"Apa tidak ada cara lain Pak?, mungkin jika cacat di salah satu kaki dan tangan saya masih bisa menerimanya tapi ini tuli dan bisu, bagai mana saya bisa berkomunikasi dengannya?" ucap Frayogha yang tidak bisa mengerti dengan permintaan seorang pimpinan sebuah pondok pesantren yang memintanya menikahi putrinya yang tuli dan bisu, hanya karena dia ingin menghalalkan makanan yang telah dia makan.
Di paksa untuk menikahi seorang yang tidak dia kenal, dan katanya tuli juga bisu, rasanya jika menikahpun pernikahan mereka tidak akan lama atau mungkin sebaliknya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaki Mu
"Nur, kamu jadi ke mampus hari ini?" tanya Bu Fatma memastikan apakah Ainur jadi bertemu temannya di kampus atau tidak.
"Jadi Bu" jawab Ainur dengan tangan yang masih memegang sepatula karena dia sedang membuat nasi goreng.
"Jam berapa?"
"Jam delapan janjiannya, tapi karena jarak kampus dari sini jauh, jadi Nur akan berangkat jam tujuh".
"Kalau begitu kamu berangkat bareng Yogha saja" saran Bu Fatma dan Yogha yang ada di meja makan sedang menikmati kopinya langsung menyahut.
"Maaf mah, aku tidak menerima penumpang". ucap Yogha menolak
"Ayolah.. kasihan Nurr kalau berangkat sendiri" ucap Bu Fatma memohon dengan senyum yang selalu membuat Yogha luluh.
"Baiklah". ucap Yogha pasrah
***
Yogha sudah keluar dari kamarnya dan saat akan melewati kamar Ainur, dia langsung tersenyum jahil dan yang ada di benaknya adalah menggedor pintu kamar itu lagi.
Namun saat akan menjalankan niatnya, tiba-tiba pintu kamar Ainur terbuka dan tangan Yogha yang hampir menyentuh pintu langsung di tariknya dengan cepat.
"Mau gedor pintu kamar Nur lagi?" tebak Ainur
"Siapa bilang, aku cuman mau ketuk doang" ucap Yogha beralasan.
"Oh..., ya sudah ayo mas kita turun" Ajak Ainur
"Ya kamu duluan!!" perintah Yogha.
"Mas, aturannya perempuan berjalan di belakang, jadi mas yang harus duluan ".
"Ya, itu aturan agar kita tidak berhayal saat melihat lakuk tubuh si wanita, nah kamu.., apanya yang mau dihayalkan" Yogja berkata demikian karena Ainur memakai abaya saat itu.
"Aturan tetap aturan mas, jadi silahkan masnya lebih dulu" ucap Ainur sambil mengarahkan tangannya agar Yogha berjalan lebih dulu.
Yogha pun mengalah dan dia berjalan lebih dulu, namun saat di ujung tangga Yogha tiba-tiba berhenti, dan itu membuat Ainur yang siap melangkah kehilangan keseimbangan dan
"aaaaaaaa".
"BRUG" .
Ainur terjauh menimpa Yogha, yang baru saja membalikkan badan akibat teriakan Ainur.
"Eh... kenapa gak sakit" ucap Ainur masih dengan mata yang tertutup.
"Ya enggalah" ucapan Yogha terdengar dari atas kepala Ainur
DEG
Seketika jantung Ainur berdegup lebih kencang, karena menebak jika dirinya berada di atas tubuh Yogha dan benar saja, saat Ainur membuka mata, yang pertama dia lihat adalah bagian dada yang dia yakini jika dada bidang itu milik Frayogha.
Ainur mengangkat wajahnya perlahan untuk memastikan jika tebakannya benar dan DEG
Mata mereka saling bertatapan dan saat itu waktu terasa berhenti berputar.
Mereka yang saling menatap sampai suara seseorang yang berdehem dari kejauhan membuyarkan lamunan mereka.
"Astagfirullah, maaf mas". Ainur yang pertama kali sadar dan dia cepat-cepat berdiri, namun karena tergesa-gesa, Ainur tidak sengaja menekan sesuatu yang membuat Yogha langsung meringis kesalitan "AaaaaaW".
Ainur refleks melihat wajah Yogha lalu berkata dengan wajah bingungnya "Ada apa?"
"Kaki Mu!"
Ainur langsung melihat kakinya dan sekarang Ainur tahu kenapa seorang Frayogha meringis kesakitan.
Ainur cepat-cepat berdiri dan langsung mengulurkan tangannya untuk membatu Yogha berdiri dengan mulut yang terus meminta maaf.
Namun Yogha yang kesal langsung menepis uluran tangan Ainur dan berkata "Aku bisa sendiri, MINGGIR!!".
Ainur menggeser tubuhnya untuk memberi ruang pada Yogha agar dia bisa leluasa untuk berdiri, dan setelah berdiri Yogha beberapa kali berdehem "Hem, hem ,hem" agar rasa ngilu yang dirasakannya segera pergi.
"Apa masih sakit?" tanya Ainur khawatir karena raut wajah Yogha masih seperti sedang menahan rasa sakit.
Yogha tidak merespon dan Ainur yang sangat merasa bersalah berkata dengan kepala menunduk "Maaf mas, saya benar-benar tidak sengaja".
"Diamlah!! kau membuatku semakin pusing". ucap Yogha lalu dia melangkah pergi dengan sisa rasa sakit yang masih ada.
Ainur mengekor di belakang, sambil terus melihat cara berjalan Yogha dan itu membuatnya semakin merasa bersalah dan juga bertanya-tanya apakah Rasanya sesakit itu padahal tadi dia menekan lututnya tidak terlalu kuat.