NovelToon NovelToon
Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Mantan Kekasihku, Pemilik Putraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:31k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

"Bisakah kita segera menikah? Aku hamil." ucap Shea Marlove dengan kegugupan ia berusaha mengatakan hal itu.
Tak ada suara selain hembusan nafas, sampai akhirnya pria itu berani berucap.
"Jangan lahirkan bayinya, lagipula kita masih muda. Aku cukup mencintaimu tanpa perlu hadirnya bayi dalam kehidupan kita. Besok aku temani ke rumah sakit, lalu buang saja bayinya." balas pria dengan nama Aslan Maverick itu.
Seketika itu juga tangan Shea terkepal, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelum ia gugup mengatakan soal kehamilannya.
"Bajingan kau Aslan! Ini bayi kita, calon Anak kita!" tegas Shea.
"Ya, tapi aku hanya cukup kau dalam hidupku bukan bayi!" ucapnya. Shea melangkah mundur, ia menjauh dari Aslan.
Mungkin jika ia tak bertemu dengan Aslan maka ia akan baik-baik saja, sayangnya takdir hidupnya cukup jahat. ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Grep!

Shea langsung peluk tubuh Matthew, ia tampak ketakutan membuat Matthew membalas pelukan Shea. Jujur saja, Matthew pun terkejut melihat Shea yang datang langsung memeluknya.

“Love, ada apa hm?” Tanya Matthew mencoba menenangkan Shea dalam pelukannya itu.

Shea memilih diam, Matthew dapat merasakan saat pakaian dibagian punggungnya terasa dicengkram oleh Shea.

Dengan penuh sayang Matthew terus menenangkan Shea, bahkan kepala Shea ia usap dengan lembut.

Sampai akhirnya Shea sedikit lebih tenang.

Wajahnya ia sembunyikan di dada Matthew, tangan Matthew tak berhenti mengusap kepala Shea.

“Matthew.” Ucap Shea.

“Hmm, ya Love?” Balas Matthew.

Shea menjauh dari pelukan itu, wajah mereka saling bertemu namun ingatan dimana Aslan menciumnya dengan kasar begitu sangat terasa. Mungkin sal*va milik Aslan pun masih tertinggal dalam rongga mulut Shea.

Shea menarik kerah baju Matthew, matanya menatap lekat mata Matthew. Sungguh, Shea merasa jijik atas ciuman kasar yang Aslan berikan.

“Ada apa Love? Apa obatnya tak kau temukan hm? Aku yakin sudah membawanya dan memasukannya dalam koper, kalau memang tak ada maka biar aku yang…” Matthew tak bisa melanjutkan ucapannya saat Shea menyatukan bibirnya dengan bibir milik Matthew.

Matthew merasa Shea sedikit menghibur hatinya yang sedang berduka, ia tak keberatan membalas ciuman Shea. Untungnya mereka berada di dalam sebuah ruangan yang ada di rumah duka itu.

Keduanya terus melakukan hal itu dalam ciuman, rasa mint bekas ciuman Aslan masih terasa oleh Shea.

Rupanya Aslan merokok dan Shea menyadari aroma itu.

Tangan Shea terkepal saat ia mengalung di leher Matthew, ciuman itu terus berlanjut sampai suara ketukan pintu terdengar barulah ciuman itu terlepas.

“Tuan Matthew, sudab ada beberapa tamu penting rekan kerja milik Orang tua Tuan.” Ucap seorang pria.

Matthew berhenti, ia menjauh dari Shea sedangkan Shea langsung mundur.

Mata Matthew menatap botol obat di tangan Shea. Jadi bukan karena obat, nyatanya di tangan Shea sudah ada obatnya.

“Love, aku kedepan dulu. Kau minumlah obatnya, lalu istirahat. Aku akan memesankan makanan online untukmu nanti.” Ucap Matthew dengan nada lembut, ia juga mendekat dan tangannya langsung merapikan helaian rambut Shea.

Shea menganggukan kepalanya.

“Hmm, ya.” Balas Shea.

Matthew bahkan sempat memberikan kecupan lembut di kening Shea.

“Aku pergi dulu Love, jangan lupa untuk tidur setelah minum obatnya. Tenangkan pikiranmu, aku mencintaimu.” Bisik Matthew membuat perasaan Shea menghangat.

Matthew terlalu baik buat Shea, membuat Shea merasa benar-benar tak nyaman untuk jujur tentang pertemuannya dengan Aslan.

Bukankah Shea hanya akan mengecewakan Matthew saja, kalau ia mengatakan segalanya pada Matthew? Tidak, Shea tak siap untuk menceritakan segalanya bahkan memberitahu Matthew siapa pria di masa lalunya.

Bagi Shea belum waktunya.

Seperginya Matthew dari ruangan itu, terlihat Shea melangkahkan kakinya ke arah sofa. Shea duduk disana, ia menunduk menatap botol yang masih ada ditangannya.

Tanpa ragu Shea minum dua butir obat di dalam botol itu.

Shea memejamkan matanya, kepalanya ia sandarkan di sofa itu.

‘Selamanya aku akan terus membencimu Aslan.’ Ucap Shea membatin.

Sebenarnya Shea mengalami trauma berat usai melahirkan, tepatnya saat ia harus mendapatkan kabar buruk mengenai sakit yang ia derita setelah melahirkan Sean secara normal.

Yang paling Shea ingat adalah hari yang paling menyedihkan buat Shea. Rahimnya diangkat, sejak itu Shea menjadi begitu pemurung. Selain itu Shea mengalami trauma terberat, ada rasa bersalah yang ia jalani usai keputusan Matthew yang ingin mempertahankan pernikahan itu lebih lama.

