Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 33
"Gila,dia sungguh orang gila. Bagaimana bisa dia memperlakukan kita seperti ini."
"Ughhh, iya aku sangat lelah. Haaah, kenapa dia begitu. Sebenarnya dia mau kemana sih?"
"Entahlah, dia seperti dikejar-kejar dengan maut. Aaaah aku sungguh tidak sanggup lagi!"
Ya, semua itu adalah keluhan dari para mahasiswa yang berada di bawah pengajaran Aiden.
Betapa terkejutnya mereka saat Aiden mengubah jadwal kuliah. Semua jam mata kuliahnya di mundurkan oleh Aiden di jam paling akhir. Dan apa yang terjadi setelahnya, dia mengajar hingga larut malam. Aiden berhenti memberikan istirahat untuk makan saja, setelah itu ia pun meminta mereka semua kembali ke kelas dan melanjutkan kuliah.
Di depan Aiden tidak ada yang berani mengajukan protes. Karena mereka sadar bahwa kelas mereka tertinggal materi sangat jauh akibat profesor yang sebelumnya menghilang tidak jelas apa alasannya.
"Kenapa, kenapa kita dapat profesor yang tidak jelas! Ups."
Ekhem
"Sekarang, kita lanjut ke materi selanjutnya."
"Baik, Prof."
Semua terdiam ketika Aiden masuk ke dalam kelas. Saat ini jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.00 malam waktu setempat. Tidak ada yang berani mengeluh, dan tidak ada yang berani melakukan protes.
Dengan dalih demi kebaikan mereka sendiri juga, mau tidak mau mereka menurut dengan apa yang Aiden lalukan.
"Baiklah, sekarang kalian boleh pulang. Satu minggu ini ternyata materi sudah selesai. Minggu depan kita akan full dengan praktikum. Aku yakin kalian akan lebih senang melakukannya. Terimakasih untuk kerja keras kalian selama satu minggu ini. Selamat beristirahat, kalian boleh meninggalkan kelas."
"Terimakasih atas kerja kerasnya juga, Prof."
Tepat pukul 00.00, kelas Aiden baru saja bubar. Wajah-wajah para mahasiswa jelas terlihat begitu lelah. Bagaimana tidak, mereka sudah berkutat dengan mata kuliah selama seharian ini. Tenaga mereka sungguh sangat habis.
"Profesor, apa Anda tidak pulang?"
"Tidak, aku akan menyiapkan untuk lusa. Jadi mungkin aku tidak akan pulang."
Ya?
Salah satu mahasiswa Aiden yang baru saja bertanya itu tampak terkejut. Dia awalnya hanya menduga-duga bahwa Aiden menginap di kampus. Tapi siapa sangka ketika bertanya, Aiden benar-benar menjawab bahwa dirinya tidak pulang.
"Apa Anda tidak lelah, Prof."
"Aku manusia, pasti nya punya rasa lelah. Tapi bekerja seperti ini sudah biasa bagiku. Tidak tidur 4 atau 5 hari bukan lah hal yang baru. Sana segera pulang dan persiapkan diri kalian untuk satu minggu yang akan datang."
"Baik, selamat malam, Prof."
Mahasiswa yang mendengar apa yang barus saja Aiden katakan itu tentu terkejut. Mereka rasa profesor mereka ini benar-benar gila. Ya bagaimana bisa ada orang seperti ini di duni.
Fyuuuh
Aiden membuang nafasnya kasar. Dia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Seperti yang dikatakan tadi bahwa dirinya hanyalah manusia yang bisa merasa lelah. Saat ini, Aiden tengah merasakan kaku pada lehernya.
Akan tetapi dia tidak ingin istirahat. Masih banyak perkejaan yang harus ia lalukan. Menyiapkan praktikum untuk dua kelasnya. Itu bukan hal yang sulit tapi bukan berati bisa mudah dilakukan dalam waktu dekat. Aiden tetap membutuhkan persiapan. Terutama bahan, ia tidak ingin di tengah-tengah pengajarannya, ada sesuatu yang kurang.
"Mari selesaikan semua ini dan segera pergi. Aku sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan Gryas dan Arlo. Hanya saja, mereka akan menerimaku atau tidak ya? Aaah itu pikirkan nanti. Sekarang lakukan yang ini saja dulu."
Aiden kembali berkutat dengan pekerjaannya. Dia sama sekali tidak mengantuk ataupun ingin tidur. Saat ini pria itu sungguh sangat fokus dengan apa yang dia lakukan sehingga rasa kantuk itu seolah pergi sendiri dari tubuhnya.
