee penuh tanda tanya
"kemana perginya detektif Lee? siapa yang ia temui?" tanya detektif Ryu kepada detektif Baek.
Detektif Baek hanya menggeleng, ia juga tidak tau apa yang di perbuat oleh detektif Lee karena mereka bukan rekan satu tim.
Detektif Lee tiba di tempat Hangjun setelah dua puluh menit perjalanan,
terlihat hangjun tengah duduk bersama seorang pria yang berumur sekitar 45 tahun,
detektif Lee menundukkan kepalanya, ia pun segera duduk dikursi yang tengah kosong.
Detektif Lee pun mulai bertanya kepada seseorang itu,
memperlihatkan foto seseorang, pria itu nampak terkejut
"apa kau tau keberadaan anaknya dimana?"
"aku tak pernah melihatnya lagi setelah ku antarkan ke panti asuhan,"
"panti asuhan?" detektif Lee menautkan alisnya.
"apa aku bisa meminta alamat panti asuhannya, kenapa kau membawanya kesana?"
pria itu pun menceritakan kejadian yang di alami oleh anak itu.
flashback on
anak kecil yang sedang menangis, dengan badan di penuhi bekas luka
anak itu tampak sendirian berjalan di jalanan yang sepi, lolongan anjing yang menyalak membuat bulu kuduk bergidik,
badai malam yang menerjang merasuk melalu celah-celah jiwa , seorang pria menggunakan sepeda motor seketika berhenti melihat seorang anak kecil yang tampak sangat ketakutan.
"dimana ibumu?" pria itu bertanya
anak kecil itu menunjuk ke arah jalan, lalu pria itu meminta anak kecil tadi ke arah yang dituju.
seketika pria itu gemetar dengan apa yang telah ia saksikan, banyak darah bertebaran disana,
"apa yang terjadi dengan ibumu?" tanya pria itu
anak kecil itu masih saja menangis meraung,
bibirnya sudah tampak membiru,
"dimana ayahmu?" anak kecil hanya menunduk menggeleng
"apa ini ulahnya?" tanya pria itu lagi. Anak kecil itu seketika diam , menatap kosong pria yang ada di depannya.
flashback off
"jujur saja aku sangat takut waktu itu, apa aku harus membawanya atau meninggalkannya,
aku berpikir sejenak ,lalu membawanya pergi dan membawanya kerumahku."
ucap pria itu
"aku pun tidak tidur semalaman, sampai pagi harinya aku membawanya kepanti asuhan,
aku pikir itu tempat yang paling aman untuknya." lanjutnya.
"apa setelah itu kau berjumpa dengannya?" tanya detektif Lee.
pria itu menggeleng "tidak lama setelah itu aku pindah dari wilayah itu, karena mendapatkan pekerjan yang baru."
pria itu mengambil pulpennya, menuliskan alamat panti asuhan yang di minta Detektif Lee,
"Aku tidak yakin panti asuhan itu masih ada, maaf hanya ini yang bisa aku bantu."
"Terimakasih, ini sudah banyak membantuku." detektif Lee pun menundukkan kepala dan pergi dari tempat itu di ikuti Hangjun di belakangnya.
Detekti Lee menyuruh Hangjun mengecek panti asuhan tersebut,
ternyata panti asuhan itu sudah lama tidak beroperasi.
panti asuhan itu dulunya terdiri dari 30 anak-anak yatim dan piatu,
kabarnya ditutup karena ada kebakaran yang menewaskan satu anak.
hingga saat itu panti asuhan tidak lagi di gunakan.
Detektif Lee pun mengunjungi panti asuhan tersebut,
panti asuhan itu sudah terlihat kotor dan tidak terawat,
detektif Lee mengamati dari gerbang yang masih terkunci,
sesekali menggoyangkan gerbang yang terlihat telah rapuh.
"Sepertinya tidak ada orang, kita balik saja." ucap Hangjun yang terlihat takut melihat panti asuhan yang terbengkalai,
namun rasa penasaran detektif Lee sangat tinggi, iya mencari jalan untuk masuk ke sana.