Awalnya Shea terus menolak, ia meminta perceraian pada Matthew. Memangnya apa yang perlu Matthew pertahankan atas pernikahan mereka itu namun Matthew berkata bahwa ia telah jatuh cinta pada Shea, apapun keadaan Shea bukan masalah besar buat Matthew.

Matthew bahkan menenangkan Shea namun sejak itulah Shea menjauhkan dirinya bahkan ia mengalami depresi berat hingga harus dirawat di sebuah rumah sakit kejiwaan.

Ingatan itu adalah ingatan paling menyakitkan buat Shea, mata Shea terpejam. Ia terlelap tidur di dalam ruangan itu.

Kantuk menyerangnya dan Shea tak bisa menahannya lagi, ia perlu menenangkan semua pikiran kacau yang mengganggu dirinya.

***

Di tempat lain.

Aslan terdiam, ia duduk menatap kosong apa yang ada di hadapannya. Aslan tak bohong kalau ia kepikiran tentang Shea.

“Tidak! Tidak mungkin Shea mengalami depresi!” Ucap Aslan.

Tangan Aslan sampai terkepal penuh emosi mengingat Shea menggenggam kuat botol obat itu.

Aslan mengumpat.

Kehidupan apa yang Shea jalani selama ini kalau Shea benar-benar mengalami depresi berat?

Bugh!

Aslan memukul kuat meja yang ada di hadapannya itu.

“Shea, apa yang terjadi padamu sayang? Apa yang kau alami selama ini hm? Harusnya jika kau merasa berat maka katakanlah segalanya padaku.” Ucap Aslan yang tampak meraih foto milik Shea.

Bibir Aslan mengecup lembut foto itu.

“Shea, padahal hanya aku yang mencintaimu. Kau tak akan mengalami depresi sampai mengkonsumsi obat kalau ada bersamaku. Sebenarnya kau hanya perlu aku bukan orang lain sayang, Shea kumohon kembalilah lagi padaku. Selamanya kau akan selalu berharga di mataku.” Ucap Aslan lagi.

Pikiran Aslan makin kacau, ia ditemani kaleng bir seraya memikirkan soal Shea.

Tawa Aslan terdengar, matanya masih mengamati potret cantik Shea dalam foto itu.

Tangan Aslan menggenggam bingkai foto itu.

‘Aku tak pernah berhenti mencintaimu Shea, kumohon kembalilah padaku dan teruslah bersamaku sama seperti saat dulu kita saling mencintai.’ Ucap Aslan membatin.

Pintu ruangan itu tampak diketuk.

Aslan yang tadinya sudah merebahkan kepalanya sambil memeluk bingkai foto Shea kini mulai mengangkat kepalanya.

Aslan tak bohong untuk saat ini ia benar-benar kacau.

“Maaf Tuan, ini saya Aron.” Ucapnya.

“Masuklah.” Balas Aslan.

Aron membuka pintu ruangan Aslan, tampaklah pria itu membawa beberapa berkas lalu memberikannya ke arah meja Aslan.

“Malam ini transaksi pembelian barang akan terlaksana Tuan. Tuan akan ikut bukan?” Tanya Aron.

Aslan diam sejenak sebelum akhirnya ia berucap.

“Aron, ada hal yang lebih penting dari sebuah pekerjaan. Ini tentang wanitaku, aku cemas akannya. Aku terganggu olehnya, cari tahu mengenai Shea. Sebelum kita berangkat, kau harus mendapatkan informasi penting ini. Apa benar kalau Shea sakit, cari tahu lah sekarang juga. Cepat.” Ucap Aslan memberi penekanan.

Aron yang diberi perintah oleh Aslan hanya bisa mengangguk patuh.

“Baiklah Tuan, saya akan segera mencari tahu tentang Nyonya Shea.” Ucap Aron.

Bukan hal sulit bagi para Mafia mendapatkan jaringan informasi melalui hal kecil seperti itu.

“Kalau begitu saya permisi Tuan, saya akan dapatkan informasinya sebelum keberangkatan Tuan malam ini.” Ucap Aron.

“Ya pergilah.” Balas Aslan.

***

Malam itu.

Keberangkatan belum terjadi, Aslan masih menunggu kabar dari Aron sampai pintu kembali diketuk setelah beberapa jam terlewati.

Aslan terlihat rapi dengan pakaian serba hitam. Sekalipun pikiran Aslan kacau, tapi Shea adalah prioritas namun ia juga tak bisa mengabaikan pekerjaannya.

“Masuklah.” Perintah Aslan.

Aron masuk, ia membawa tablet di tangannya lalu memberikannya pada Aslan.

“Selamat malam Tuan, pasien itu atas nama Matthew Cassius, artinya pemilik obat yang Nyonya Shea bawa bukan untuknya tapi untuk pria itu.” Ucap Aron.

Hati Aslan lega mendengar ucapan Aron bahkan ia menatap bahwa nama pasien itu memang Matthew Cassius.

“Okey Aron, kita berangkat sekarang.” Ucap Aslan.

"Baik Tuan." Balas Aron.

Aslan melangkahkan kakinya lebih dulu.

Bersambung…

1
Bandar Jayalampung
aku jd bingung . klo Mathew anaknya athur artinya shie sodara kandung sama matew ya 🙏
Bandar Jayalampung
smga shea slmt
Bandar Jayalampung
hRusnya kalian sadar she hanya untuk aslan
Lee Mba Young
lanjutt
Epijaya
pasti mommy Aslan yg memintak penjahat td utk mencelakankan Shea dgn memfitnah Aslan.
muna aprilia
lanjut
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!