Dendam Dan Cinta Tuan Arogan

Braaakkkkk

"Sandra, Sandra. Dimana kamu? keluar kamu sekarang," seru Erwin saat tiba di dalam rumah nya.

Tidak bisa lagi menahan emosinya, Erwin pun langsung mendobrak pintu rumah itu sampai pintu nya menjadi rusak.

"Sandra, dimana kamu? Keluar kamu brengsek," teriak Erwin lagi saat kekasihnya itu tak kunjung datang menemuinya padahal Erwin sudah berteriak teriak memanggil namanya.

Tidak juga menemukan sosok kekasihnya itu di dalam rumah, Erwin pun beralih ke kamar yang di tempati oleh wanita itu selama dia tinggal di sana. Nihil, di dalam kamar itu juga rupanya tidak ada.

Erwin pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke halaman belakang. Dimana Sandra selalu menghabiskan waktu di sana dengan berjemur dan juga berenang saat dia tidak berlibur dari pekerjaan nya.

Sandra adalah seorang model internasional, yang memiliki jam kerja yang sangat padat. Jarang sekali wanita itu memiliki waktu untuk beristirahat.

Itulah sebabnya saat berada di rumah Erwin, Sandra hanya menghabiskan waktu hanya untuk berenang dan berleha-leha saja. Toh semua yang dia butuhkan sudah tersedia di sana.

Sandra hanya tinggal tunjuk tangan saja, wanita itu akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Sandra, dimana kamu brengsek," teriak Erwin lagi saat sudah berada di halaman belakang, tapi lagi lagi Erwin tidak menemukan Sandra di sana.

"Maaf tuan, anda mencari nona Sandra?" tanya seseorang mengalihkan perhatian Erwin.

"Alan? Apa kamu tahu dimana Sandra?" tanya Erwin saat melihat Alan berjalan mendekati dirinya.

"Nona Sandra sudah pergi satu jam yang lalu dengan membawa koper besar miliknya, Tuan. Memang nya, ada apa anda mencari Nona Sandra?" jawab Alan lalu berbalik bertanya.

"Apa? Dia pergi?"

Rahang Erwin semakin mengeras saat tahu jika Sandra sudah meninggalkan rumah itu tanpa memberikan penjelasan apapun padanya perihal kejadian yang menimpa Ghina hingga membuat wanita muda itu harus di larikan ke rumah sakit dan berakhir dengan keguguran.

"Iya tuan, setelah Ghina di larikan ke rumah sakit Nona Sandra langsung pergi dengan membawa semua barang barang nya." jelas Alan lagi hingga membuat Erwin semakin emosi.

"Baik, terima kasih." jawab Erwin langsung beranjak dari sana untuk kembali ke rumah sakit.

Di perjalanan menuju ke rumah sakit, Erwin segera menghubungi seseorang untuk mencari keberadaan Sandra saat ini. Erwin tidak akan membiarkan Sandra hidup bebas di luar sana setelah apa yang dia lakukan pada Ghina.

Padahal Erwin sudah mewanti wanti model cantik itu untuk tidak mengganggu Ghina. Karena Gia hanya bekerja khusus untuk melayaninya. Namun, ternyata wanita itu mengabaikan semua perintahnya dan malah membuat Ghina celaka.

Hingga, membuat wanita itu kelelahan sampai jatuh pingsan dan naas nya, Ghina pingsan saat masih berada di atas anak tangga yang mengakibatkan wanita muda itu jatuh berguling guling ke lantai bawah.

Tuuuttt

Tuuuttt

Klik

“Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?” tanya seseorang yang saat ini di hubungi oleh Erwin.

“Blokir semua akses kartu yang aku berikan pada Sandra,”

“Loh, memangnya kenapa Tuan? Kenapa kartunya anda blokir?”

“Lakukan saja perintahku dan jangan banyak bertanya.”

Klik

Setelah Mengatakan itu, Erwin pun langsung menutup sambungan telepon nya pada orang kepercayaan yang sudah puluhan tahun bekerja dengan nya.

Kemudian, Erwin segera mempercepat laju mobilnya saat mendapatkan kabar jika saat ini Ghina sudah dipindahkan ke ruangan ICU.

Karena Mengalami pendarahan hebat dan sempat kritis. Ghina pun harus dirawat di ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan intensif di sana.

Setibanya di rumah sakit, Erwin langsung berlari menuju ke ruangan dimana Ghina berada saat ini.

“Bi, bagaimana keadaan Ghina?” tanya Erwin saat tiba di depan ruang ICU dimana Ghina di rawat.