Seorang pria mengamati Detektif Lee dari balkon panti asuhan, iya pun bersiul sambil memutar pisau di tangannya,
kemudian pria itu masuk ke dalam, dengan tertawa terkekeh,
Detektif Lee yang tidak bisa masuk memutuskan untuk kembali ke kantornya
ia menyuruh Hangjun untuk mencari tau siapa pengelola panti asuhan ini dahulu,
dan menyelidiki data Junggi, detektif Lee mencurigai Junggi yang juga terlibat dalam pembunuhan itu.
**
**
sudah sebulan setelah hilangnya Jenni, namun pencarian tetap saja dilakukan.
Detektif Ryu pun mulai mencari dimana jasad adiknya, setiap ada berita penemuan mayat, jantungnya pun berdetak kencang seperti ingin keluar dari tempatnya, namun belum di temukan jejak apapun tentang Jenni.
di ruangan yang sangat gelap dan pengap, Jenni pun sudah kelelahan,
tangan dan kakinya terikat, badannya seperti sedang si remuk,Jenni terlihat lebih kurus
"makanlah ini, sebelum ayah ku pulang." dengan gemetar tangan Tama memberikan makanan untuk Jenni.
Jenni pun memohon untuk segera di lepaskan, namun Tama terlalu takut kepada ayahnya, ia tidak punya keberanian untuk melawan ayahnya yang seorang psikopat.
"tolong lepaskan saya." pinta Jenni dengan suara yang sangat lirih.
"Maaf aku tidak bisa." Tama pun berlari dari tempat itu, ia takut ketahuan oleh ayahnya,
ia pun berlari pulang dengan nafas terengah, badan nya sudah di penuhi banyak peluh.
Tama pun seketika berada di apartemennya, ia mendapati Yoona yang tengah tidur, lalu membaringkan diri di samping Yoona.
Yoona pun membuka matanya diam-diam, ia curiga dengan Tama yang selalu keluar tiap malam,
selebih lagi ia juga menemukan pisau di bawah kasur Tama,
Yoona juga tidak tau itu pisau siapa, Tama hanya mengatakan pisau itu punya seseorang.
Tiba-tiba Tama mengeram,mengepakan kedua tangannya, seperti menahan dirinya sendiri.
Ia memukul-mukul kepalanya sendiri,membuat Yoona terkejut dan menghentikannya,
Yoona memegangi tangan Tama dengan kuat, namun pegangan itu lepas , Tama mengacak - ngacak sesuatu di dalam lemari, akhirnya ia menemukan sebuah botol dan mengeluarkan beberapa pil lalu di minumnya.
Yoona seketika shock melihat Tama, bukan seperti Tama yang ia kenal, Yoona pun mengambil botol itu dari tangan Tama.
"pil apa ini?" tanya Yoona dengan nada mengintimidasi.
"hanya obat tidur saja."ucap Tama berkilah.
"apa kau ada masalah di kantor mu? kau juga bukan seperti Tama yang ku kenal?"
"jadi Tama seperti apa yang kau inginkan." ucap Tama menatap mata Yoona dengan tajam.
suara Tama terdengar serak dan berat. Yoona pun seketika berjalan mundur melihat ekspresi Tama.
Tama pun semakin melangkah maju membuat Yoona semakin ketakutan."bunuh saja dia." batin Tama.
Tama kemudian berhenti, lalu menampar dirinya berulang kali, sehingga membuat Yoona panik.
"Hentikan Tama, apa yang kau lakukan?" ucap Yoona dengan khawatir.
Tama pun seketika berlari. mengambil pisau di bawah kolong kasurnya, dan menyayat lengannya,
darah seketika menyembur dari lengan Tama,
Yoona pun berteriak histeris menyaksikan kejadian itu. ia mengambil pisau dari tangan kiri Tama lalu melempernya.
Yoona pun memeluk Tama yang tampak sangat frustasi, ia memegangi lengan Tama yang mengeluarkan banyak darah, ia mencoba menenangkan Tama saat itu. Tama pun mulai tenang dengan dirinya, Yoona kemudia membawanya duduk di samping ranjang, merobek baju Tama yang tersobek karena sayatan pisau,
Yoona pun membersihkan luka Tama yang tampak sangat dalam, ia hanya menutupinya dengan perban.
"luka mu harus dijahit, kita akan pergi ke rumah sakit besok." ucap Yoona merebahkan tubuh Tama di atas ranjang.
Yoona kembali ke dapur untuk mengambil air putih, tangannya masih gemetar membayangkan kejadian tadi.
ia pun menghela napas panjang duduk di sofa.