This Is Cliche!?

    Beberapa hari berlalu, akhirnya salah satu dal dari sesuatu yang tidak kusukai pun tiba. Setidaknya kalian pasti sudah menebaknya dengan mudah jadi tak perlu ku jelaskan.

“Nak kamu yakin mau pindah tinggal sendiri ke apartemen dekat sekolah?”

“Iya ibu, aku sudah memikirkannya kalian juga sudah memberikan ijin”

“Iya, jangan lupa syaratnya kamu harus sering pulang ke rumah ini”

“Tenang saja, kalau begitu aku akan berangkat sekolah dulu aku harap saat pulang ke apartemen barangnya sudah disana semua”

“Iya.. iya.. Astaga, anak ini sebenarnya menurun sifat siapa?” ucap ibu resah dengan kelakuan dan sikap anaknya yang sungguh berbeda dengannya dan suaminya

“Ibu, sampai berjumpa lagi. Tolong beritahu ayah juga salamku”

“Iya nak.., hati-hati dijalan ya.. Ayahmu pasti sekarang sedang sangat sedih karena tidak melihatmu pergi karena pekerjaannya”

“...” Aku bukannya tidak memperdulikan ucapan ibuku, hanya saja aku masih tidak terbiasa mengetahui sikap ayah yang seperti itu

Aku sudah keluar dari rumah dan menjauh ibuku masih saja terdengar rewel “Jangan lupa makan tiga kali sehari, jangan lupa langsung cuci pakaianmu agar tidak mudah berjamur, jika perlu pergi saja ke laundry akan ibu beri kamu sangu tambahan!”

    Disisi Noah sendiri dia juga sudah bersiap pergi ke sekolah dengan sepeda barunya, dia baru membelinya kemarin. Karena jarak rumahnya yang jauh dia seharusnya antara menggunakan kendaraan umum atau menggunakan sepeda. Dia tidak pernah menggunakan kendaraan umum kecuali memang butuh karena akan membuang-buang uang yang seharusnya bisa digunakan untuk membayar rumah sakit ibunya, sedangkan jika sepeda dia sempat memilikinya namun karena dibulinya dia dulu sepedanya jadi ikut rusak dan tidak dapat diperbaiki.

“Hey kurasa dia salah satu anak yang selamat”

“Iya, tapi sepertinya dia tidak pernah terlihat?”

“Benar katamu, jika anak dengan tampang seperti itu sudah pasti tidak akan ada yang tidak menyadarinya”

“Atau mungkin saja dia anak pindahan?”

“Tidak mungkin, jikapun benar begitu biasa wali kelas sudah akan memberitahu kita dulu”

Bisikan anak-anak yang terdengar jelas memenuhi kelas. Jika masih ada yang mengira anak yang dibicarakan itu aku maka kurasa kalian perlu membaca cerita dari awal lagi.

“Tapi kudengar salah satu anak yang selamat itu pindah sekolah”

“Jangan-jangan anak yang dibuli itu? Siapa namanya? Noah?”

“Iya, namanya Noah”

“Bisa jadi itu memang dia, kasihan sekali tapi kita sendiri juga tidak bisa apa-apa”

“Hey-hey anak yang kalian bicarakan sedang mendengarkan kalian tapi tidak peduli kalian tahu?”

Ding dong~ ding dong~

Bel masuk berbunyi, wali kelas akhirnya masuk ke ruangan kami sebagai mengawali kelas yang dimana juga sudah diliburkan sangat lama.

“Guru baru?”

“Kudengar karena ada sebuah kudeta hampir semua guru di sekolah ini diganti”

Mulai lagi anak-anak kelas berbisik menyebarkan gossip yang entah itu benar atau salah. Tapi yang pasti setidaknya guru yang mereka ganti ini terlihat benar.

“Halo semuanya perkenalkan saya wali kelas baru kalian Eddy Joshua panggil saja bapak Eddy” kata-katanya yang tegas nan lembut membuat semua murid langsung terdiam mendengarkan dia

“Anak-anak seperti yang kita tahu karena peristiwa sebelumnya sekolah ini kehilangan sangat banyak, tapi dengan ajaibnya juga ada beberapa anak yang selamat karena kejadian tersebut. Kali ini dua dari anak yang selamat itu akan memasuki kelas kita, kalian berdua yang merasa bisa berdiri memperkenalkan diri di kelas ini” lanjutnya mulai memperkenalkan aku dan Noah sebagai anak baru di kelas

Tentu kami harus mengikuti apa kata guru itu, kami berdua bangun secara serentak. Anak-anak kelas sebenarnya hanya penasaran siapa Noah itu tanpa berpikir ada kemungkinan kalau dia adalah anak yang mereka tahu pernah dibuli sebelumnya.

“Kalau gitu kita bisa mulai dari yang di belakang”

“Sudah kuduga aku yang pertama”

“Aku.., Rael Stevan” ucapku sambil sebentar sedikit membungkukkan badan di akhir kata

“Hm?” aku seakan melihat guru baru itu mengeluarkan wajah terkejut

“Ba-baik? Begitu saja? Kalau begitu kita lanjut ke anak yang selanjutnya

“Mungkin perasaanku?” aku langsung duduk

“Aku.., Noah Edgar. Salam kenal” 

Seperti yang sudah diduga, semua anak setelah mendengar namanya secara serentak terkejut. Mereka tidak menyangka Noah akan berubah sangat drastis. Tapi kupikir Noah terlihat sama seperti sebelumnya hanya saja dulu dia terlihat berantakan dan rambutnya selalu acak jadi sulit untuk melihatnya dengan benar.

“Dia berubah banyak”

“Apa benar itu dia?”

“Aku yakin itu benar dia, tak ada nama lain yang sama”

“Bagaimana cara dia berubah drastis hanya dengan beberapa bulan?”

“Maksudku lihat tinggi dia”

Tak!

Suara pukulan antara spidol dan meja sangat keras membuat perhatian anak-anak lagi dialihkannya dengan mudah.

“Aku yakin dia bukan sembarangan guru”

“Baiklah anak-anak! Karena perkenalannya sudah selesai kita bisa langsung belajar dan memulai pelajaran yang tertinggal!”

“EEEEHHH” keluh para murid bersamaan

“Kenapa begitu pak? Kita juga baru masuk.. Santai-santai dulu lah~” pinta seorang murid

“Ingat! Kalian sebentar lagi lulus! Terus kalian ketinggalan banyak pelajaran! Jadi mau tidak mau kalian harus mau” tegas pak Eddy

“Yaahhhh” lagi keluh para murid serentak

Pak Eddy hanya terkekeh melihat tingkah para murid, dan kami pun melanjutkan aktivitas belajar kami hingga bel istirahat berbunyi.

    Noah tidak seperti dulu, kini dia dikerumuni anak-anak. Alasannya sederhana, Noah yang terlihat berbeda dari yang dulu dan terlihat lebih tampan tentu akan menarik perhatian orang-orang.

“Kenapa mereka tiba-tiba mengerumuniku? Mereka juga cukup berisik tapi aku tidak tahu harus bagaimana menanggapi mereka”

[Misi!]

[Bantu Noah dan dekati dia]

“!?-”