NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Kalea membelalakkan matanya saat botol minuman yang ia tendang barusan mendarat di kepala Reyhan. Lagi lagi hal yang sama terulang kembali karena kecerobohannya.

Sebelum laki-laki itu mengetahuinya, Kalea dengan cepat berbalik badan lalu berlari kebelakang Letta.

"Jangan bilang kalau gue yang nendang tuh botol minuman ya. Ini kedua kalinya Letta," ujar Kalea terbata seraya menarik rok gadis itu. Ia benar-benar jantungan.

"Apaan sih! Awas Ra, melorot tuh rok gue gegara lo," ujar Letta melirik Kalea dibelakang tubuhnya.

"Lo kenapa sih? ngapain di belakang gue? Siapa juga yang lo lempar botol minuman, hah?!"

"Kak GS, hehehe..." Letta syok mendengarnya. "Gue gak sengaja nendangnya, karena memang gue kesal. Tau-taunya kena sama dia."

"Diri lo, ah! Kalau gak mau ketahuan ya bagus berdirinya. Gelagat lo bisa mencurigakan bodoh!" kata Letta berbalik badan kemudian memandang Kalea yang tercengir lebar padanya.

"Habis lo Lea dibuat Kak GS. Jangan sampai dia lakuin hal aneh lagi sama lo," timpal Ana menakut-nakutinya.

"Siapkan mental Kalea. Singa besar dah ngamuk, tuh!" timpal Ana mengarahkan dagunya ke depan.

"Orang gue gak sengaja kok," balas Kalea memandang ke depan. Disana ia bisa melihat lima orang laki-laki termasuk GS sedang mencari keberadaan orang tersebut.

"Udah, udah. Kalau ditanya lo jawab ajah. Bilang gak sengaja.." sambung Letta.

***

"SIAPA YANG NENDANG BOTOL MINUMAN INI?!!

Teriakan keras dari ujung lorong kelas sepuluh membuat para murid yang berpapasan dengan mereka mempercepat langkahnya.

"Pendaratan yang sempurna," ujar Adit sambil tepuk tangan menatap Gabriel tampak mengelus puncak kepalanya yang sakit karena hantaman botol minuman kaleng.

"Yaa, kasian. Rusak tuh rambut cetar lo..." timpal Bobby tertawa lebar menatap rambutnya sedikit berantakan.

Melihat tatapan tajam GS mengarah pada mereka membuat Adit dan Bobby menutup mulut.

"Diam lo berdua! Mau kena jotos lo pada. Masih sayang nyawa, kan?!" ujar Zion mengarahkan kepalan tangannya.

"Ini juga udah diam kali Zi," seru Adit kembali angkat suara. Kapan lagi mereka bisa melihat hal lucu seperti ini dengan korbannya ketua mereka sendiri, Gabriel.

Sementara sorot mata Gabriel terus saja mengamati sekeliling taman. Tidak ada yang membuatnya mencurigai tempat itu, semuanya pada sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tetapi mata elangnya yang tidak sengaja melihat Kalea, Letta dan Ana tengah berdiri ditengah lapangan sesekali melirik kearah mereka.

"Kalea?" Gabriel menjulang tinggi di depan ketiga gadis yang menjaga ekspresi masing-masing

"Lo kan yang nendang botol minuman itu sama gue?" tanya GS menyebut namanya.

"Sok tahu! Gak kok, kurang kerjaan bangat gue nendang botol minuman itu sama kakak," elak Kalea tanpa merasa bersalah, sedangkan Letta menggeleng dengan kelakuan sahabatnya.

Satu tarikan cepat membuat Kalea hampir membentur tubuh Gabriel kalau saja laki-laki itu tidak menahannya.

Keduanya saling pandang dengan GS kembali mengintimidasi perempuan itu dengan tatapannya.

"Jangan bohong! kalau lo jujur gue bakalan maafin lo," ucapnya membuat Kalea mengerutkan dahinya.

"Iya, iya, gue yang nendang botol minuman itu. Maafin, gue lagi kesal dan gak sengaja tuh botol jatuh ke kepala kakak ," balasnya sembari memundurkan langkahnya.

"Cukup GS. Kasian adik gue," ujar Zion. "Lagian lo gak cepek ribut terus, tiap hari lo berdua berantem bisa-bisa jadi jodoh."

"Gak!" ujar Kalea dengan cepat. Ia melirik sinis ke arah Zion yang seenaknya berkata.

"Amin..." sambung Letta dan yang lainnya membuat Kalea tidak suka.

"Apaan sih lo semua! minggir gue mau pergi."

