SETELAH DI CERAI

"Div, kamu tau ngga sih kenapa nama perusahaan itu ada dua?" tanya Zaifa kepada Diva yang sedang menyetir.

Saat ini mereka sedang di perjalanan menuju ke sebuah cafe yang menjadi tempat mereka berkumpul.

"iya, dulu perusahaan itu namanya 'good food' tapi ada insiden yang merugikannya perusahaan jadi nama nya di ganti jadi 'raihan company' gitu" jelas Diva.

"dan pas kamu pertama masuk, itu pertama kali perusahaan kita berubah nama" lanjut nya.

Zaifa yang ada di jok belakang itu hanya manggut-manggut mengerti.. pantas saja jika seperti itu, dulu ia sempat salah perusahaan karena di kantor itu terpampang jelas nama 'raihan company' tapi seseorang yang mengangkat telponnya malam itu mengatakan 'good food'. Tapi ternyata itu satu perusahaan yang akan ganti nama.

Tak lama mereka telah sampai di halaman yang sudah ada beberapa motor dan mobil milik rekan-rekannya.

Sementara di dalam restoran itu, lima sahabat sedang berperang dengan pemikiran masing-masing. Hingga suara Boby memecahkan keheningan itu.

"tapi kan bisa saja itu hanya kebetulan. Ada beberapa orang yang memiliki tanggal, bulan dan tahun lahir yang sama." ucap Boby.

"betul juga" sahut Rama dan Dani.

"tapi, kembar tanggal lahir serta mirip wajah dan ciri-ciri yang lain itu bukan kebetulan" celetuk Raihan.

"udah lah. pikir kan nanti, sekarang kita keluar temui anak-anak." usul Boby.

Mereka pun serentak bangkit dan keluar dari ruangan VVIP yang sedari tadi mereka gunakan untuk mengobrol sembari menunggu para karyawan Boby sampai.

Mereka tiba di ruangan luas yang sudah di reservasi oleh Boby. sengaja agar karyawan nya nyaman.

"selamat malam pak" sapa para karyawan saat melihat Boby dan CEO mereka berjalan ke arah mereka.

"malam. terima kasih sudah datang" jawab Boby.

Boby dan keempat sahabat nya pun duduk di lima kursi yang telah di sediakan.

"silahkan di nikmati hidangan nya. anggap saja ini bonus atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Saya selaku ketua divisi kalian mengucapkan banyak terima kasih" ucap Boby.

"jika ada hidangan yang tidak kalian suka, kalian bisa memesan ulang" kata Raihan.

"baik pak" jawab mereka serempak.

Raihan mengedarkan pandangan nya, dan terpaku ketika melihat Zaifa sedang bercanda dengan seorang temannya.

"hampiri kalau kau memang laki-laki" ejek Dani.

Raihan hanya menoleh sekilas kemudian mengambil gelas berisi jus kemudian menyesap nya.

Acara itu berjalan dengan penuh kegembiraan. para karyawan itu sangat beruntung memiliki seorang kepala divisi yang royal. Mereka tidak sungkan memesan makanan yang mereka ingin kan. karena memang makanan yang di hidangkan lebih awal adalah makanan pembuka saja.

disaat mereka sedang asyik menikmati hidangan yang bisa di katakan sebagai ganti makan malam itu. Dering hp Raihan mengganggu telinga nya dan ia berdecak kesal sebab dering itu membuat matanya harus beralih dari memandang Zaifa.

Di biarkan nya hp itu terus berdering, hingga keempat temannya merasa jengah.

"angkat Rai, siapa tau penting" kata Dani yang melihat sekilas di layar hp itu terpampang nama 'mama'.

Raihan pun mengambil ponsel nya dan langsung menggeser tombol hijau ketika melihat bahwa mama nya yang menghubungi nya.

"halo ma" sapa Raihan.

"....."

"mama suruh saja pulang, aku sedang urusan bersama Boby dan yang lainnya" elak Raihan.

Entah apa yang di katakan sang Mama, hingga wajah Raihan menjadi dingin seketika.

"mama yang menyuruh nya datang bukan. Maka mama juga yang harus mengantar nya pulang. Jangan buat hubungan kita yang baru saja membaik memburuk kembali ma" tegas Raihan kemudian mematikan sambungan telepon nya.

