Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Bab. 7
"Apa? Dijodohin? Rinda?"
Itulah kalimat cercaan dari seorang gadis yang saat ini terlihat sangat cantik dan juga anggun. Tidak seperti biasanya yang lebih ke santai dan natural tanpa make up. Palingan cuma memakai bedak sama lip tint saja.
"Iya, Sayang," jawab ayah. Karena bu Mela tidak bisa memilih kata yang tepat untuk menjelaskan kepada putri bungsunya tersebut. Sebab, mau bagaimanapun kalimatnya, sudah pasti Rinda akan balik bertanya.
Rinda menggeleng. Masih tidak percaya dengan acara yang kurang dari dua puluh menit ini. Dan sudah dapat dipastikan jika dalam waktu dekat tamu yang mereka tunggu akan segera tiba juga.
"Bukan gitu maksudnya, Yah. Kalau memang Ayah sama Ibu udah bosen melihara Rinda, Rinda bisa hidup sendiri kok. Meski masih minta uang ke Kak Nara."
Ucapan Rinda langsung mendapat pukulan di lengannya dari Nara, kakaknya.
"Ngawur aja kalau ngomong. Emangnya kamu bina, apa?" timpal Nara yang duduk di sebelah Rinda.
Mereka memiliki garis wajah yang sama. Namun, bibir dan hidung mereka yang berbeda. Lebih lagi Nara terlihat lebih dewasa dan kalem, sedangkan Rinda terlihat masih imut. Karena perbedaan usia mereka yang terbilang jauh.
"Lanjutin aja kalau mau ngatain Rinda, Kak. Nggak usah dipotong kayak gitu," kesal Rinda yang mendapat kekehan dari kakaknya.
"Lagian,bahasa kamu absurd banget."
Ayah dan ibu menggeleng kepala melihat perdebatan di antara kedua putri mereka.
"Kamu nggak bisa nolak perjodohan ini, Rinda. Ayah sangat kenal baik dengan calon mertuamu itu. Mereka juga bakalan menyayangi kamu," ujar ayah memberi pengertian.
"Nggak. Buka. Itu intinya, Yah," balas Rinda membuat semua orang bingung. "Masalahnya Rinda ini masih sekolah, itu yang pertama. Terus kan ada Kak Nara. Ya ... masa malah Rinda yang dijodohin. Harusnya kan Kak Nara duluan. Terus, selama ini Rinda dilarang keras buat pacaran sama Ibu, kan? Ya kali, Yah, masa Rinda langsung dikawinin. Nggak mau! Rinda nggak mau!" tolak Rinda seraya merengek kepadanya ayahnya.
"Nikah, Rinda. Bukan kawin!" ralat bu Mela yang baru membuka suaranya.
"Ya sama aja kan, Bu. Nanti ujungnya juga ka—mmphh!"
"Ini anak kalau ngomong suka nggak difilter dulu. Sesekali makai B-16 gitu loh, Dek. Biar enakan didenger," sahut Nara yang tidak tahan dengan kelakuan absurd sang adik. Ia sengaja membungkam mulut Rinda agar tidak semakin meluber ke mana-mana.
Sementara Rinda berusaha melepas tangan kakaknya dari mulut. Jika tahu akan dibungkam seperti ini, dia tidak akan mau memakai lipstik tipis-tipis tadi.
"Sudah, sudah. Jangan tengkar mulu. Lebih baim kita ke depan sekarang. Itu ada suara mobil di depan, kan?" relai ayah Aga kepada dua putrinya.
Kemudian mereka semua berjalan keluar dan menyambut kedatangan tamu yang sedari tadi di tunggu.
Terlihat ada tiga orang yang turun dari mobil SUV berwarna hitam yang berhenti tepat di depan teras rumah. Mereka berjalan menghampiri keluarga Agastya.
"Selamat malam, Ga, Mela," sapa seorang pria paruh baya, namun ketampanannya yang paripurna itu masih sangat melekat. Terasa begitu menyilaukan mata.
"Malam juga, Lang. Gimana perjalanannya? Lancar?" sahut ayah Aga.
Mereka saling bersalaman bergantian. Ibu tampak saling memeluk dengan wanita yang sangat cantik, meskipun jika dilihat mereka mungkin sebaya.
"Beruntung, aku berangkatnya lebih awal. Jadi walaupun macet, nggak telat, kan?" tanya teman ayah Aga yang tidak lain Langit Bagaskara.
"Oh, enggak kok, Lang. Mari masuk," suruh ayah Aga.
"Oh, ya, ini anak-anakmu, Ga?" tanya papa Langit yang teralihkan pada dua gadis di sebelah bu Mela.
"Iya, Lang. Ini Nara, anak pertamaku, dan ini Sherinda, anak bungsuku."
Ayah Aga memperkenalkan dua gadis itu kepada temannya.
Rinda yang sedari tadi menunduk Dan bersembunyi di belakang Nara pun akhirnya mengangkat kepalanya. Menatap ke arah tamu yang saat ini sedang bergantian ia salami.
Dan ketika sampai pada pria muda yang berdiri di samping wanita cantik sebelahnya teman ayah, Rinda dibuat terkejut dengan pria muda itu.
"Kak Ghani!" pekik Rinda kaget. Tangannya menggantung di udara. Tidak jadi menyalami anak dari teman orang tuanya.
"Kalian saling kenal, Sayang?" tanya seorang wanita cantik dengan nada dsn suara yang begitu lembut.
Rinda mengangguk. "Iya, Tante. Kak Ghani ketua osis di sekolah Rinda," jawab Rinda. Membuat wanita cantik itu tersenyum.
"Bagus deh kalau kalian sudah saling kenal. Jadi nggak perlu dikenalin lagi, kan? Bisa lebih cepet ini, Pa," ucap wanita itu kemudian kepada suaminya dan mendapat anggukan dari pria itu.
"Hah? Apanya, Tant?"
Perasaan Rinda langsung tidak enak. Lalu gadis itu menatap ke arah Ghani yang juga tengah menatap ke arahnya dengan tatapan datar.