Kalea mendorong tubuh Gabriel dari hadapannya agar perempuan itu bisa lewat, namun pergelangan tangannya yang tiba-tiba ditarik membuat Kalea kembali berdiri di hadapan cowok itu dan menoleh datar.

"Kenapa lagi?" tanyanya.

"Seenak jidat lo pergi setelah apa yang lo perbuat?"

"Jadi gue harus gimana? Apa gue harus obatin kepala kakak yang gak papa?"

Gabriel mengernyitkan dahi. "Sebagai gantinya, temanin gue makan siang dan gue bakalan maafin Lo."

Kalea membulatkan matanya dan mengibaskan tangannya di depan wajah Gabriel. "Temanin makan? Sama gue?"

Gabriel mengangguk membuat Kalea kembali mendumel membuat cowok itu tersenyum tipis. Kalea pasrah. Ia berjalan lebih dulu dengan mulut komat-kamit.

Mereka mengekori langkah gadis yang tampak kesal di depan mereka. Kantin belakang kelas duabelas menjadi saksi awal pertemuan Kalea dengan Gabriel n dalam jamuan makan siang.

***

Dua meja dirapatkan agar mereka duduk satu tempat. Dengan Kalea berada diantara Zion dan Gabriel. Dua manusia tampan yang mengapit tubuh kecilnya. Sementara Letta disisi kanan Zion, dan Ana diantara Adit, Bobby dan Haris.

Kalea kembali berulah dengan kedua tangannya memegang garpu dan sendok. "Lapar .. lapar .." ujar Kalea mengetuk-ngetukan sendoknya di meja.

Sadar atau tidak dengan tingkah konyolnya menjadi tontonan mereka dengan Zion tidak tahu lagi berbuat apa dengan adik perempuannya itu. Ia sungguh malu dibuatnya.

"Diam Kalea, jangan bikin malu," ujar Letta.

"Ih, kenapa emangnya? Lagian dia yang bilang mau traktir gue, masa gue lewatin gitu ajah. Kalau malu mah bukan urusan gue, dari dulu gue udah begini."

"Kebiasaan lo mah kalau yang gratis-gratis," ledek Ana.

"Iya, iya dong. Gue gak penting jadi orang munafik, selagi masih ditawarin ya ayok," balas Kalea dan langsung disahuti Adit dan Bobby dengan dua jempol kepadanya.

Mereka hanya menunggu makanan yang telah dipesankan Adit sebelumnya. Setelah lima menit menunggu akhirnya pesanan mereka datang dan tersusun rapi dihadapan masing-masing.

Kelima lelaki itu memesan nasi goreng, berbeda dengan Gabriel nasi gorengnya ditambah dengan satu telur mata sapi. Melihat menu milik cowok itu membuat Kalea meliriknya kemudian tersenyum padanya.

"Kalea, jangan..." ujar Zion ketika melihat tatapan berbinar sang adik pada piring di hadapan Gabriel. Kalea membalas dengan tatapan sinis.

"Lo mau punya gue?" Kalea mengangkat pandangannya. Dengan jarak sejengkal keduanya saling menatap begitu dalam sampai Kalea mengangguk dan tercengir memamerkan deretan gigi putihnya.

Gabriel dengan senang hati membaginya dan spontan Kalea menarik piringnya kembali.

"Ada apa?" tanya Gabriel.

"Telurnya ajah jangan nasinya, boleh?" Gabriel refleks memindahkan telur mata sapi tersebut keatas piring gadis di sampingnya dan tanpa aba-aba gadis dengan pita rambut berwarna biru itu melahap habis telurnya, membuat mulutnya penuh dengan kuning telur.

Matanya mengekspresikan betapa enaknya telor mata sapi itu terkunyah dalam mulut Kalea. Zion hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Sungguh, ia seperti mengawasi anak kecil dibawah lima tahun.

"Yang merasa jomblo jaga mata ya. Jangan sampai gak nafsu makan," kekeh Adit membuat Letta dan Ana tertawa.

"Gak dirumah di kantin sekolah, lo sama ajah Lea. Lihat telur gitu matanya melebar..." kata Zion menyantap makanannya.

"Hmmphh... E-enak Kak." Freya menjawab dengan mulut penuhnya membuat Zion langsung menendang kaki adiknya itu dari bawah meja.

***

Tidak jauh dari meja mereka tempati sekelompok perempuan yang menjadi lawan Kalea sejak ia datang tengah menatap garang ke mereka. Sorot mata Clara memanas, tangannya juga terkepal sempurna. Sudah ia ingatkan untuk gadis itu tidak mendekati Gabriel dan teman-temannya tapi peringatan itu sama sekali tidak didengarkan. Bagi Clara gadis itu sudah menentangnya.

