Dunia hiburan jadi tempatnya bermain, ia lah pekerja di belakang layar suksesnya penampilan para artisnya. Orang yang mengorganisir segala sesuatu agar tertata dengan indah dan rapi, orang yang di tuntut untuk sempurna agar menyempurnakan artisnya. Artisnya yang salah, ia yang bertanggung jawab.
Helena Cady, wanita ceria 28 tahun yang sejak awal usia 20an sudah bergabung dengan Huge Ent, sebuah agensi hiburan besar di Mithnite, dalam waktu lima tahun ia berhasil menjabat sebagai manager seorang artis besar yang dinaungi oleh Huge Ent.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemecah hubungan baik, antara member kakak dan adik di sebuah boy grup terkenal NEMESIS, yang terdiri dari 5 orang pria tampan. Helena terjebak cinta segitiga diantara dua member Nemesis dan semua kerumitan di dalamnya.
🍁🍁
Yuk, kepoin yeorobun 💜
Borahae 💜💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Euforia Masa Lalu
Helena masih hafal Theodore, pria itu harus dibanguni satu jam sebelum keberangkatan. Benar saja, ketika ia masuk ke dalam kamar Theo pria itu masih berbalut selimutnya di kamar yang dingin itu.
"Theo... "
"Theo..."
"Theodore"
Helena menepuk pelan baju Theo, dan pria itu menggeliat.
"Ngghhh.... Bentar ah, masih subuh... "
"Ayo bangun, ntar kita telat. Udah siang."
"Ngg... Males ah... ", ia merapatkan selimutnya lagi sampai menutup kepalanya.
Bugh...
"Akh."
"Bangun ngga lu. Cepetan. Ayo...", Helena tidak ragu-ragu memukul lengan Theo, sama seperti dulu kalau ia susah di atur. Persis seperti mengurus toddler.
"Iya iya... ", Theo bangun dengan wajah malasnya dan masuk ke kamar mandi. Sejenak setelah pintu nya ditutup ia sumringah dan heboh sendiri tanpa suara, berjoget malah, ia berhasil. Ia sudah bangun sejak subuh, ia gugup sekali menanti jam 7 pagi akan datang. Ia sudah membayangkan semua hal yang terjadi pagi ini, mendengar deru mobil di depan rumahnya ia segera mengatur posisinya, kembali membalut dirinya didalam selimut.
Dan... jdarrr
Semua yang ia bayangkan terwujud, Helena membangunkannya dengan lembut di awal lalu di timpuk di akhir. Persis seperti mereka masih berpacaran dulu. Ia berharap dengan cara itu ia bisa merebut kembali hati Helena yang terlanjur ia hancurkan dulu, ia akan merekatkan kembali setiap kepingnya. Ia akan menyapu semuanya mengembalikan semua kepadanya, karena Helena adalah miliknya. Itu yang ia yakini.
Tok tok tok...
"Theo... ! Udah mandi belom? Kenapa ngga ada suara airnya...!!! ", protes Helena dari luar.
"Iya, ini mandi. Mau liat."
Tidak ada jawaban dari luar, ia kembali tertawa tanpa suara didalam kamar mandi luas itu.
🌵
Sepanjang perjalanan Theo merasa kembali ke masa lalu, masa dimana dirinya lah artis sekaligus pacar manager di depannya ini, yang sedang menyetir ini. Ia menyembunyikan senyum sumringah dan mata nya yang menyipit itu dibalik masker dan kaca mata hitamnya.
📞 Helena : Halo Kak kenapa? Aku lagi jalan ke YJ, mau ketemu mas Hans. Sakit? Kamu sakit? Bisa balik ke rumah aja ngga? Bisa nyetir? Jangan-jangan, minta tolong anter aja. Aku balik jam 7, aku usahain sebelum itu. Iya... Ntar aku bawain ayang.
"Anak setan... ", batin Theo. Dari sekian panggilan spesial di muka bumi ini, ia sangat muak dengan panggilan Ayang ini, kenapa? Karena bukan dirinya yang dipanggil begitu oleh Helena.
Lalu panggilan telepon itu terputus dan Theo berharap Helena memberinya penjelasan, misalnya siapa yang menelepon, apa tujuannya, karena ia juga ikut mendengar tadi. Entah informasi paling tidak penting misalnya Yogie sakit, begitu. Tapi setelah beberapa menit menunggu, Helena tetap diam dan fokus menyetir seolah hanya dia yang berada di atas mobil itu.
Bahkan hingga beberapa telepon masuk, earphone itu tidak pernah lepas dari telinga Helena selama menyetir. Sibuk sekali, banyak sekali yang mencarinya.
"Woah... Gitu ya? Ngga, biasa aja. Hahah... Ok nanti aku kabari."
"Iya, pak, ini Helena. Oh dapet dari Clara, iya baik. Kak Yogie? Wah sayang sekali pak, jadwalnya sudah penuh sekali sampai tahun depan. Iya, nanti saya kabari lagi. Iya, selamat pagi."
"Apa lu? Jin warna warni, nikah aja lu nikah. Gua lagi sibuk. Khano? Kenapa Khano? Yaudah dateng aja sih, tp jangan sekarang. Kak Yogie lagi sakit, hmm gua mau kesana nanti."