“Ghina sudah siuman Tuan dan sekarang sedang diperiksa oleh Dokter,” jawab Bi Sarti yang akhirnya bisa bernafas lega saat salah satu suster memberi kabar jika Ghina sudah melewati masa kritisnya dan sudah siuman.

“Apa aku bisa masuk ke dalam?” tanya Erwin lagi pada Bi Sarti, dengan nada yang ragu ragu.

“Tentu saja Tuan, itulah kenapa saya berada di sini. Saya tahu anda pasti ingin segera bertemu dengan nya. Masuklah, karena saat ini Ghina sangat membutuhkan kehadiran anda di sisinya.” jawab Bi Sarti.

“Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu ya Bi,”

“Iya, Tuan. Masuklah, Ghina pasti senang melihat anda datang.”

Tanpa menunggu lagi, Erwin pun langsung masuk ke dalam ruangan tempat Ghina dirawat.

Jantung Erwin berdenyut nyeri, seperti dihantam bongkahan batu besar saat melihat kondisi Ghina saat ini.

Tubuh wanita itu terlihat begitu lemas dan juga wajah yang sangat pucat. Dengan selang infus dan juga selang dari labu darah pun terpasang di tangan nya.

Dengan langkah pelan Erwin pun mulai berjalan mendekat ke ranjang yang di tempati oleh Ghina. Di samping Ghina masih ada seorang dokter dan juga satu orang suster yang tengah memeriksa keadaan wanita muda itu.

“Bagaimana Dokter, bagaimana kondisi nya saat ini?” tanya Erwin setelah tiba di samping sang dokter.

“Kondisi pasien sudah mulai membaik Tuan. Hanya saja memang masih butuh pengawasan dan perawatan agar tubuh pasien bisa segera pulih seutuhnya. Mungkin selama beberapa hari ke depan pasien masih harus menginap di rumah sakit agar kami bisa dengan mudah memantau keadaan pasien. Namun, sejauh ini kondisi pasien sudah jauh lebih baik.” jelas dokter yang membuat hati Erwin sedikit merasa lega.

“Baiklah, tolong lakukan yang terbaik untuknya Dokter,”

“Kami akan selalu memberikan yang terbaik untuk setiap pasien kami Tuan, jadi anda tenang saja. Jika tidak ada hal lain lagi, maka saya permisi pamit dulu Tuan. Jika ada sesuatu yang terjadi pada pasien, tolong segera hubungi saya,” jawab sang dokter.

“Baik Dokter dan terima kasih,” jawab Erwin.

"Jangan sungkan karena itu sudah kewajiban kami sebagai petugas medis. Kalau begitu, saya permisi, Tuan."

Sepeninggalan dokter, Erwin pun kembali melangkah untuk mendekati Ghina untuk melihat keadaan wanita itu dari jarak dekat.

“Tuan, anda di sini?” tanya Ghina lirih saat melihat Erwin berjalan mendekat ke arah nya.

“Iya, bagaimana keadaan mu?” tanya Erwin sembari mendudukkan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang yang ditempati oleh Ghina.

“Maaf Tuan, aku gagal melindungi mereka.” lirih Ghina yang kini sudah mulai menjatuhkan air matanya karena tak kuasa menahan tangis saat bertatapan dengan Erwin.

Ghina begitu merasa bersalah saat berhadapan dengan Erwin karena sudah gagal mempertahankan dua janin yang pria itu titipkan di rahimnya.

Meski mereka hanya terlibat hubungan yang tidak jelas dan mungkin tidak di inginkan. Namun, Ghina tetap merasa bersalah saat ada nyawa baru yang harus gugur karena kelalaian nya.

“Me_mereka? Apa maksudmu dengan mereka?” tanya Erwin bingung.

“Apa tadi, dokter tidak mengatakan pada anda, kalau aku kehilangan dua janin yang sudah berusia 6 minggu?” tanya Ghina dengan suara yang semakin lirih dan juga bergetar.

Erwin terdiam membisu, sakinh shocknya mendengar Ghina keguguran. Erwin sampai lupa jika tadi dokter sudah memberitahunya jika Ghina kehilangan dua janin.

Sementara itu, Ghina sendiri sudah mulai terisak kala mengingat kembali buah hati yang gagal di jaga dan dia pertahankan. Hingga harus pergi sebelum janin itu tumbuh.

Melihat kondisi Ghina yang tampak terpukul atas keguguran yang dia alami. Erwin pun tidak tinggal diam, pria tua itu langsung bangkit dari duduknya dan langsung memeluk tubuh lemas Ghina.

Erwin mendekap erat tubuh Ghina yang bergetar karena menangis. Tangan kekarnya pria itu mengusap lembut punggung Ghina untuk memberikan ketenangan pada wanita itu.