Drtzzz
Drtzzz
Entah sudah berapa kali ponsel Aiden berbunyi tapi tidak sekalipun dia melihatnya. Ia melihat ke arah jendela, dan tenyata hari sudah mulai kembali terang. Itu menandakan bahwa malam telah berganti pagi.
Hari ini adalah hari minggu, tapi Aiden tetap berada di kampus. Namun jika diingat, dia memang sama sekali tidak pulang. Bahkan dia membawa baju ganti dan juga memesan makanan pesan antar agar tetap berada di kampus.
Drtzzz
ponselnya kemabli berdering. Kali ini dia tidak mengabaikan panggilan yang masuk itu. Lagi pula dirinya membutuhkan asupan kafein.
Sembari berjalan keluar kampus untuk membeli kopi, Aiden pun menjawab panggilan itu.
"Kau Hend, ada apa?"
"Kamu sungguh tidak pulang selama satu minggu ini? Dan sekarang dimana kamu, apa di kampus?"
"Iya, aku di sini."
Fyuuuuh
Aiden bisa mendengar helaan nafas kasar Hendrik. Sepupunya itu sepertinya mengkhawatirkannya.
"Tunggu, aku akan ke sana sekarang. Istriku memasak banyak makanan. Dia memintaku untuk mengundang mu ke rumah tapi aku yakin kamu tak akan pergi dari tempat mu itu."
"Iya aku akan menunggu mu. Jika boleh, belikan aku americano."
"Haah ya, baiklah."
Aiden akhirnya tidak jadi pergi keluar kampus. Dia menunggu Hendrik di ruangannya sambil mengerjakan pekerjaannya. Baginya waktu adalah emas, dia tidak ingin melewatkan barang sedetik pun waktu untuk mengerjakan pekerjaannya.
Setelah satu setengah jam, akhirnya Hendrik datang juga. Dan benar, pria itu membawa banyak sekali makanan untuk Aiden.
"Makanlah dulu, tubuh mu nampak kurus. Aku rasa kau tidak makan dengan benar."
"Hmmm, terimakasih Hend."
Aiden menurut, dia meninggalkan pekerjaannya dan makan dengan benar. Biasanya dia akan makan sambil menyusun materi atau apalah. Tapi kali ini, Aiden benar-benar makan dengan fokus dan Hendrik bisa melihat bahwa sepupunya itu menikmati makanannya.
"Sebenarnya mengapa kau sangat sibuk begini, Aiden."
"Aku menyelesaikan ketertinggalan matari anak-anak. Dari dua bulan ku jadikan dua minggu."
Apa?
Mata Hendrik membulat sempurna mendengar apa yang baru saja Aiden katakan. Bagaimana bisa materi 2 bulan itu jadi 2 minggu saja?
"Kamu menyiksa mahasiswa mu ya?"
"Tidak, itu memang harus dilakukan kok. Kelas yang aku ampu ini memang tertinggal jauh. Jadi aku sebisa mungkin mengejarnya. Dan ya bagus jadi aku punya alasan membuat semuanya cepat selesai."
Hendrik mengerutkan alisnya, ia yakin bahwa bukan karena itu saja Aiden melakukan semua ini.
Mungkin Aiden tidak mengeluh lelah, namun lingkaran hitam dibawah matanya itu sudah menjelaskan semuanya.
"Apa ini karena kau ingin pergi menemui Arlo dan Gryas?"
Aiden mengangguk, ya dia tidak mengelak. Karena memang itu yang dia inginkan.
"Semakin cepat semakin baik, Hend. Meski tidak mudah pasti untuk menemui mereka, tapi aku akan berusaha. Aku salah, aku akan meminta maaf kepada Gryas. Seperti yang pernah dia lakukan padaku waktu itu, aku pun akan bersimpuh di kakinya untuk mendapatkan maafnya."
Haaah
Hendrik menghela nafasnya lagi. Tekad Aiden yang seperti ini memang sedikit menakutkan. Tapi Hendrik senang karena Aiden memilikinya.
"Ya lakukan itu, semakin cepat bertemu semakin baik. Dan jangan pernah menyerah untuk mendapatkan maaf dari mereka. Bukan hanya Gryas, Aiden. Tetapi juga kedua orang tuanya."
"Aku mengerti, Hend. Aku paham akan itu."
TBC
tapi dia Kehilangan arah nggak ada yang nasehatin hidup semau dia sendiri untung nggak terjerumus ke hal yang negatif
semoga langgeng ya.....
semoga segera ada adiknya Arlo