Begitu saja selama 20 menit berkendara, tidak ada interaksi antara dirinya dan Helena karena manajer Yogie itu sibuk sekali. Ia merasa tidak di anggap Helena ada disana. Meski hatinya agak tidak dicueki seperti itu, ia harus tetap bertahan, lalu kelihatan Helena melepas earphonenya.
"Helena." seru Theo pelan yang pertama membuka pembicaraan.
"Iya?".
"Dua bulan lagi ada rotasi manajer lagi kan? kamu masih mau lanjut sama Yogie?".
"Kenapa tiba-tiba nanya itu".
"Pengen aja."
"Oh."
Skakmat. Tidak dijawab, hanya OH... dua huruf yang di serukan Helena.
"Kok ngga di jawab?". tanya Theo lagi menuntaskan penasarannya.
"Pengen aja."
Skakmat part 2, Helena membalikkan pernyataan Theo, tanpa perduli wajah Theo sudah kesal sekali di belakang sana.
"Ayo turun udah sampai, jarak nya jauh-jauhan. Aku males viral lagi. Malu-maluin, ngeselin, mau jajan di minimarket aja susah bener." keluh Helena. Theo tidak menjawab, ia sedih sekali mendengar penolakan yang terang-terangan itu.
"Kamu masuk duluan, aku belakangan."
"Begitu amat." keluh Theo.
"Kayak ngga tahu aja, kita diem doang viral, foto se frame ngga sengaja viral, cape bener Theo."
"Iya, aku duluan. "
🌵
Mereka mengawali meeting kerja sama itu jam 9 pagi, dan berakhir pukul lima sore. Mereka berdua sudah bersiap kembali ke basement. Theo mulai heran melihat gelagat aneh Helena. Ia terus menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengucek - ngucek matanya.
"Kamu kenapa?", tanya Theo mendekat.
"Ngga papa. Ayo."
"Aku yang nyetir. "putus Theo.
"Ngga, aku ngga papa."
"Kamu ngantuk kan? Jangan bilang engga, aku lebih tahu kelakuan kamu gimana ketimbang Yogie. Kalo kamu ngga mau disetirin kamu tidur dibelakang, ntar kalo kamu udah seger baru kita jalan."
"Boleh?", tanya Helena.
"Boleh, sana pindah ke bekakang."
"2O menit lagi bangunin aku ya." seru Helena sambil pindah ke kursi belakang melipat kakinya dan menutup mulutnya dengan masker.
Sudah lima menit Helena tidak bergerak lagi, ia tenang menengadahkan wajahnya , melipat kakinya sambil memeluk boneka bantal yang selalu ada di mobil itu. Sejak Helena memejamkan mata Theo tidak memalingkan pengelihatannya. Ia diam dan tidak bosan menatap kesayangannya itu disana. Sudah lima bulan sejak mereka diumumkan putus oleh agensi, ini adalah interaksi pertama mereka, jarak yang se dekat ini, bahkan mereka saling bicara meski Helena agak ketus dan sekenanya.
"Nggh... Stop....hiks ", Helena merengek dalam tidurnya, ia pernah melihat Helena seperti ini. Tangannya sibuk, kakinya juga seperti menekan rem mobil, bahkan boneka bantal yang dipeluknya sudah terjatuh.
Deg
"Dia? Belum sembuh?", pekik Theo.
Detik itu juga ia pindah ke belakang, seperti yang pernah Yogie pesankan. Jika Helena bertingkah seperti itu 'peluk' adalah obatnya. Ia segera merengkuh tubuh kurus itu dan memeluknya erat. Tenang. Wanita yang diam-diam masih disayanginya itu tenang kembali, napasnya teratur, dan membalas pelukannya.
Jangan tanya se berbunga apa hati Theo saat ini. Berbunga sekali pokoknya. Meski kemarin hatinya sakit sekali ketika Yogie memeluk Helena yang mimpi buruk itu, maka hari ini ia bisa memaafkan Yogie, karena teringat pesan Yogie lah ia bisa sedekat ini lagi dengan Helena, di peluknya.
.
.
Perlahan Theo melepas masker mulut yang menutup setengah wajah Helena itu. Apakah pekerjaannya memang se melelahkan itu? Ia juga memperhatikan Helena diam-diam selama ini, dari kejauhan, dari jarak yang tak terlihat. Ia juga menyadari Helena kurusan, kuatir tapi ia berusaha diam dan melihat saja. Hingga yang dikatakan Jimmy, merah memar di tangannya. Theo menarik scrunchie itu perlahan dan ter pampang lah memar yang disebut kan Jimmy memang benar adanya.
"Ini kenapa?", batinnya.
Jarak yang sedekat itu, membuat Theo kembali galau bahwasanya wanita yang dipeluknya ini bukan lagi miliknya, mengingat bagaimana Helena anti sekali berdekatan dengan dirinya. Apa tidak apa ia memeluk seperti ini? Tapi, ia juga rindu, rindu sekali. Napas Helena teratur, wajah itu kelihatan lelah sekali, seperti mendapatkan tidurnya setelah sekian lama tidak.
Entah apa penyebab pergelangan tangan kesayangannya ini hingga memar seperti itu. Ia akan memikirkannya nanti, sekarang ia hanya ingin memuaskan matanya menatap Helena se lama mungkin, se lama yang ia bisa, karena nanti jika wanita itu sudah bangun, pasti lain cerita lagi.
.
.
.
.
.
TBC... 🌵