Di larang Menjiplak apalagi mengubah dalam dalam bentuk AU ataupun POV ceritaku. Karya ini dilindungi undang-undang!
Ketika sebuah kesalah pahaman membuat gadis 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA terikat pernikahan dengan guru baru di sekolahnya. Begitu banyak drama dalam pernikahan mereka berdua yang jauh dari kata akur. Namun di balik itu semua mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain.
"Bagaimana malam ini kita buat anak." Senyuman jahat terukir di wajah Zidan dan mendadak wajah Zila langsung pucat.
Gadis itu menggeleng cepat."Jangan Om. Aku masih dibawah umur. Badannya aku juga krempeng, Om juga nggak akan suka," ucap Zila memelas.
Azila yang manja dan Zidan yang galak bersanding dalam sebuah pernikahan yang tak terduga. Mampukah Zidan membina rumah tangga dengan gadis yang terpaut jauh lebih muda darinya? Dan bisakah Zila menjadi istri dari pria dewasa berusia 28 tahun saat teman-teman tengah menikmati kebebasannya sebagai remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon windanor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A & Z: Mantu apa murid?
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid Bina Bangsa berhamburan keluar dari gerbang sekolah dan beberapa murid masih bertahan di sekolah karna mengikuti ektrakurikuler dan tugas OSIS. Dan lain halnya dengan Zila yang menghela napas lelah, hampir 25 menitan ia berdiri di tempat Zidan menurunkannya tadi pagi dan sekarang pria itu tidak tanda-tanda akan muncul dari gerbang sekolah yang sudah sepi hanya terlihat satpam yang berjaga.
"Ke mana sih Om Zidan, lama banget," gerutu Zila mendengus kesal.
Ia mengusap kasar keringat yang mulai berlumuran sekitar wajah di tambah tidak ada tempat berteduh di tempat ia berdiri sekarang. Zila tak henti-hentinya mencak-mencak sampai matanya menyipit menangkap sosok Zidan keluar dari gerbang sekolah dengan seorang guru wanita, lebih tepatnya ibu guru Arini namanya. Wanita berusia 30 tahunan yang masih melajang. Zila mendengus melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat dekat.
"Di depan aku keliatan dingin sama perempuan lain, tapi sekarang malah ketawa-ketawa sama ibu guru Arini," gumam Zila yang tak mengalihkan tatapan matanya dari kedua orang itu.
Sekitar beberapa menit Zidan mulai mengakhiri obrolannya dengan guru wanita itu dan melajukan sepeda motornya menghampiri Zila yang sudah menatap garang pada suaminya.
"Ini, pakai dulu."
Zidan menyerahkan helm pada sang istri. Namun, Zila langsung menepis kasar helm itu membuat Zidan tersentak dengan perlakuan gadis tersebut.
"Lebih baik aku pulang duluan! Hampir setengah jam aku nunggu tapi Om malah enak-enak ngobrol sama ibu Arini!" ketus Zila tak bisa mengontrol emosinya karna rasa lelah berdiri di tempat tersebut.
Ia tidak cemburu sama sekali melihat kedekatan Zidan dengan wanita manapun. Tapi ia kesal karna pria itu ia harus berdiri lama sampai kepanasan oleh terik matahari yang sangat menyengat.
"Maaf membuatmu lama menunggu. Ayo cepat naik," ucap Zidan melembutkan suaranya.
Sementara Zila semakin gregetan menatap pria dewasa di hadapannya sekarang. Pria itu seolah santai saja menanggapi ucapannya tanpa ada raut bersalah sedikit pun padanya.
"Aku nggak mau ikut, Om! Aku mau naik taksi aja!" Setelah mengatakan itu Zila langsung beranjak dari hadapan Zidan.
Zidan yang melihat Zila pergi meninggalkannya dengan cepat turun dari motor dan langsung menyusul gadis itu. Ia mencekal pergelangan tangan Zila membuat gadis itu menoleh.
"Maafkan saya, saya janjikan tidak akan membuat kamu menunggu lama. Tadi ada urusan," ucap Zidan menjelaskan.
Ini yang membuat ia sangat sulit menjalin hubungan dengan wanita. Kaum wanita itu sangat sulit di pahami dan di mengerti seperti Zila contohnya.
"Urusan apa sampai ketawa-tawa begitu?" sentak Zila melotot tajam pada suaminya.
Zidan memaksa senyuman terukir di bibirnya."Tidak mungkin saya masang muka galak sama ibu Arini, Zila. Yang penting saya bisa jaga batasan sebagai suami," ucapnya.