"Ulfa lagi?" tanya Niel.

Raihan hanya mengangguk malas kemudian mematikan ponsel nya agar tidak di ganggu oleh siapapun.

***

Di rumah Raihan, mama nya sedang kalang kabut kebingungan. Ini memang kesalahan nya, sudah sejak awal Raihan mengatakan tidak menyukai Ulfa namun, ia memaksa.

"gimana Tante?" tanya seorang gadis cantik memandang ke arah nya.

"maafkan Tante, Raihan bilang sedang ada urusan dengan Boby dan teman-teman nya yang lain." ucap mama Raihan membuat wajah gadis itu masam seketika.

"baiklah, kalau begitu biar Ulfa pulang sendiri saja" ucap gadis itu merajuk.

Tanpa sepatah kata gadis itu pun keluar dari rumah mewah itu. Sementara mama Raihan hanya menatap tak enak punggung gadis yang sudah satu jam menunggu kepulangan Raihan.

"Ulfa sudah pulang ma?" tanya papa Raihan merangkul sang istri dari belakang.

"mama jangan terlalu memaksa Raihan. Raihan sudah tidak dingin lagi sejak ia menemukan Zaifa, jangan rubah ia menjadi kulkas berjalan kembali ma" lanjut sang suami.

"mama ngerti pa. Tapi melihat Ulfa memiliki tahi lalat seperti Niken, aku jadi mengingat wajah sahabat ku itu pa" jelas sang istri.

Papa Raihan pun mengelus bahu yang istri kemudian membawa nya masuk ke dalam setelah menutup pintu.

sementara di luar rumah sana, seorang gadis menatap kesal ke arah pintu yang sudah tertutup.

"sial!" teriak nya sembari melepas sesuatu dari wajah nya.

"harus nya wanita tua itu membujuk Raihan agar pulang dan mengantar ku. Kalau begini rencana ku akan gagal" lanjut nya.

"aaarrgghhhh,,, dulu aku sudah berhasil menyingkirkan saingan ku. Dan sekarang jika wanita tua itu juga mencoba menghalangi ku maka akan ku buat ia menderitanya dengan perasaan bersalah. Ha ha haaa" teriak Ulfa sarkas. Ia menatap sinis ke arah rumah itu kemudian berlalu pergi dari sana.

sementara seorang satpam yang sedari tadi sembunyi di pos yang tak jauh dari sana menatap ngeri ke arah gadis yang ternyata sangat jahat itu.

"siapa yang sudah di singkirkan oleh wanita itu" ucap satpam itu bertanya-tanya sembari menatap punggung Ulfa yang hilang karena sudah masuk ke dalam mobil yang sudah sejak tadi berhenti.

***

Kembali ke cafe, suasana nya semakin hangat terlebih tidak ada minuman keras disana. hanya sebatas jus dan kopi serta kudapan lain sebagai pelengkap. Para karyawan pun tak keberatan dan justru merasa bersyukur sebab atasan mereka adalah orang yang anti alkohol jika sedang acara seperti ini.

Tak jauh dari kerumunan, Zaifa sedang melihat Niel yang hendak ke kamar mandi. Zaifa pun kemudian mengikuti dari belakang hingga saat mereka sudah sampai di ruangan yang sepi Zaifa memanggil Niel.

"pak Niel!" seru Zaifa membuat langkah Niel terhenti.

"Anzeil" gumam Niel lirih.

Menatap senyum Zaifa membuat Niel seperti melihat bayang wajah adik nya yang sedang tersenyum juga. Mata Niel jadi berkaca-kaca.

"pak" panggil Zaifa lagi.

Niel pun menetralkan ekspresi nya kemudian menatap gadis yang tinggi nya hanya sebatas bahu nya saja itu.

"ada apa?" tanya Niel bersikap biasa.

"terima kasih untuk hadiah nya. Tapi mengapa pak Niel tak memberikan hadiah itu kepada adik bapak? Dan justru memberikan nya kepada saya?" tanya Zaifa penasaran.

"emmm,,, adik saya....."

"ekheem...."

Dehem seorang di belakang mereka membuat Zaifa cemberut sementara Niel menghela nafas lega.