Ia bangkit dari duduknya. "Lo gak bisa lakuin itu saat ini, lo gak lihat disana ada Gabriel, yang ada lo kena maki sama mereka," protes Ivy masih memandang sepasang bola mata Clara yang membulat menatap Kalea diujung sana.

"Gue gak peduli mau mereka maki gue apa gak! Selama ini gue kurang apa coba sama tuh cowok, gue tahu dia memang sempurna dan semua orang tau hal itu, tetapi dia gak berhak buat hati gue kayak gini.

"Dan lo lihat murid baru itu, betapa mudahnya gabung diantara mereka sementara gue cuman dianggap pajangan..." jelas Clara pada teman-temannya.

"Gue udah tiga tahun berteman baik dengan mereka tapi untuk momen satu itu gue pernah merasakannya."

"Terserah gimana tanggapan lo. Kalau sampai lo kenapa-kenapa karena sikap egois lo, tanggung sendiri akibatnya. Cabut!" perintah Kiara meninggalkan Clara sendirian disana.

Saat semuanya asik dengan makanan mereka, tiba-tiba Clara hadir dan menumpahkan orange jus keatas kepala Kalea. Kalea kaget dan terdiam kaku dengan posisi kedua tangan berada di meja. Orange jus yang membasahi dirinya mengalir membahasi wajah mengalihkan semua pandangan padanya.

"Gila lo Clara! Kesambet apaan lo kayak gitu sama Kalea," ujar Adit mendorong Clara hingga terjatuh.

"Kalea... Lo gak apa-apa?" kata Letta bangkit dari duduknya.

Gadis itu masih diam. Ia sangat panik melihat bajunya basah dan tembus pandang memperlihatkan bagian dalamnya dengan jelas.

Segera Gabriel melepaskan jaketnya lalu menutup badan gadis itu. Dimas yang melihat itu menegang lalu menatap geram kearah Clara. Berasa diperhatikan, Clara memundurkan langkahnya.

"Mau kemana lo hah!" Dimas dengan cepat mencengkram lengannya kuat saat Clara hendak pergi dari sana.

"Gu—gue," ujar Clara sedikit gemetar.

"Gue apa?! Jangan harap lo bisa pergi setelah apa yang udah lo lakuin sama Kalea!"

Letta begitu panik saat menatap wajah Kalea. "Badan lo Lea..." ujar Ana membuat Zion menoleh pada Kalea.

Ruam merah mulai bermunculan di permukaan kulit gadis itu. Zion sadar Kalea alergi es batu.

Kalea benar-benar tidak tahan dengan tubuhnya yang mendadak panas seperti terbakar. Pandangannya juga mulai mengabur saat menengadah menatap Letta dan Ana. Sampai akhirnya Kalea terjatuh dipelukan Gabriel.

"Kalea... bangun!" Letta menepuk-nepuk pipi gadis itu tapi gadis itu tidak kunjung sadar. Napas Kalea semakin berat membuat Gabriel panik seketika.

Cowok itu melirik ke arah Zion yang matanya memerah seolah Zion menahan amarahnya.

"Kenapa?" ujar Gabriel.

"Kak... Kalea pingsan," celetuk Letta.

"Dia alergi..." tutur Zion membuat semua yang ada disana syok.

"Kalea alergi dingin GS.." Adit berseru saat melihat reaksi tubuh gadis itu. Ruam merah kian mm bermunculan di wajah Kalea.

"Buruan, kita harus bawa Kalea ke rumah sakit."

Adit mulai panik ketika melihat tubuh Kalea terdapat bercak merah sama seperti sakit yang menimpa adiknya ketika kulitnya menyentuh segala sesuatu yang terasa dingin.

"Pakai mobil gue ajah Kak," usul Letta dari belakang. Mereka berlari secepat mungkin sebelum terlambat. Haris mengemudikan mobil begitu cepat sesuai perintah Gabriel dan Letta.

Letta dan Ana sudah mencoba mengoleskan minyak angin ke hidung bahkan lehernya, namun hasilnya tidak ada. Sekujur tubuh Freya memerah dan bentol-bentol. Tidak butuh waktu lama, mereka tiba di Rumah sakit Melati.

"Sus, tolongin teman kita!" ujar Letta pada seorang suster sedang berjalan mendorong brankar di depan pintu rumah sakit. Setelah beberapa lama, Gabriel dan lainnya diminta untuk menunggu di luar ruangan.

"Apa Kalea benaran alergi dingin seperti omongan Adit?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!