Sementara Zila memutar bola matanya malas. Zidan menarik lembut pergelangan tangan istrinya dan kembali menggiringnya ke motor. Ia memasangkan helm ke kepala Zila yang mendatarkan wajahnya dengan kedua tangan yang terlipat di atas dada.
"Ayo naik," titah Zidan yang sudah menunggangi motornya. Gadis itu dengan malas-malasan menaiki motor scoopy.
Zidan mulai menjalankan sepeda motornya dan sesekali melirik Zila melalui kaca spion. Zila yang menyadari diperhatikan suaminya, membuang muka ke arah lain. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan diantara keduanya hanya terdengar mesin motor.
Terlalu fokus mengendarai motornya, Zidan berhenti mendadak ketika lampu jalanan mendadak merah dan itu membuat Zila menubruk punggung lebar Zidan.
"Aw!"
Zila melenguh kesakitan kala kepalanya membentuk helm Zidan dan mendadak bagian dadanya terasa nyeri terhimpit punggung suaminya.
Plak!
Zila memukul bahu Zidan sangat kuat, membuat pria itu meringis kesakitan.
"Sstt...kenapa saya di pukul, Zila?" ringisnya kesakitan.
"Om modus! Sengaja, kan berhenti mendadak supaya kegencet bagian dada aku?!" tuding Zila menatap galak pada suaminya.
Zidan menghela napas panjang mendengar tuduhan gadis tersebut."Untuk apa saya modus dengan kamu! Lagipula saya tidak merasakan bagian empuk dada kamu!"
Ucapan Zidan yang seolah menyindir dadanya rata itu mendadak emosinya meradang. Dengan tidak berperasaan gadis itu mencubit kecil pinggang Zidan yang semakin meringis kesakitan.
"Zila..." lirih Zidan menyingkirkan tangan gadis itu dari pinggangnya.
•
•
Zila masih memberengut ketika Zidan sudah memberhentikan sepeda motornya di kediaman suaminya.
"Ayo turun. Tapi ingat, jangan bicara yang macam-macam dengan bunda," ucap Zidan memperingatkan.
Zila menghela napas kasar, ia mengangguk lemah. Baru saja menoleh, matanya melebar ketika menyadari rumah suaminya cukup besar, lebih besar dari rumahnya. Ia langsung menatap Zidan yang lebih dulu melangkahkan kakinya dan Zila langsung menyusul.
"Om, anak orang kaya?" tanya Zila seraya menatap tiga mobil terparkir di halaman rumah suaminya yang cukup luas.
Zidan tidak menggubris ucapan Zila, ia terus melangkahkan kakinya. Sedangkan Zila mendengus sebal.
Gadis itu terpukau kala memasuki rumah suaminya. Matanya mengedar menatap setiap sudut ruangan yang terdapat guci antik dan barang-barang antik lainnya.
"Siapa dia, Zidan?"
Zila langsung menatap ke arah sumber suara ketika seseorang melontarkan pertanyaannya. Terlihat wanita paru baya dengan pakaian rumahannya sudah berdiri di tengah-tengah sepasang suami istri itu.
Zidan tersenyum kala menatap bunda Melati. Ia menoleh ke arah Zila dan menarik lembut pergelangan tangan gadis itu agar mendekat pada sang bunda.
"Bunda, aku bawakan menantu sesuai janji," ucap Zidan.
Zila mengkerutkan keningnya mendengar ucapan yang suaminya lontarkan, sementara bunda Melati terperangah. Wanita paru baya itu menatap Zila dari ujung kaki sampai ujung rambut. Raut terkejut dan shock tergambar jelas di wajahnya. Dan kini bunda Melati merotasi kan tatapannya pada Zidan dengan pandangan menuntut penjelasan.
Bunda Melati tersenyum ke arah Zila yang langsung membalas dengan senyuman manisnya yang tampak canggung. Dan tanpa aba-aba bunda Melati menarik tangan Zidan, membawa pria itu menjauh dari Zila karna ingin membicarakan sesuatu.
"Apa kau tidak salah cari istri, Zidan?" bisik bunda Melati seraya melirik Zila yang menatap ke arah mereka berdua.
"Memang kenapa?" kening Zidan mengkerut.
"Dia masih anak sekolahan. Apa kau gila menjadikan dia istri. Bunda memang menginginkan menantu tapi jangan anak sekolahan nanti susah kamu buat cucu__"
"Sebentar lagi dia lulus," sela Zidan cepat memotong ucapan bunda Melati."Dan bunda akan mendapatkan cucu," sambungnya.
Sedangkan Zila terlihat penasaran dengan apa yang dibicarakan ibu dan anak itu.